PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
C. Faktor Penghambat dan Faktor Penunjang
Menurut (Kotler dan Roberto dalam Venus 2009:130) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan sebuah program kampanye mengalami kegagalan yaitu :
a. Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan khlayak sasarannya secara tepat. Pesan-pesan pada kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup mampu memotivasi khalayak untuk menerima dan menerapkan gagasan yang diterima.
b. Lebih dari itu pesan-pesan tersebut juga tidak memberikan semacam „petunjuk‟ bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan.
c. Kegagalan pada sebuah kampanye yang berorientasi perubahan sosial juga dapat terjadi karena pelaku kampanye terlalu mengandalkan media massa tanpa menindaklanjutinya dengan komunikasi antar pribadi.
d. Akhirnya dengan ringan Kotler dan Roberto menyatakan bahwa sebuah kampanye dapat gagal mungkin hanya karena anggaran untuk membiayai program tersebut tidak memadai sehingga pelaku kampanye tak bisa berbuat secara total.
Menurut peneliti apa yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak DIY sudah tepat karena kelima faktor penghambat yang disebutkan Kotler dan Roberto yang akan menghambat jalannya kampanye tidak ada dalam kampanye Tahun Pembinaan Wajib Pajak. Mulai dari penentuan khalayak sasaran, masyarakat sudah diberikan petunjuk bagaimana tata cara mendapatkan penghapusan sanksi administrasi, Direktorat Jenderal Pajak DIY sudah menindaklanjuti dengan beberapa kegiatan seperti sosialisasi dengan Pemerintah DIY, kegiatan turun ke jalan serta anggaran yang memadai untuk melakukan kegiatan publikasi.
Menurut (Rogers dan Storey dalam Venus,2009:135) menyimpulkan bahwa untuk suksesnya sebuah kampanye biasanya di tandai oleh empat hal :
1) Penerapan pendekatan yang bersifat strategis dalam menganalisa khalayak sasaran kampanye, dalam hal ini termasuk analisis sejauhmana pengetahuan khalayak tentang topik, dan bagaimana persepsi mereka terhadapnya.
2) Pesan-pesan kampanye dirancang secara segmentatif sesuai dengan jenis-jenis khalayak yang dihadapi. Segmentatif tersebut dapat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, budaya, manfaat produk, dan gagasan
4) Akhirnya kampanye lewat media akan lebih mudah meraih keberhasilan bila disertai dengan penyebaran personel kampanye untuk menindaklanjuti secara interpersonal.
Menurut analisis peneliti apa yang dimaksudkan oleh Rogers dan Storey sudah terangkum dalam Kampanye Tahun pembinaan Wajib Pajak Tahun 2015.
e. Model Kampanye
a.The Diffusi Of Innovation Model
Pada dasarnya Difusi inovasi menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Everett M.Rogers menjelaskan ada empat tahap yang akan terjadi ketika proses kampanye berlangsung Poin pertama informasi,. Masyarakat wajib disuguhkan berbagai informasi terkait tahun pembinaan wajib pajak dari media massa seperti TV, Radio, Koran dll. Pada tahap kedua yaitu persuasi, masyarakat wajib tergerak mencari tahu informasi tentang Tahun Pembinaan Wajib Pajak. Pada tahap ketiga membuat keputusan. Masyarakat wajib pajak yang mempunyai tunggakan atau yang belum melaporkan SPT sesuai dengan seharusnya. Pada tahap ini wajib pajak membuat keputusan bisa memanfaatkan Tahun Pembinaan Wajib Pajak ataupun tidak, yang tidak memanfaatkan akan ada penegakan pajak. Menurut peneliti model Difusi inovasi yang paling mendekati dalam kegiatan kampanye
Tahun Pembinaan Pajak tahun 2015 oleh Direkorat Jenderal Pajak DIY.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah komponen terakhir dari proses pengelolaan kampanye, meski menempati urutan terakhir, manfaat dan arti pentingnya tidak berbeda dengan tahap perencanaan. Evaluasi kampanye diartikan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan kampanye dan pencapaian tujuan kampanye. dari defenisi tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa evaluasi kampanye tidak hanya dilakukan pada saat kampanye telah berakhir, namun juga ketika kampanye masih berlangsung. Definisi tersebut juga menunjukkan adanya dua aspek pokok yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi yakni bagaimana kampanye dilaksanakan dan apa hasil yang dicapai sebagai konsekuensi pelakasanaan program tersebut (Venus, 2009:209). Menurut (Gregory dalam Venus, 2009:211) menyebutkan bahwa lima alasan penting mengapa evaluasi diperlukan.
