• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELAHAAN PUSTAKA

F. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor-faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua yaitu, faktor risiko tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, dan keturunan. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan konsumsi garam berlebihan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). 1. Usia

Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Laki-laki lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik namun setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

3. Keturunan

Riwayat keluarga yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer (esensial).

Faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

4. Merokok

Bahan kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses artereosklerosis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Proses ini akan menurunkan suplai oksigen dalam darah dan menghambat aliran darah sehingga tekanan darah meningkat (Prasetyaningrum, 2014). Perokok aktif maupun perokok pasif memiliki risiko yang sama untuk mengalami kerusakan sel darah atau pembuluh darah dan akhirnya menimbulkan hipertensi oleh karena itu menghindari kawasan merokok atau teman perokok harus dilakukan (Prasetyaningrum, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Mayo Clinic menunjukkan tekanan darah sistolik normal meningkat 21 mmHg setelah mengisap 2 batang rokok (Caldwell, 2009). Termasuk dalam kriteria perokok adalah mereka yang digolongkan perokok pasif yaitu mengisap asap rokok tidak langsung dari batang rokok melainkan dari kepulan asap sekitarnya, misalnya anak, istri atau orang yang sehari-hari berada dekat fisik dengan perokok (Tapan, 2005).

Meninggalkan rokok adalah sebuah keputusan yang sangat bijaksana untuk mengatasi hipertensi. Berhenti merokok dapat menurunkan hipertensi, terutama untuk mencegah faktor risiko terjadinya serangan jantung dan stroke. Perusahaan farmasi Glaxo Wellcom di Inggris menyampaikan bahwa perokok

yang berhenti merokok akan mengalami perbaikan imunitas tubuh melalui tahapan berikut ini :

Tabel III. Tahap perubahan setelah berhenti merokok (Lingga, 2012) Pasca merokok Perubahan yang terjadi

1 tahun Risiko penyakit jantung tinggal separuh dari perokok. 10 tahun Risiko penyakit jantung dan kanker sama dengan bukan

perokok

15 tahun Seluruh sistem tubuh kembali normal, risiko jantung dan stroke sama dengan bukan perokok.

5. Konsumsi alkohol

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol memang terbilang jarang terjadi di Indonesia, meskipun demikian perlu diketahui banyak mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Beberapa contoh minuman beralkohol adalah anggur, bir, atau beberapa minuman keras lainnya (Prasetyaningrum, 2014). Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam meningkatkan tekanan darah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Prevalensi penduduk usia 15 tahun ke atas yang minum alkohol berdasarkan Riskesdas (2007) adalah 4,9% pada laki-laki dan 0,3% pada perempuan. Penelitian di semua provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa laki-laki lebih dominan daripada perempuan saat mengkonsumsi alkohol (Suhardi, 2012). Papadodima, Sotiropoulus, Xipnitos, Kollias, Spiliopoulou (2012) perempuan yang mengkonsumsi alkohol lebih sadar akan hipertensi dibandingkan laki-laki yang mengkonsumsi alkohol.

6. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Peningkatan porsi aktivitas fisik rata-rata 30-45 menit sehari pada hampir setiap hari dalam seminggu akan lebih menurunkan tekanan darah (Kowalski, 2007). Melakukan aktivitas fisik atau olahraga setidaknya dilakukan 3 kali dalam seminggu (Palmer and Williams, 2007).

American College of Sport Medicine (ACSM) pada tahun 2004 menyatakan hubungan antara olahraga dengan hipertensi, sebagai berikut.

1) Individu yang kurang aktif mempunyai risiko menderita hipertensi 30-50% lebih besar daripada individu yang aktif bergerak.

2) Sesi olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg.

3) Pengaruh olahraga jangka panjang (4-6 bulan) menurunkan tekanan darah 7,4/5,8 mmHg tanpa obat hipertensi.

4) Penurunan tekanan darah sebanyak 2 mmHg, baik sistolik maupun diastolik, mengurangi risiko terhadap stroke sampai 14-17% dan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler sampai 9%.

