• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penyebab Kemiskinan Dari Dimensi Kultural

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Dari Dimensi Kultural

1 2 3 Rp 600.000 – 960.000 Rp 970.000 – 1.500.000 Rp 1.600.000 – 2.000.000 16 64 20 16 59 20 Jumlah 100 100

Sumber : Data Primer Olahan 2015

Dari tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa pendpatan keluarga pekerja sektor informal dengan pendapatan Rp 600.000 – 960.000 sebanyak 16 responden (16 %) keluarga yang memiliki pendapatan Rp 970.000 – 1.500.000 sebanyak 64 responden (59 %) selanjutnya keluarga yang memiliki pendapatan Rp 1.600.000 – 2.000.000 adalah sebanyak 20 responden (20%).

4.3 Faktor Penyebab Kemiskinan Dari Dimensi Kultural

Kemiskinan kultural adalah budaya yang membuat orang miskin, seperti masyarakat yang pasrah dengan keadaannya dan menganggap bahwa mereka miskin karaena turunan atau karena dulu orang tuanya atau nenek moyangnya juga miskin, sehingga usahanya untuk maju berkurang.

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Suparlan (1988) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial, kebudayaan pembangunan juga mempunyai kaitan yang fungsional. Manusia harus dapat beradaptasi dalam menghadapi lingkungan tertentu (fisik/alami, sosial dan kebudayaan). Kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat agar mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi.

Tabel 4.15

Jawaban Kepala Keluarga Tentang Pekerjaan di Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Kegiatan Jumlah Persentase (%)

1 2 Bekerja Tidak Bekerja 100 - 100 - Jumlah 100 100

Sumber : Data Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa seluruh KK miskin yang menjadi responden di Kecamatan Medan Perjuangan memiliki pekerjaan dengan jumlah 100 %. Dalam hal ini berarti warga miskin berusaha memenuhi kebutuhan hidup nya dengan bekerja.

Tabel 4.16

Jawaban Kepala Keluarga Tentang Kegiatan Pelatihan Kerja/kursus di Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Keikutsertaan Pelatihan Kerja Jumlah Persentase (%)

1 2 Ya Tidak 16 84 16 84 Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa sebanyak 84 KK (84 %) miskin tidak mengikuti pelatihan kerja / kursus dan 16 KK miskin (16 %) mengikuti pelatihan kerja / kursus yang diselenggarakan kelurahan / kecamatan maupun dengan biaya sendiri. Masyarakat di Kecamatan ini cenderung pasrah atau tidak percaya diri dalam mengikuti pelatihan kerja dalam hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar pendidikan warga miskin hanya setingkat tamat SD sehingga mereka kurang percaya diri.

Tabel 4.17

Jawaban Kepala Keluarga Terhadap Kepemilikan Tabungan di Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Kepemilikan Tabungan Jumlah Persentase (%)

1 2 Ya Tidak 32 68 32 68 Jumlah 100 100

Sumber : Data Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat diketahui bahwa sebagian KK miskin di Kecamatan Medan Perjuangan tidak memiliki tabungan 68 KK (68 %) sedangkan 32 KK miskin (32 %) memiliki tabungan. Pendapatan yang mereka miliki hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tabel 4.18

Jawaban Kepala Keluarga Jika Penghasilan Kurang di Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Penghasilan Kurang Jumlah Persentase (%)

1 2 Berhutang Tidak 56 44 56 44 Jumlah 100 100

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa jumlah KK miskin yang lebih memilih berhutang jika penghasilan kurang sebanyak 56 KK (82 %) dan sebanyak 44 KK (44 %) lebih memilih tidak berhutang jika penghasilan kurang. Dalam hal ini berarti masyarakat miskin masih memiliki rasa ketergantungan yang tinggi antar sesame anggota masyarakat.

Tabel 4.19

Jawaban Kepala Keluarga Terhadap Pekerjaan Sampingan di Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Pekerjaan Sampingan Jumlah Persentase (%)

1 2 Ya Tidak 13 87 13 87 Jumlah 100 100

Sumber : Data Diolah, 2015

Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa 87 KK (87 %) tidak memiliki pekerjaan sampingan dan sebanyak 13 Kk (13 %) memiliki pekerjaan sampingan. Masyarakat miskin di Kecamatan Medan perjuangan rata-rata hanya memiliki pekerjaan utama saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tabel 4.20

Jawaban Kepala Keluarga Penggunaan Teknologi Dalam Melakukan Pekerjaan di Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Penggunaan Teknologi Jumlah Persentase (%)

1 2 Ya Tidak 37 63 37 63 Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 4.20 tentang penggunaan teknologi dalam melakukan pekerjaan, sebanyak 37 KK (37 %) memanfaatkan teknologi dalam melakukan pekerjaan sedangkan 63 KK (63 %) tidak memanfaatkan teknologi dalam melakukan pekerjaan.

