• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Kematian pada Pasien Stroke a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

A. Gejala Stroke Hemoragik

3.2 Kematian Akibat Stroke

3.2.2 Faktor Risiko Kematian pada Pasien Stroke a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1. Usia

Stroke dapat menyerang semua usia, namun usia lanjut lebih berisiko mengalami stroke dan cenderung meninggal atau menimbulkan kecacatan menetap. Angka kematian stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut yaitu di atas 55 tahun (Ginanjar, G, 2009). Menurut

penelitian Tarent A. tahun 1987-1990 di salah satu rumah sakit di Swedia, kematian akibat stroke paling banyak terdapat pada usia diatas 85 tahun dengan proporsi 25% diikuti usia 75-84 tahun dengan proporsi 22% dan usia 15-64 tahun dengan proporsi 22% (Tarent A, 2000).

2. Ras atau Etnis

Ras kulit hitam lebih berisiko terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit putih. Hal ini berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi garam yang tinggi pada ras kulit hitam. Kejadian stroke di daerah timur Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah barat Amerika. Hal ini disebabkan tingginya kadar garam pada masyarakat di daerah Timur Amerika (Ginanjar, G, 2009). Menurut Penelitian Grude H.F

et al. tahun 2000-2001 di Amerika Serikat dengan desain case control, kemungkinan orang berkulit hitam meninggal dunia akibat stoke 1,5 kali dibandingkan orang berkulit putih (Grude HF, et al, 2001).

3. Jenis Kelamin

Stroke lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita. Namun, kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita dibandingkan dengan laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua. Hal ini disebabkan karena pemakaian hormon estrogen pada wanita sebelum menopause dapat melindungi dirinya dari risiko terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44% (Ginanjar, G, 2009). Menurut laporan

American Heart Association Subcommitte (2007) menyebutkan bahwa pada tahun 2004, sekitar 61% kematian akibat stroke di Amerika menyerang wanita. Penelitian Zia E et al.pada tahun 2009 d Swedia dengan desain case control, pada umur < 75 tahun kemungkinan perempuan meninggal dunia akibat stroke 1,7 kali lebih besar dibandingkan laki-laki (Zia, E,et al.2009).

b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah 1. Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang berisiko besar menyebabkan penderita stroke meninggal antara lain aritmia jantung seperti fibrilasi atrium, infark

miokard, gagal jantung yang terlepas akan mengalir ke otak dan ke bagian tubuh yang lain, dan embolus ini akan menyumbat arteri dan menyebabkan infark otak (Bustan, Mn, 2000) (Feigin, V, 2006). Berdasarkan penelitian Mandip S. et al. pada tahun 2007 di Amerika dengan desain kohort, penderita fibrilasi atrium memiliki risiko 1,7 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan bukan penderita fibrilasi atrium (Mandip S. et al.2007).

2. Hipertensi

Hal ini merupakan faktor risiko stroke karena dapat merusak dinding pembuluh darah dengan memperkeras tekanan arteri dan mendorong terbentuknya bekuan darah dan aneurisma. Orang yang hipertensi memiliki risiko stroke tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak hipertensi (Feigin, V, 2006).

3. Obesitas

Orang yang mengalami obesitas meningkatkan risiko stroke sekitar 15% dengan meningkatkan hipertensi, penyakit jantung, arteriosklerosis dan diabetes mellitus (Feigin, V, 2006). Menurut penelitian Sang Wook et al. di Korea Selatan pada tahun 2002 dengan desain kohort, orang yang obesitas (memiliki indeks massa tubuh ≥27,5 kg/m2) memiliki risiko 1,5 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan orang yang memiliki indeks massa tubuh normal yaitu yang memiliki indeks massa tubuh ≤23,0 (Sang Wook, et al.2002).

4. Transcient Ischemic Attack (TIA)

TIA merupakan serangan iskemik sesaat dan tiba-tiba. TIA menyebabkan kerusakan saraf otak yang disebabkan oleh berkurangnya distribusi oksigen dan dapat menimbulkan komplikasi berat (Feigin, V, 2006). Berdasarkan penelitian Putala, J, et al. pada tahun 2009 di Amerika dengan desain kohort, orang yang pernah mengalami serangan iskemik sesaat memiliki risiko 1,6 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan orang yang tidak pernah (Putala, J, et al.2009).

5. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung). Diabetes mellitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar (Feigin, V, 2006). Pada penelitian Marini C

et al.tahun 2005 di Amerika dengan desain case control, kemungkinan orang yang menderita diabetes melitus meninggal dunia akibat stroke 1,4 kali dibandingkan bukan penderita diabetes mellitus (Marini, C, et al.2005).

6. Alkohol

Alkohol dapat menaikkan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan spasme arteri. Semakin banyak mengkonsumsi alkohol akan semakin meningkatkan kemungkinan terkena stroke, terutama stroke hemoragik yang paling banyak menyebabkan kematian (Feigin, V, 2006). Menurut penelitian Tang J et al.tahun 2008 di Amerika dengan desain kohort, orang yang banyak mengkonsumsi alkohol memiliki risiko 1,5 untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan bukan peminum alkohol (Tang, J,et al.2008).

7. Hiperkolesterol

Kolesterol yang melekat di dinding arteri ikut berperan membentuk plak arteri, menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan arteri). Kolesterol juga menimbulkan akumulasi (penambahan) lemak dalam darah. Hal ini mengakibatkan penyempitan pembuluh darah yang memperberat kerja jantung dalam memompa darah untuk sirkulasi darah di tubuh, termasuk otak. Hal ini menyebabkan kematian jaringan otak, sehingga risiko terjadinya stroke meningkat dan risiko kematian pun akan meningkat (Feigin, V, 2006).

8. Merokok

Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (otak, jantung, tungkai) sehingga merokok mendorong terjadinya arteriosklerosis yang nantinya akan mengurangi aliran darah ke otak dan

menyebabkan darah menggumpal (Feigin, V, 2006). Menurut penelitian Sang Wook et altahun 2002 di Korea Selatan dengan desain kohort, perokok aktif (menghisap ≥20 rokok sehari) memiliki risiko 2,3 kali untuk menderita stroke dan meninggal dunia dibandingkan dengan orang yang bukan perokok aktif (Sang Wook, et al. 2002).

9. Stres

Stres atau depresi dapat menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, dan peningkatan pembekuan darah, yang semuanya adalah faktor risiko stroke. Selain itu, jika stres disertai dengan faktor risiko lain seperti arteriosklerosis berat, penyakit jantung akan memicu dan membuat risiko penderita stroke semakin berat dan risiko kematian menjadi meningkat (Feigin, V, 2006).

2.3.3 Penyebab Kematian pada Pasien Stroke Fase Akut 1. Jenis Stroke

a. Stroke Hemoragik

Pada pasien dengan perdarahan intraserebral mempunyai persentase mortalitas antara 90-100% pada fase akut di Indonesia, sedangkan untuk di negara maju mempunyai persentase ± 70%. Untuk perdarahan ekstraserebral (subaraknoid) persentase mortalitas berada pada ± 50%.

b. Stroke Iskemik

Mortalitas pada pasien stroke iskemik dengan trombosis serebri mempunyai persentase 30-40% sedangkan untuk emboli serebri mempunyai persentase 20-30% (FK UNPAD, 1984).

2. Komplikasi a. Edema Serebri

Edema serebri dapat terjadi akibat adanya kenaikan suhu tubuh. Hal ini berpengaruh terhadap sawar darah otak/Blood Brain Barrier

(BBB) dengan meningkatkan permeabilitas BBB yang berakibat langsung baik secara parsial ataupun komplit dalam terjadinya

edema serebral. Hipertermia juga meningkatkan metabolisme sehingga terjadi lactic acidosis yang mempercepat kematian neuron (Neuronal Injury) dan menambah adanya edema serebral. Edema serebri akan mempengaruhi tekanan perfusi otak dan menghambat reperfusi yang adekuat dari otak (Ritarwan, 2002).

b. Pneumonia Aspirasi dan Infeksi

Pada pasien stroke didapati keadaan imunologik yang menurun, hal ini disebabkan karena adanya pembersihan debris dan proses perbaikan yang melibatkan respon imunologik.

Faktor yang berkontribusi pada terjadinya pneumonia pada stroke akut antara lain disfagia, kegagalan refleks gag dan refleks batuk, aspirasi dehidrasi, immobilisasi dan paresis otot-otot pernapasan. (Sariningsih, 2011)

c. Deep Vein Thrombosis

Pada pasien stroke iskemik akut dengan usia lanjut, imobilisasi, paralisis pada ekstremitas bawah, paralisis yang berat, dan adanya atrial fibrilasi seringbersamaan dengan peningkatan risiko terjadinya DVT (Setyopranoto, I. 2005).

d. Hidrosefalus

Adanya bekuan darah di ruang subarakhnoid menyebabkan tersumbatnya cairan serebrospinal disekitar batang otak, sehingga terjadi hidrosefalus tekanan normal (FK UNPAD, 1984)

e. Kelainan Jantung

Penelitian yang dilakukan oleh Milikan, CH, 1979 mengemukakan bahwa 60% kematian pada minggu pertama pasien stroke mengalami serangan disebabkan oleh kelainan jantung, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya faktor risiko yang memicu terjadinya kelainan jantung tersebut.

Kelaianan jantung itu dapat berupa fibrilasi atrial, gagal jantung, endokarditis, penyakit jantung rematik, prolapsus katup mitral dan trombus mural (Simon, Roger P. et al.1999).

f. Pulmonary Embolism

Embolus pulmonal merupakan salah satu penyebab kematian pada minggu pertama pasien stroke fase akut mengalami serangan. Dalam penelitian Milikan, CH, 1979 disebutkan bahwa dari 104 pasien stroke fase akut yang meninggal pada hari 0-9 terjadinya serangan, 12 kematian disebabkan oleh terjadinya embolus pulmonal dengan kematian rata-rata pada hari kelima.

BAB 3

Dokumen terkait