• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Migran dan Migrasi

2.2.3 Faktor Penyebab Migrasi

Pada umumnya, banyak faktor yang mempengaruhi terjadiya migrasi,

disamping adanya faktor utama, terdapat juga faktor klasik berupa kondisi

kemiskinan di daerah pedesaan. Menurut Lee, terdapat empat faktor yang

menyebabkan seseorang atau penduduk mengambil keputusan untuk bermigrasi.

a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal

b. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan

c. Rintangan antara daerah asal dan daerah tujuan

d. Faktor-faktor daerah asal dan daerah tujuan.

Lee mengungkapkan bahwa volume migrasi di satu wilayah berkembang

sesuai dengan keanekaragaman daerah-daerah di dalam wilayah tersebut. Bila

melukiskan di daerah asal dan daerah tujuan ada faktor-faktor positif, negatif dan

adapula faktor-faktor netral. Faktor positif adalah faktor yang memberi nilai yang

menguntungkan kalau bertempat tinggal di daerah tersebut, misalnya di daerah

tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja, dan iklim yang baik. Sedangkan faktor

negatif adalah faktor yang memberi nilai negatif pada daerah yang bersangkutan

sehingga seseorang ingin pindah dari tempat tersebut. Perbedaan nilai kumulatif

antara kedua tempat cenderung menimbulkan arus imigrasi penduduk. Berikut ini

merupakan bagan atau gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya migrasi menurut Lee :

Keterangan :

Tanda “+” merupakan simbol faktor penarik

Tanda “-“ merupakan simbol faktor pendorong

Tanda “0” merupakan simbol faktor netral.

Menurut Lee, dalam setiap daerah banyak sekali faktor yang mempengaruhi

orang untuk tinggal atau menetap di situ atau menarik orang untuk pindah ke situ,

atau ada faktor-faktor lain yang memaksa mereka untuk meninggalkan daerah itu.

Faktor-faktor tersebut digambarkan dalam diagram berbentuk tanda + dan – (positif

dan negatif), sedangkan faktor-faktor yang pada dasarnya tidak berpengaruh sama

sekali terhadap penduduknya digambarkan dengan tanda 0. Beberapa faktor itu

mempunyai pengaruh yang sama terhadap beberapa orang, sedangkan ada faktor

berpengaruh yang berbeda terhadap seseorang. Di setiap tempat atau daerah yang

menjadi daerah asal maupun tujuan, yang terkait dengan perpindahan penduduk atau

kegiatan mobilitas, akan selalu terdapat faktor positif dan negatif. Yang mana

merupakan faktor yang menyebabkan seseorang meninggalkan daerah tersebut.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Lee dapat disimpulkan bahwa di

setiap tempat asal maupun tujuan, terdapat sejumlah faktor yang baik (positif) yang

menjadi faktor penarik, cenderung menahan orang atau penduduk agar tidak pindah

dari daerah asalnya, namun terdapat juga faktor negatif yang mempengaruhi untuk

tetap melaksanakan keputusan seseornag atau masyarakat untuk melakukan migrasi.

Dari pengertian yang telah dibahas sebelumnya, maka, pada dasarnya

melakukan migrasi. Faktor tersebut adalah faktor pendorong (push factor) dan faktor

penarik (pull factor).

a) Faktor Pendorong Migrasi (Push Factor)

Menurut Marbun (dalam Haryana), orang desa terdorong pindah atau

bermigrasi ke kota adalah proses kemiskinan di desa, lapangan pekerjaan yang

hampir tidak memadai / tidak tersedia, jika ada pendapatannya masih rendah, adat

istiadat yang masih megikat ketat serta sulitnya melanjutkan pendidikan.

Dalam konteks yang lebih luas, meningkatnya arus migrasi dapat

mempengaruhi terjadinya perubahan komposisi penduduk di daerah yang terkait dan

juga mempengaruhi pola komunikasi baik individu maupun kolektif dalam komunitas

yang berbeda. Ini berarti dalam intensitas yang tinggi migarsi dapat memberikan

pengaruh modernisasi pada daerah tujuan migrasi. Sehingga mendorong percepatan

modernisasi dan pengalihan teknologi di daerah tersebut. Dengan begitu dapat terjadi

peningkatan kesejahteraan. Berikut beberapa faktor-faktor pendorong terjadinya

migrasi di daerah asal :

1. Semakin berkurangnya sumber dayar alam, menurunnya permintaan atas

barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin sulit diperoleh seperti

hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.

2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal akibat masuknya

3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku di daerah

asal.

4. Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal.

5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa

mengembangkan karir pribadi.

6. Bencana alam, baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau

panjang atau adanya wabah penyakit.

Pendapat lain diungkapkan oleh Mantra dalam Waridin (2002)

menyebutkan bahwa ada beberapa teori yang mengungkapkan mengapa seseorang

melakukan mobilitas atau migrasi, diantaranya adalah teori kebutuhan dan stres.

Setiap individu mempunyai beberapa macam kebutuhan yang berupa kebutuhan

ekonomi, sosial, budaya dan psikologis. Semakin besar kebutuhan yang tidak

terpenuhi, semakin besar stres yang dialami seseorang. Apabila stres sudah berada di

atas batas toleransi, maka seseorang akan berpindah ke tempat lain yang mempunyai

nilai kefaedahan atau supaya kebutuhannya dapat terpenuhi. Perkembangan teori

migrasi ini kemudian dikenal sebagai model ”stress treshold” atau model ”place

utility”.