Tabel 4.21

Tanggapan Tetangga Terhadap Kebiasaan Kepala Keluarga di Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015

No Kebiasaan KK Jumlah Persentase (%)

1 2 Malas Tidak 46 54 46 54 Jumlah 100 100

Sumber : Data Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 4.21 dapat diketahui bahwa berdasarkan pengamatan tetangga, 54 KK (54 %) tidak memiliki kebiasaan malas sedangkan sebanyak 46 KK (46 %) memiliki kebiasaan malas seperti bangun siang serta tidak peduli terhadap lingkungan.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap KK miskin tentang faktor penyebab kemiskinan dari dimensi kultural di dapat hasil bahwa masyarakat miskin memiliki Ciri di Kecamatan Medan Perjuangan antara lain, umur antara 45-50 Tahun, pendidikan terakhir rata-rata tamat SD, pekerjaan kepala keluarga rata-rata sebagai pedagang, memiliki pendapatan rata-rata antara Rp. 970.000,00 – Rp. 1.500.000,00 dan memiliki tanggungan antara 4-6 orang. 1. Pekerjaan Kepala Keluarga

Masyarakat miskin di Kecamatan Medan memiliki pekerjaan yang rata-rata berasal dari sektor informal, seperti : tukang becak, pedagang, buruh,

penambal ban, dll, hal ini dikarenakan sebagian besar hanya tamat SD sehingga mereka tidak memiliki keahlian untuk bekerja di sektor formal. Berdasarkan skema kluckhon, masayarakat miskin tersebut memiliki sikap mental positif yaitu optimis. Walaupun mereka tidak memiliki pendidikan yang tinggi tetapi mereka tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya.

2. Kegiatan Pelatihan Kerja / Kursus

Berdasarkan hasil penelitian, 84 % kepala keluarga tidak mengikuti kegiatan pelatihan kerja / kursus. Padahal pelatihan kerja ini sangat baik untuk meningkatkan produktivitas kerja masyarakat, sehingga mereka lebih cenderung pasrah menerima pekerjaan tanpa ingin memiliki kemajuan dalam pekerjaan mereka. Dalam hal ini, berdasarkan skema Kluckhon masyarakat miskin ini cepat merasa puas terhadap apa yang telah dimiliki nya. Mereka hanya bekerja untuk nafkah hidup (memenuhi kebutuhan).

3. Kepemilikan Tabungan Kepala Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian, 68% kepala keluarga tidak memiliki tabungan. Kepala keluarga di Kecamatan Medan Perjuangan memiliki hakekat waktu yang hanya berorientasi ke masa sekarang tanpa memikirkan masa depan. Mereka hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa memikirkan pentingnya berhemat untuk keperluan seperti jika sakit.

4. Penghasilan Kurang Kepala Keluarga

Jika penghasilan kurang, 56% kepala keluarga lebih memilih untuk berhutang. Hal ini menandakan bahwa masyarakat memiliki nilai sikap mental yang negatif karena memiliki rasa ketergantungan sesama yang besar.

5. Pekerjaan Sampingan Kepala Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian, 87 % kepala keluarga tidak memiliki pekerjaan sampingan. Hal ini menunjukkan bahwa masayarakat miskin memiliki sikap mental negatif cepat merasa puas, mereka berusaha mencukupi pendapatan yang mereka dapatkan untuk memenuhi kebutuhan tanpa berusaha untuk mencari pendapatan tambahan.

6. Penggunaan Teknologi Dalam Melakukan Pekerjaan Kepala Keluarga

Sebanyak 63 % kepala keluarga tidak menggunakan teknologi dalam melakukan pekerjaan. Dalam hal ini, mereka memiliki sikap mental negatif karena sukar menerima inovasi (pembaharuan) yang dapat meningkatkan penghasilan mereka.

7. Tanggapan Tetangga Terhadap Kebiasaan Kepala Keluarga

Sebanyak 54 % kepala keluarga memiliki kebiasaan yang tidak malas (berdasarkan pengamatan tetangga). Kepala keluarga tersebut gigih dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan.

Secara umum penelitian ini mendukung pernyataan Oscar Lewis, yang menyatakan bahwa Karakteristik kebudayaan kemiskinan antara lain (i) rendahnya semangat dan dorongan untuk meraih kemajuan, (ii) lemahnya daya juang (fighting spirit) untuk mengubah kehidupan, (iii) rendahnya motivasi bekerja keras, (iv) tingginya tingkat kepasrahan pada nasib-nrimo ing pandum, (v) respons yang pasif dalam menghadapi kesulitan ekonomi, (vi) lemahnya aspirasi untuk membangun kehidupan yang lebih baik, (vii) cenderung mencari kepuasan sesaat (immediate gratification) dan berorientasi masa sekarang (present-time

orientation), dan (viii) tidak berminat pada pendidikan formal yang berdimensi masa depan.

Selain itu, berdasarkan teori Kluckhon tentang hakekat dasar manusia. Masyarakat miskin di Kecamatan Medan Perjuangan memiliki sikap mental negatif seperti : sifat boros, cepat merasa puas, sulit menerima inovasi serta memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sesama tetapi mereka juga memilki sikap positif yaitu optimis untuk berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait