• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penghambat Pelaksanaan Transformasi e-government

Dalam dokumen TRANSFORMASI E-GOVERNMENT (Halaman 16-0)

BAB III PEMBAHASAN

3.3 Faktor Penghambat Pelaksanaan Transformasi e-government

Faktor yang menjadi penghambat dalam implementasi e-government di Indonesia adalah ;

1. Hambatan dibidang regulasi dan penyelenggaraan situs web karena belum dituangkan dalam undang-undang ataupun peraturan pemerintah dan pelaksanaanya.

SIM – E GOVERNMENT 14 2. Permasalahan ketersediaan SDM yang memiliki standar kompetensi dibidang ICT lebih sulit dibandingkan dengan masalah teknologinya. Pada sejumlah kantor pemerintah, pegawai yang mempunyai kemampuan di ICT hanya berkisar 3-5 orang saja, beberapa diantaranya belum tentu berlatar belakang pendidikan sarjana bidang Informatika atau Elektro.

3. Keterbatasan sarana dan prasarana (infrastruktur) dimana dalam hal penyediaan aplikasi software harus bekerjasama terpadu dengan pihak swasta karena masih mahalnya sarana dan prasarana teknologi ICT.

4. Masih belum meratanya literacy masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan e-gov karena mayoritas penduduk berada pada garis golongan menengah ke bawah.

5. Iklim pergulatan politik yang tidak mendukung

6. Krisis moral masyarakat : korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), krisis ekonomi, krisis pendidikan, krisis rasionalisasi, dan krisis hukum

7. Ancaman globalisasi dimasa yang akan datang 3.4. Penerapan E-Government di BPN

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI), adalah organisasi yang tengah berjuang mengatasi tantangan-tantangan pelaksanaan e-Government.

Pergulatan dengan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, sudah mulai terlihat titik terangnya berkat pengaplikasian teknologi berbasis internet.

Penyediaan sumberdaya manusia TIK yang di masa lalu harus berbanding lurus dengan jumlah Kantor Pertanahan yang sudah dijalankan dengan e-Management, di masa sekarang dapat diminimalkan. Hal ini bisa dilakukan dengan mendesain ulang aplikasi-aplikasi pelayanan yang tersebar di ratusan Kantor Pertanahan secara teknis menyulitkan dan mengerahkan banyak energi dengan platform desktop menjadi aplikasi berbasis web.

Dengan aplikasi berbasis web, pemeliharaan dan monitoring memerlukan waktu dan sumber daya manusia yang relative jauh lebih sedikit daripada aplikasi yang saat ini sedang dilaksanakan di Kantor Pertanahan. Dengan demikian tenaga dan sumber daya dapat dicurahkan dan berkonsentrasi untuk pengembangan dan peningkatan aplikasi pelayanan pertanahan yang lain, peningkatan kualitas koneksi jaringan data, update dan penambahan basis data pertanahan dan sebagainya. Tidak berhenti dengan mengatasi masalah kuantitas saja..

Di sisi lain, BPN RI juga menyiasati kemampuan adaptif perangkat keras dengan mengoptimalkan sebaik mungkin penggunaan hardware dalam periode tertentu, sehingga perangkat keras yang sudah tertinggal teknologinya tetap bisa digunakan. Khusus untuk perangkat lunak, BPN RI sudah mempersiapkan sebuah cetak biru TIK yang memungkinkan tersimpannya data teknis pelayanan secara terdistribusi di media penyimpan masing-masing Kantor Pertanahan menjadi data yang tersentral dan tersimpan secara on-line di Pusat Data Pertanahan di BPN RI.

Berbagai keuntungan diperoleh dengan perubahan system penyimpanan ini antara lain back up otomatis dan up to date, konsolidasi data dalam rangka mewujudkan SIMTANAS dalam konteks nasional secara nyata dan real time,

SIM – E GOVERNMENT 15 mengurangi terhambatnya pelayanan pertanahan akibat adanya kecelakaan yang berakibat hangusnya data pertanahan di Kantor Pertanahan.

Pergulatan yang tak kalah seru adalah pergulatan untuk membangun kultur kerja. Selain menarik karena tidak melulu bersifat teknis, BPN RI juga melihat pembangunan kultur kerja ini sebagai hal yang sangat strategis karena tidak saja akan menambah IT resources untuk kepentingan eManagement yang akan memperluas jejaring kerja elektronik, tapi juga sebagai investasi untuk membangun kultur kerja yang efektif, efisien dan transparan di lingkungan BPN RI.