1. Evaluasi dapat memfokuskan usaha yang dilakukan
2. Evaluasi menunjukkan keefektifan pelaksana kampanye dalam merancang dan mengimplementasikan program
3. Memastikan efesiensi biaya
4. Evaluasi membantu pelaksana untuk menetapkan tujuan secara realistis, jelas dan terarah
5. Membantu akuntabilitas (pertanggungjawaban) pelaksana kampanye
Menurut peneliti dalam dalam kampanye tahun pembinaan wajib pajak Direktorat Jenderal Pajak DIY tidak terlalu baik dalam melakukan evaluasi di karenakan tidak membuat target yang berbentuk angka dalam setiap kegiatan.
Bab IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi kampanye Tahun Pembinaan Wajib Pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak DIY maka, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kampanye ini bertujuan untuk mendorong wajib pajak melaporkan SPT sesuai dengan yang seharusnya atau membetulkan SPTnya dan taat membayar pajak. Dalam hal ini Humas Direktorat Jenderal Pajak DIY sebagai pelaksana kampanye melakukan beberapa kegiatan untuk menunjang keberhasilan kampanye. Secara spesifik kampanye yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan secara materiil dikarenakan kepatuhan secara formal khususnya di DIY sangat baik. Direktorat Jenderal Pajak DIY melakukan beberapa tahapan perencanaan yaitu Analisis, Penyusunan Tujuan, Identifikasi dan Segmentasi Sasaran, Menentukan Pesan, Strategi dan Taktik, Alokasi Waktu dan Sumber Daya, Evalusi dan Tinjauan.
Dalam pelaksanaan.kampanye Direktorat Jenderal Pajak DIY melakukan sosialisasi di media cetak, elektronik maupun media luar ruang. Media-media yang digunakan dalam berkampanye diharapkan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang Tahun Pembinaan Wajib Pajak. Kemudian untuk menunjang kegiatan kampanye melalui media Direktorat Jenderal Pajak DIY melakukan kegiatan yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat diantaranya diantaranya Car free day, dan Apresiasi Pajak untuk mengedukasi masyarakat agar lebih memahami apa yang dikampanyekan. Dalam pelaksanaan kampanye Tahun Pembinaan Wajib Pajak juga mengalami hambatan seperti kesadaran wajib pajak untuk melakukan pelaporan sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu kampanye Tahun Pembinaan Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak DIY kurang memanfaatkan dan memaksimalkan website, media sosial seperti facebook, twitter serta instagram.
Kampanye Tahun pembinaan wajib pajak pada tahun 2015, menggunakan model kampanye yaitu model Difusi Inovasi. Dalam kampanye Tahun Pembinaan Wajib Pajak tersebut, bagaimana suatu inovasi yaitu Tahun Pembinaan Wajib Pajak dikomunikasikan melalui berbagai saluran baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa kepada seluruh masyarakat wajib pajak dan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. Everett M. Rogers dalam Venus (2009:92-93) menjelaskan ada empat tahap yang akan terjadi ketika proses kampanye berlangsung. Tahap informasi, pada tahap ini masyarakat wajib pajak diterpa informasi tentang gagasan/inovasi. Informasi disampaikan melalui Berita, Koran, iklan Media Luar ruang dll. Masyarakat wajib pajak tergerak untuk mencari tahu terkait Tahun Pembinaan Wajib Pajak maka iniliah yang disebut tahap persusasi. Tahap selanjutnya ialah tahap dimana masyarakat wajib pajak membuat keputusan untuk membayar pajak.
Keputusan Wajib pajak membayar pajak dibuktikan dengan peningkatan pajak tiap bulan atau pada realisasi penerimaan tahun 2015.
Evaluasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak DIY yaitu dengan mengirim laporan-laporan tentang apa yang telah dilakukan ke kantor pusat Direktortat Jenderal Pajak dan juga melakukan evaluasi internal di kalangan Humas yang ada dibawah naungan kanwil Direktorat Jenderal Pajak DIY yaitu dengan mengadakan rapat setelah melakukan kegiatan yang mendukung kampanye. Hal ini bertujuan untuk melihat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan kampanye.
