• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Teori Andragogi pada Pembelajaran Pelatihan di Lembaga Kursus dan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Fennyke

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Teori Andragogi pada Pembelajaran Pelatihan di Lembaga Kursus dan

Pelatihan (LKP) Fennyke

Dalam mengimplementasi teori andragogi pada pembelajaran pelatihan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Fennyke tidaklah mulus, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui faktor pendukung dalam mengimplementasi teori andragogi ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “Di” selaku tutor LKP Fennyke,

“Yang mendukung pembelajaran di sini, sarana prasarananya lengkap, satu orang menggunakan satu mesin. Suasana pembelajarannya juga sangat menyenangkan karena lingkungan belajar yang nyaman dan kedekatan warga belajar dengan kita sudah seperti teman sendiri.” (CW 3, 16/04/2015)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ibu “Rs” selaku pengelola di LKP Fennyke,

Faktor yang mendukung dalam pembelajaran, ya seperti sarana dan prasarana termasuk peralatan. Sarana prasaranan cukup memadai dan dalam kondisi baik. Selain itu, lingkungan masyarakat sekitar juga mendukung kegiatan kursus di Fennyke karena pada awalnya LKP Fennyke juga muncul untuk memberdayakan masyarakat setempat. Meskipun mereka tidak terlibat langsung atau memberi dukungan secara real, tapi mereka mendukung penuh secara moral terbukti dengan banyak tanggapan positif dari warga.” (CW 2, 07/04/2015)

101

Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu “Ng” selaku warga belajar di LKP Fennyke,

“Faktor pendukungnya selain sarana prasarana lengkap, tutornya sangat bersahabat dan sabar dalam membimbing dan mendampingi kita. Kita dibebaskan mengembangkan ide kreatif kita sendiri dalam merancang model pakaian dan memilih kain sesuai dengan keinginan kita. Kedekatan kita dengan tutor seperti teman, keluarga. Di luar jam kursus, kita bisa berkonsultasi tentang jahit dengan para tutor lewat sms, telpon, apa datang langsung ke fennyke, Kalau kita sudah luluspun, kita bisa juga konsultasi dengan para tutor di fennyke” (CW 4, 28/04/2015)

Selanjutnya, pernyataan tersebut dipertegas oleh “No” selaku warga belajar di LKP Fennyke,

“Pendukungnya di sini biayanya murah. Nanti setelah ikut kursus di sini cari kerjanya juga lebih enak. Selain itu, teman-temannya juga enak dan tutornya enak diajak mengobrol, jadi kekeluargaanya sangat erat. Dari segi sarana prasaranan di sini lengkap. Ditambah lagi di sini itu enaknya jam kursus menyesuaikan dari kita, sebelumnya kita mengabari dulu pihak pengelola jika mau berangkat kursus. Dengan demikian sangat membantu sekali bagi kita warga belajar yang memang punya kesibukan di luar kursus.” (CW 6, 06/05/2015)

Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat diketahui faktor pendukung dalam implementasi teori andragogi pada pembelajaran pelatihan di Lembaga Kursus dan pelatihan (LKP) Fennyke yakni pertama, sarana dan prasarana yang memadai dan dalam kondisi baik. Kedua, lingkungan masyarakat mendukung kegiatan kursus dan pelatihan di LKP Fennyke. Ketiga, tutor yang bersahabat sehingga kedekatan warga belajar dengan tutor seperti teman. Keempat, selain program yang dari pemerintah, warga belajar bebas menentukan jam belajarnya sendiri dengan memilih kelas privat. Kelima, pembelajaran dilakukan dengan penyampaian teori sambil praktek sehingga materi benar-benar langsung dikuasai oleh warga belajar dan materi mudah

102

diingat. Keenam, warga belajar dibebaskan intuk mengembangkan dan menggunakan ide-ide kreatifnya untuk merancang model pakaian.

Selain faktor pendukung, terdapat pula faktor penghambat dalam dalam implementasi teori andragogi pada pembelajaran pelatihan di Lembaga Kursus dan pelatihan (LKP) Fennyke. Faktor penghambat ini dapat mempengaruhi optimalisasi pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya pada halaman 86-87, faktor penghambat yang pertama yakni tutor belum memahami teknik pembelajaran andragogi secara teoritis. Belum pahamnya para tutor tentang teori andragogi menyebabkan pembelajaran tidak seutuhnya mengimplementasi teori andragogi. Pembelajaran di LKP Fennyke mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun berdasarkan kurikulum SKKNI. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun, tahap pembelajaran masih bermodel sekolah dengan kegiatan inti yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang bisa dilihan dalam Lampiran Dokumentasi (Hlm. 171-172).

Faktor penghambat selanjutnya yakni kebisingan lalu-lalang kendaraan.

“Kebisingan sangat dirasakan oleh warga Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Fennyke. Peneliti merasakan sendiri betapa ramainya lalu-lalang kendaran bermotor Jalan Godean, Sleman. Apalagi saat jam berangkat kerja sekitar pukul setengah tujuh sampai pukul Sembilan pagi dan jam pulang kerja pukul dua siang sampai pukul enam sore. Terlebih lagi, gedung di LKP Fennyke bagian depan tidak di tutup dengan tembok, hanya menggunakan rolling door yang selalu dibuka saat buka. (CL 3, 16/04/2015)

103

“Kalau untuk penghambatnya yakni jarak rumah saya dengan Fennyke jauh, bensin naik jadi juga boros. Kebisingan sebenarnya menggangu , apa lagi pas tutor menyampaikan materi terkadang ga kedengaran, tapi sudah biasa.” (CW 6, 06/05/2015)

Menambahkan, faktor penghambat juga diungkapkan oleh Ibu “Li” selaku tutor LKP Fennyke,

“Ada kendala saat pembelajaran seperti perbedaan motivasi warga belajar mengikuti kursus. Ada beberapa diantara warga belajar yang mengikuti kursus karena kemauan sendiri untuk mendapat ketrampilan dan menggunakan ketrampilannya untuk membuka usaha, tapi ada juga yang terpaksa karena disuruh oleh orang tua atau perintah dari atasan. Memang ada beberapa warga belajar yang memang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran kursus dan membutuhkan perlakuan dan pendekatan khusus.” (CW 5, 05/05/2015)

Ibu “Rs” selaku pengelola di LKP Fennyke juga menyampaikan, “Kendala yang dihadapi selama ini pada warga belajar yang pendiam. Karena terkadang warga belajar yang seperti ini cenderung susah untuk memahami materi dan praktek. Solusi yang dilakukan biasanya dengan memberi perlakuan dan pendekatan khusus dan sering-sering melakukan pengulangan materi dan praktek.” (CW 2, 07/04/2015) Dari uraian di atas, dapat diketahui faktor penghambat dalam implementasi teori andragogi pada pembelajaran pelatihan di Lembaga Kursus dan pelatihan (LKP) Fennyke yakni pertama, tutor belum menguasai teori andragogi secara mendalam sehingga tahap pembelajaran masih model sekolah bukan andragogi. Kedua, terdapat warga belajar yang pendiam sehingga tutor harus menggunakan pendekatan khusus pada warga belajar tersebut agar bisa mengikuti pembelajaran seperti warga belajar lainnya. Ketiga, perbedaan motivasi belajar antar warga belajar, ada warga belajar yang memiliki motivasi mengikuti kursus berasal dari dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan ada yang karena paksaan dari orang lain, orang

104

tua atau atasan kerja sehingga tutor harus berusaha keras untuk menerima, menghargai dan mengatasi agar perbedaan individu tersebut tidak memunculkan perselisihan. Keempat, kebisingan kendaraan bermotor, karena letak LKP Fennyke di pinggir jalan, sehingga saat tutor menyampaikan materi dan memberi arahan terkadang tidak terdengar oleh warga belajar.

3. Manfaat Implementasi Teori Andragogi dalam Pembelajaran Pelatihan