Meski “pergulatan” belum juga usai, tetapi simultan menuju ke arah yang sama, sudah tercapai prestasi-prestasi menggembirakan. Prestasi-prestasi yang diraih di sepanjang tahun 2009 saja antara lain adalah pemanfaatan TIK pada Kantor Bergerak “LARASITA”, yang sampai akhir tahun 2009 sudah mampu melayani 274 masyarakat di Kabupaten/Kota yang Kantor Pertanahannya sudah mengimplementasikan eManagement, publikasi buku “GRAND DESIGN ICT BPN RI” ke semua unit kerja vertikal, Soft Launching aplikasi berbasis web

“PETA ONLINE”, “PENGADUAN ONLINE”, “SISTEM MANAJEMEN BLANGKO AKTE DAN BLANGKO SERTIPIKAT”, “WEB SITE DAERAH”, dan sebagainya.

Sebagai penghargaan, telah diterima pengakuan dari lembaga-lembaga lain yang melihat konsistensi BPN RI dalam mengembangkan diri mengikuti perkembangan trend positif e-Manajemen global. Oktober 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi Piagam Pelopor Inovasi Citra Pelayanan Prima tahun 2008 kepada 11 pimpinan instansi pemerintah. Salah satu yang mendapat penghargaan itu adalah Kepala Badan Pertanahan Nasional, Joyo Winoto. Badan Pertanahan Nasional dinilai telah melakukan perubahan dan terobosan pelayanan kepada masyarakat.

Penghargaan lain yang diberikan oleh lembaga independen “WARTA EKONOMI” yang menyelenggarakan “warta ekonomi e-GOVERNMENT AWARD 2009” dengan tema “CONNECTED GOVERNMENT 2.0 : TOWARD COLLABORATIVE GOVERNMENT”. Pada tahun ke-8 penyelenggaraannya ini, WARTA EKONOMI melakukan pengumpulan data, kunjungan ke lembaga peserta dan wawancara dengan pimpinan lembaga sebagai dasar penilaian. Peserta dikelompokkan dalam lima kategori penilaian, yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah Daerah Propinsi, Kementerian/Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Direktorat Jenderal/lembaga setingkat lainnya. Penilaian atas semua peserta dalam kategori-kategori tersebut dilakukan oleh dewan juri yang dikelompokkan juga menjadi dua, yaitu dewan juri untuk infrastuktur e-Government dan implementasi e-Government.

Penilaian dilakukan melalui tiga tahap, dengan tahap pertama menilai tentang website, implementasi e-Government dan infrastruktur e-Government, tahap kedua melakukan penilaian melalui kunjungan untuk memverifikasi data yang sudah diterima dan pada tahap ketiga, penilaian dilakukan dengan melakukan diskusi dengan para finalis. Penilaian yang mulai dilakukan sejak bulan Juni itu kemudian siap disampaikan kepada para peserta pada tanggal 15 Desember 2009, dengan hasil yang sangat membanggakan menyatakan BPN RI

SIM – E GOVERNMENT 16 sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan implementasi e-Government terbaik!

Meski pengakuan ini sedemikian membanggakan, tetapi BPN RI sadar bahwa ini bukan titik akhir perjuangan atas tantangan-tantangan. Sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ketika menerima penghargaan ini, jalan yang harus ditempuh masih sangat panjang.

Meski sudah terlihat titik-titik cahaya yang membantu mengarahkan langkah BPN RI untuk mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia, tetapi sangat disadari bahwa TIK tidak boleh berdiri sebagai unit subsisten yang hanya menghidupi dirinya sendiri. TIK harus mampu mendorong seluruh sendi organisasi untuk bergerak maju, setidaknya selangkah lebih cepat dari perkembangan tuntutan profesionalitas.

Gambar 5

Contoh Aplikasi Website http://www.bpn.go.id/home.aspx

SIM – E GOVERNMENT 17 Informasi yang ditampilkan dalam website http://www.bpn.go.id/home.aspx 1. Informasi Layanan terdiri dari ;

a. Layanan Pertanahan ; layanan internal Badan Pertanahan Nasional yang diberikan untuk pejabat di lingkungan Badan Pertanahan Nasional.

b. Layanan PPAT ; layanan Badan Pertanahan Nasional yang diberikan kepada PPAT untuk melakukan pengecekan sertipikat dan melakukan pendaftaran berkas pemohonan yang berkaitan dengan perubahan data sertipikat di kantor pertanahan yang telah menggunakan aplikasi komputerisasi kantor pertanahan.

c. Informasi Berkas ; Informasi yang diperoleh mencakup Informasi Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah, Informasi Pendaftaran Tanah, dan Informasi Survei Pengukuran dan Pemetaan.

d. Sistem Informasi Eksekutif e. Peta Online

2. Informasi Interaktif antara masyarakat dengan BPN dalam bentuk pengaduan masyarakat

3. Terhubung dan interkoneksi dengan ; Presiden RI, Sekretariat Negara, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum

4. Memuat berita dan artikel kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional.

5. Dalam rangka mengawasi pelaksanaan kegiatan pertanahan yang berbentuk laporan periodik tiap bulannya dari kantor pertanahan ke BPN Pusat melalui aplikasi SKMPP (Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan)

6. Ditampilkannya peta tematik diantarannya ; a. Wilayah administrasi

b. Peguasaan tanah skla besar

c. Neraca penggunaa tanah pada fungsi kawasan d. Penggunaan tanah

e. Rencana tata ruang wilayah f. Ketresediaan tanah

g. Kesesuaian pengguanan tanahterhadap Rencana tata ruang wilayah h. Persediaaan tranah

i. Pulau-pulau kecil terluar

7. LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) ; layanan ini diperuntukan bagi perusahaan yang ingin bekerjasama atau mengadakan kontrak kerja dengan BPN.

SIM – E GOVERNMENT 18 BAB IV

KESIMPULAN

Dengan penerapan e-government di Indonesia penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan.

e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis.

Masyarakat bebas memilih apabila ingin berhubungan dengan pemerintah untuk melakukan berbagai transaksi atau mekanisme interaksi yang diperlukan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (non-stop), memilih berbagai kanal akses (multiple channels), baik yang sifatnya tradisional/konvensional maupun yang paling moderen, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun kerja sama antara pemerintah dengan sektor swasta atau institusi non komersial lainnya.

Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.

Customer yang paling utama adalah masyarakat yang mengingingkan pelayanan yang lebih baik. Model penyampaian pelayanan yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G).

Konsep yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan e-government di Indonesia berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan melalui jaringan informasi, pengembangan e-government dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, yaitu :

a. Tingkat 1 – Persiapan b. Tingkat 2 – Pematangan c. Tingkat 3 – Pemantapan d. Tingkat 4 – Pemanfaatan

Transformasi yang dapat diharapkan dari pelaksanaan aplikasi e-government ke depan adalah ;

1. Bagaimana e-Government dapat merubah prinsip “Service to Citizens”

menjadi “Service by Citizens”.

2. Mengubah fenomena “Citizens in Line” menjadi “Citizens on Line”,

3. “Digital Divide” (kesenjangan digital) dan menjamin terciptakanya sebuah

“Digital Democracy” (demokrasi digital).

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemerintah dengan menggantikan proses-proses yang “Paper-Based” (manual, berbasis dokumen/ kertas) dengan mengimplementasikan secara utuh konsep “Government Online”.

5. Menggunakan “Digital Knowledge” sebagai pengganti dari “Physical Knowledge” yang selama ini dipergunakan sebagai sumber daya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bernegara dan bermasyarakat

SIM – E GOVERNMENT 19 6. Transformasi proses bisnis enterprise (pemerintahan) dengan pendayagunaan TI untuk peningkatan citra dan layanan prima pemerintah pada warganya. Aparat pemerintahan harus lebih dahulu menjadi aktor perubahan (agent of change) dalam perwujudan paradigma citizen-centric dan good governance. Formulasi layanan dan implementasi e-gov yang mampu menjawab kebutuhan pokok dan asasi dari masyarakat perlu diprioritaskan, sehingga apresiasi segera tumbuh sebagai modal pengembangan e-gov selanjutnya secara berkelanjutan dan progresif.

SIM – E GOVERNMENT 20 REFERENSI

Indrajit, Richardus E., 2002, Electronic Government, Penerbit Andi, Yogyakarta Suryadi MT, 2002, TCP/IP dan Internet, Elex Media Computindo, Jakarta Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 Kebijakan Strategi Nasional Pengembangan

E-Government.

Edwi Arief Sosiawan, Tantangan dan Hambatan dalam Implementasi E-government di Indonesia, Jurnal Universtas Veteran Yogyakarta.

Purnomo Yustianto, Manajemen Pembangunan Teknologi Informasi: Trans Formas I Menuju e-Government, Jurnal Badan Pengembangan Sistem Informasi dan Telematika Daerah Provinsi Jawa Barat

Stevanus Wisnu Wijaya, Budaya Organisasi Dan Efektifitas Penerapan E-Government, Jurnal Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Teguh Kurniawan, Hambatan dan Tantangan dalam Mewujudkan Good Government Melalui Penerapan E-Government di Indonesia, Jurnal FISIP-UI.

Muhamad Rukhyat Noor, Aspek Hukum Teknologi Digital Dan Dokumentasi Pertanahan, Mei 2008

Dalam dokumen TRANSFORMASI E-GOVERNMENT (Halaman 16-0)

Dokumen terkait