• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.4 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Berdasarkan pada 7 (tujuh) teori kecelakaan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, secara umum dapat disimpulkan bahwa sebuah kecelakaan disebabkan oleh 3 (tiga) faktor utama yaitu adalah (1) Tindakan yang tidak aman; (2) Kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman (Ramli, 2010); dan (3) Kombinasi dari kedua faktor tersebut (Anton, 1989; Hinze,1997).

Menurut Anton (1989), kecelakaan yang kerap terjadi banyak disebabkan oleh kombinasi faktor antara tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak aman. Hal ini dikarenakan tidak adanya faktor tunggal yang menjadi penyebab terjadinya sebuah kecelakaan, yang terjadi adalah salah satu faktor penyebab memberikan kontribusi terbesar atas terjadinya kecelakaan tersebut.

Anton (1989), membagi penyebab kecelakaan kerja menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Penyebab langsung

1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe act)

24

b. Penyebab tidak langsung

1) Fungsi manajemen proyek

2) Kondisi pekerja

2.4.1. Tindakan yang tidak aman (Unsafe act)

Anton (1989), mendefinisikan tindakan yang tidak aman atau unsafe act sebagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Tindakan tidak aman ini dianggap sebagai salah satu hasil dari kesalahan yang dilakukan baik oleh pekerja yang terlibat secara langsung maupun kesalahan yang dilakukan oleh organisasi.

Hinze (1997), mengungkapkan juga bahwa tindakan yang tidak aman dari pekerja dapat dipengaruhi oleh manajemen. Manajemen memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi sikap dan perilaku pekerja, sehingga timbul tindakan yang tidak aman dari pekerja. Top management dan supervisor memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kondisi mental/atau psikologis pekerja pada tingkat tertentu dalam upaya untuk mencegah timbulnya tindakan yang tidak aman. Hal ini dapat dilakukan dengan memotivasi dan memberikan perhatian kepada pekerja.

Tindakan tidak aman dapat disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian manusia (human-error) di dalam melakukan pekerjaannya. Kesalahan yang dilakukan para pekerja dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) (Reason,1997), yaitu sebagai berikut:

25

a. Skill-based error (Slips and Lapses), kesalahan yang dilakukan yang

berhubungan dengan keahlian yang dimiliki pekerja. Pekerja yang telah terbiasa dalam melakukan suatu pekerjaan suatu saat dapat melakukan kesalahan tanpa disadari (slips), karena tidak sesuai dengan kebiasaannya. Selain itu, pekerja dapat melakukan kesalahan dikarenakan lupa (lapses). b. Rule-based error (Mistakes), meliputi kesalahan dalam memenuhi standar

dan prosedur yang berlaku, menggunakan peraturan dan prosedur yang salah, menggunakan peraturan dan prosedur lama.

c. Knowledge-based error, disebabkan karena kurangnya pengetahuan

pekerja akan pekerjaan yang dilakukannya, sehingga menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan dan asumsi-asumsi.

d. Violation atau pelanggaran, merupakan kesalahan yang dilakukan dengan

sengaja, seperti melanggar peraturan keselamatan kerja dengan tidak menggunakan perlengkapan pelindung.

Beberapa kategori tindakan yang tidak aman yang dilakukan oleh pekerja (Hinze,1997), adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan peralatan tangan yang rusak;

b. Penggunaan peralatan secara tidak aman atau berbahaya;

c. Tidak melakukan pemeriksaan peralatan sebelum digunakan;

d. Kesalahan dalam menggunakan perlengkapan keselamatan;

e. Tidak menggunakan perlengkapan keselamatan yang telah disediakan; f. Tidak mengikuti prosedur keamanan yang telah diberikan;

26

h. Buruknya penataan material, sisa material dan peralatan;

i. Melakukan gerakan-gerakan berbahaya;

j. Bekerja secara tidak aman atau berbahaya;

k. Bekerja dengan kecepatan, beban, kekuatan di luar batas; l. Posisi bekerja yang salah;

m. Kesalahan dalam menentukan pilihan; dan

n. Mengganggu rekan kerja lain yang sedang bekerja.

Anton (1989), menyatakan bahwa pentingnya beberapa pengarahan maupun informasi yang perlu disampaikan kepada para pekerja untuk meminimalisasi tindakan yang tidak aman, yaitu seperti arahan dan informasi berikut di bawah ini:

a. Pengenalan terhadap pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap

pekerjaan, personel utama, dan pihak lain yang terlibat;

b. Gambaran umum kebijakan perusahaan pada proyek konstruksi;

c. Gambaran umum kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja;

d. Pengenalan terhadap ruang lingkup pekerjaan, jadwal kerja, penataan lokasi proyek, dan beberapa hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek konstruksi;

e. Penekanan terhadap tempat-tempat yang berbahaya pada proyek

konstruksi;

f. Pengarahan yang jelas mengenai pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya;

27

h. Informasi mengenai jam kerja, waktu istirahat, pembersihan tempat kerja, persetujuan pekerja, kerja lembur, dan hal-hal pendukung lainnya.

2.4.2. Kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition)

Kondisi yang tidak aman dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan (Anton, 1989).

Reason (1997), menyatakan hendaknya para pekerja memiliki kesadaran akan keadaan yang berbahaya, sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diminimalisasikan.

Menurut Anton (1989), suatu kondisi lingkungan kerja yang tidak aman adalah suatu kondisi fisik dari lingkungan pekerjaan dimana dapat meningkatkan peluang pekerja mengalami kecelakaan. Manajemen sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman. Hal ini disebabkan karena manajemen memiliki kemampuan untuk mengontrol seluruh kondisi lingkungan pekerjaan dan memiliki wewenang untuk mengambil tindakan terhadap situasi tersebut.

Beberapa kategori kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman bagi para pekerja (Hinze,1998), adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memadai;

b. Perencanaan konstruksi yang tidak memadai;

c. Perencanaan penggunaan dan penempatan equipment yang tidak memadai;

d. Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak memadai; e. Pengidentifikasian bahaya yang tidak memadai;

28

f. Pemeriksaan kesehatan yang tidak memadai;

g. Kondisi peralatan, equipment, mesin, sistem elektrik yang rusak; h. Prosedur pelaksanaan konstruksi yang tidak memadai;

i. Instruksi kerja yang tidak memadai;

j. Komunikasi yang buruk;

k. Pencahayaan yang tidak memadai;

l. Tidak tersedianya peralatan keselamatan yang dibutuhkan; m. Peralatan keselamatan yang tidak dapat digunakan;

n. Peringatan mengenai bahaya yang tidak memadai;

o. Petunjuk pengoperasian mesin yang tidak memadai;

p. Pengawasan yang tidak memadai;

q. Housekeeping yang buruk;

r. P3K yang tidak memadai;

s. Pelaporan bahaya dan kecelakaan yang tidak memadai;

t. Pencatatan kejadian kecelakaan yang tidak memadai;

u. Inspeksi yang tidak memadai;

v. Pekerja yang tidak terlatih dan tidak berpengalaman; dan

w. Audit terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak memadai.

Dokumen terkait