5) Pada individu dengan kelebihan berat badan sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dengan olahraga dan diet rendah kalori. Penurunan berat badan 4,5 kg dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, Darmawan, 2008).

7. Pola makan

Penurunan tekanan darah bagi penderita hipertensi akan lebih cepat bila diimbangi dengan pengaturan pola makanan yang baik dan seimbang. Pengaturan pola makan yang baik dan seimbang dengan cara menghindari konsumi lemak hewan, goreng-gorengan, atau makanan yang digoreng dengan minyak, membatasi konsumsi daging, hati, dan jeroan serta lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan seperti jambu, semangka, pepaya, pisang, wortel, bayam, dan sawi (Dalimarta, Purnama, Sutarina, Mahendra, Darmawan, 2008).

Pola makan masyarakat kini telah berubah menjadi lebih menyukai makanan dengan garam berlebih. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Pada masyarakat dengan konsumsi garam antara 5-15 gram sehari, memiliki prevalensi hipertensi antara 15-20%. Pada masyarakat yang mengonsumsi garam dibawah 3 gram sehari, memiliki prevalensi hipertensi kecil (Soenardi dan Soetardjo, 2005).

Penyebab hipertensi yang berhubungan dengan pola makan selain asupan natrium berlebih adalah konsumsi makanan mengandung lemak jenuh, dan kurangnya konsumsi buah serta sayur-sayuran. Mengurangi asupan natrium dapat mengurangi tekanan darah sistolik 2-8 mmHg. Konsumsi buah, sayur, dan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dapat mengurangi tekanan darah sistolik 8-14 mmHg (Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII, 2003).

Pola makan yang sehat dapat mengurangi risiko tekanan darah tinggi dan dapat juga menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi. Untuk rencana makan secara keseluruhan, DASH dapat digunakan. DASH merupakan singkatan dari

Dietary Approaches to Stop Hypertension. Pola makan DASH adalah biji-bijian, unggas, ikan, kacang-kacangan, konsumsi daging merah, manisan, minuman bergula yang rendah lemak, makanan dan minuman tinggi kalium, kalsium, dan magnesium, serta protein dan serat. Makanan rendah garam dan natrium juga dapat mengurangi tekanan darah. Pola makan DASH memiliki porsi lebih pada buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Pola makan DASH disusun berdasarkan energi yang dibutuhkan per hari yaitu 2000 kalori/hari (United States Department of Health and Human Services, 2003).

Tabel IV. Pola Makan DASH berdasarkan 2000 kalori/hari (United States Department of Health and Human Services, 2003)

Kelompok Makanan Penyajian Harian Takaran Penyajian Produk biji-bijian 7-8 1 potong roti

1 gelas sereal siap saji

½ gelas nasi, pasta, atau sereal Sayur-sayuran 4-5 1 gelas daun sayur mentah

½ gelas sayur masak 6 ons jus sayur Buah-buahan 4-5 1 buah matang

¼ gelas buah kering

½ gelas, buah segar, beku, atau kalengan

6 ons jus buah Makanan berbahan susu

yang rendah lemak atau bebas lemak

2-3 8 ons susu 1 gelas yogurt 1 ½ ons keju Daging tanpa lemak,

daging unggas, dan ikan

2 atau < 2 3 ons daging tanpa lemak yang sudah dimasak

3 ons Daging unggas tanpa kulit 3 ons ikan

Kacang-kacangan, kacang kering

4-5/minggu 1/3 gelas atau 1 ½ ons kacang ½ gelas kacang kering yang sudah dimasak

Lanjutan Tabel IV.

Lemak dan minyak 2-3 1 sendok teh margarin

1 sendok teh mayonaise rendah lemak

2 sendok makan light salad dressing

1 sendok makan minyak sayur Manisan 5 kali/minggu 1 sendok makan gula

1 sendok makan jeli atau selai ½ ons jelly beans

8 ons limonade (sari jeruk sitrum)

Dokumen terkait