Keberhasilan dalam peningkatan penerimaan pajak atau realisasi penerimaan pajak dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan dalam Kampanye tahun pembinaan wajib pajak walaupun mengalami peningkatan namun tidak mencapai target. Target yang dicanangkan yaitu sebesar Rp4,514 tumbuh 27,62 persen dibanding tahun 2014.
B. SARAN
Setelah melaksanakan penelitian, maka menurut Peneliti terdapat beberapa saran yang akan direkomendasikan kepada Pihak Direktorat Jenderal Pajak DIY, yaitu :
1. Untuk penelitian selanjutnya mengenai strategi kampanye, bisa melakukan pengkajian lebih mendalam tentang indikator keberhasilan setiap kegiatan yang dilakukan dalam berkampanye. Tujuannya sebagai pertanggungjawaban pelaksana kegiatan dan memudahkan tim kampnye untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.
2. Seharusnya melakukan identifikasi khalayak sasaran dengan lebih jelas, karena wajib pajak terdiri dari tiga bagian yaitu wajib pajak orang pribadi, Badan dan Pengusaha kena pajak. Hal ini akan memudahkan untuk menentukan media apa yang akan digunakan dan bagaimana pendekatan yang akan dilakukan.
3. Direktorat Jenderal Pajak DIY dalam perencanaan kampanye harus menambahkan tujuan kampanye secara skala prioritas. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan pekerjaan kepada satu tujuan yang terarah.
4. Direktorat Jenderal Pajak DIY agar dapat menggunakan serta memaksimalkan penyebaran informasi melalui media sosial seperti facebook, twitter dan instagram.
Daftar pustaka
Bungin, B. (2008). Penelitian Kualtatif. Jakarta: Prenada Media Group. Gregory, Anne. 2003. Planning And Managing A Public Relations
Campaign. New Delhi: Crest Publishing House.
Hafied C. (2004). Perencanaan & strategi komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2012). Marketing Management 13. New Jersey: Pearson Prentice Hall, Inc
Mardiasmo, (2011) Perpajakan edisi Revisi. Yogyakarta : ANDI OFFSET Marsuni,Lauddin, (2006) hukum dan kebijakan perpajakan di Indonesia.
Yogyakarta: UII Press,
Moleong. J. Lexy. (2005). Metode Penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Muhammad Fadel, (2005). Menggagas Masa Depan Gorontalo: Yogyakarta : HPMIG Press
Rakhmat Jalaludin, (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ruslan R, (2013). Kiat dan Strategi kampanye Public Relations. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Safanayong Yongki, (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu. Jakarta Arte Intermedia
Sutopo. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret Venus A. (2009). Manajemen kampanye. Bandung : simbiosa Rekatama
Media
Skripsi
Septiawan Budi M. 2015. Strategi Kampanye Mitigasi Konflik antara manusia dan Orangutan NGO YOYARIN di Masyarakat Desa Tanjung Outri Kabupaten Kotawaringi Barat Tahun 2014. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Syarifah Khamsiawi. 2016. Strategi Kampanye DIY melalui Duta Museum Dalam Upaya Meningkatkan Minat Masyarakat untuk berkunjung ke museum DIY tahun 2015-2016 : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Hernawan Agus Priyanto (2001) yang membahas tentang strategi kampanye LBH APIK (Asosiasi perempuan Indonesia untuk keadilan) yogyakata dalam mewujudkan masyarakat yang bebas dari kekerasan rumah tangga tahun 2012
Sumber online :
(http://www.pajakpribadi.com/peraturan/uu_kup.htm di akses pada tanggal 7 januari 2016 pukul 15:00 WIB).
( http://jogja.tribunnews.com/2015/08/26/realisasi-penerimaan-pajak-diy-44-dari-target di akses pada tanggal 18 maret 2016 pukul 08:00 WIB)
(http://gunungsitoli.rri.co.id/post/berita/234676/nasional/diy_rangking_empat _penerimaan_pajak_nasional.html di akses pada tanggal 1 agustus 2016 pukul 19.00 WIB).
http://suarapemudajogja.com/2016/01/08/kanwil-djp-diy-laporkan-kinerja-penerimaan-pajak-tahun-2015/di akses pada tanggal 1 agustus 2016 pukul 19:00 WIB)
(www.kanwiljogja.pajak.go.id. Di akses 10 November 2016 pukul 10:00 WIB)
(http://tekno.kompas.com/read/2014/11/24/07430087/pengguna.internet.indo nesia.nomor.enam.dunia Di akses 10 November 2016 pukul 10:00 WIB)