Spare (1975) juga menyatakan, bahwa migrasi dipengaruhi oleh faktor

structural, seperti karakteristik sosio-demografis, tingkat kepuasan terhadap tempat

tinggal, kondisi geografis daerah asal serta karakteristik komunitas. Pada umumnya,

ketidakpuasan pada latar belakang yang berdimensi structural ini akan dapat

yang tandus, biasanya akan ditinggalkan oleh masyarakatnya, dan mencari tempat

lain yang lebih subur atau pekerjaan lainnya yang banyak peluang ekonominya,

khususnya pada sektor on-pertanian, seperti bidang perdagangan, jasa atau industri.

Pendapat Todaro (1969) bahwa faktor ekonomi merupakan motif yang

paling sering dijadikan sebagai alasan utama untuk bermigrasi. Sehingga daerah yang

kaya sumber alam tentunya akan lebih mudah menciptakan pertumbuhan

ekonominya, meskipun mungkin kurang stabil. Daerah yang kaya sumber daya

manusia akan menjadi lokasi yang menarik bagi manufaktur atau jasa, terutama yang

menggunakan teknologi tinggi. Seperti lazimnya dalam ilmu ekonomi regional,

tenaga kerja akan cenderung melakukan migrasi dari daerah dengan kesempatan kerja

kecil dan upah rendah ke daerah dengan kesempatan kerja besar dan upah tinggi.

Todaro mengatakan, seseorang akan memutuskan untuk bermigrasi atau tidak

tergantung dari pendapatan yang dapat diperoleh dari migrasi itu positif atau negatif.

Dan menurutnya, bahwa orang tersebut ingin bermigrasi perlu dilihat secara spesifik

menurut karakteristik dari calon migran (seperti : pengetahuan dan keterampilan,

umur, jenis kelamin, pemilikan modal, dan lain-lain yang relevan) karena tingkat

pendapatan akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik tersebut. Todaro

mengsumsikan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan sebagai

pendorong orang untuk migrasi. Pernyataan ini juga didukung oleh Revenstein (1889)

menatakan dalam salah satu hukum migrasinya, bahwa motif ekonomi merupakan

Menyambung pendapat Todaro, terdapat juga beberapa faktor non ekonomis

yang mempengaruhi keinginan seseorang melakukan migrasi adalah:

1. Faktor-faktor sosial

Yang termasuk faktor sosial yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk

bermigrasi antara lain, keinginan migran untuk lepas dari kendala-kendala

tradisional dalam organisasi-organisasi sosial yang sebelumnya mengekang

mereka.

2. Faktor-faktor fisik

Yang termasuk faktor fisik adalah pengaruh iklim dan bencana meteorologis,

seperti banjir dan kekeringan.

3. Faktor-faktor demografi

Termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju

pertumbuhan penduduk suatu tempat.

4. Faktor-faktor budaya

Termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar yang berada pada

tempat tujuan migrasi

5. Faktor-faktor komunikasi

Termasuk kualitas seluruh sarana transportasi, sistem pendidikan yang

cenderung berorientasi pada kehidupan kota dan dampak-dampak

b) Faktor Penarik Migrasi (pull factor)

Faktor penarik merupakan faktor yang ada dan terdapat di daerah tujuan

perantauan atau migrasi. Menurut Kartomo (2000), bahwa daya tarik kota adalah

adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan

,pekerjaan yang cocok, kesempatan untuk mendapatan pendidikan yang lebih tinggi,

keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang lebih menyenangkan. Misalnya, iklim,

perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya, tarikan dari orang

yang diharapkan sebagai tempat berlindung.

Kebanyakan migrasi dilakukan guna mendapatkan kesejahteraan yang lebih

baik lagi dibanding daerah asal. Berikut ini adalah beberapa faktor-faktor penarik

yang mendorong terjadinya migrasi :

1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki

lapangan pekerjaan yang cocok.

2. Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik

3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi

4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya :

iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.

5. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat

kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang dari desa atau kota kecil.

Adanya faktor-faktor sebagai penarik ataupun pendorong di atas merupakan

perkembangan dari teori migrasi (The Law of Migration) yang dikembangkan oleh

1. Para migran cederung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan

2. Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi

adalah sulitnya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan

memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan.

Daerah tujuan harus mempunyai nilai kefaedahan (place utility) lebih

tinggi dibanding daerah asal.

3. Berita dari orang yang telah berpindah ke daerah lain merupakan informasi

yang sangat penting bagi orang-orang yang ingin bermigrasi.

4. Informasi negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk (migran

potensial) untuk bermigrasi.

5. Semakin tinggi pengaruh kekotaan, semakin besar tingkat mobilitasnya.

6. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi

mobilitasnya.

7. Para migran cenderung memilih daerah tempat teman atau sanak saudara

bertempat tinggal di daerah tujuan. Jadi, arah mobilitas penduduk menuju

ke arah datangnya informasi.

8. Pola migrasi bagi seseorang atau sekelompok penduduk sulit diperkirakan.

9. Penduduk yang masih muda atau belum kawin lebih banyak melakukan

mobilitas daripada penduduk yang berstatus kawin.

10. Penduduk yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak melakukan

Adapun Migran pemula atau pionir akan dianggap sebagai penarik penduduk

dari daerah asal yang mengakibatkan timbulnya pola migrasi berantai (chain

migration).

Dokumen terkait