• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Kemendiknas, 2013).

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Mubarak (2005), pendidikan formal yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta adalah merupakan upaya untuk meningkatkan kecerdasan serta kemampuan bangsa. Kemampuan ini mencakup kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor dari segala bidang keilmuan

termasuk teknologi. Tingginya angka kelulusan perguruan tinggi dari suatu bangsa adalah merupakan indikator kualitas bangsa itu.

Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga seseorang dapat membuat keputusan lebih baik dalam bertindak. Tingkat pendidikan dipercaya mempengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. pendidikan yang tinggi akan memungkinkan seseorang untuk mengetahui atau mengenal gejala awal dari suatu penyakit, sehingga keinginan untuk segera mendapatkan perawatan (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehataan, pencarian pengobatan, kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktek dari seseorang. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Setiawati, 2008).

Menurut Erfandi (2009), pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Menurut Kemendiknas (2013), tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik yaitu:

b. Pendidikan dasar (Sekolah Dasar (SD)/Madrasah (MI) atau bentuk lain, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain)

c. Pendidikan menengah (Pendidikan menengah umum/kejuruan terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain sederajat

d. Pendidikan Tinggi (Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas).

b. Informasi

Informasi kesehatan merupakan serangkaian informasi tang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku yang sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak faktor yaitu sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses pendidikan, proses pendidikan dan perubahan perilaku (Setiawati, 2008).

Tujuan pemberian informasi kesehatan adalah membantu individu, keluarga, atau komunitas untuk mencapai tingkat kesehatan optimal. Layanan kesehatan preventif dapat mengurangi biaya kesehatan dan menurunkan beban bagi individu, keluarga dan komunitas. Tenaga kesehatan seperti perawat, bidan dan dokter merupakan sumber informasi yang tampak dan kompeten bagi klien yang ingin meningkatkan kondisi fisik dan psikologisnya. Tenaga memberikan informasi dan keterampilan dan dapat mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih sehat. Hal ini dapat dilakukan di sekolah, rumah, klinik atau tempat kerja. Sebagai contoh bidan mengajarkan perubahan fisik dan psikologis wanita dan perkembangan janin bagi calon orang tua (Potter dan Perry, 2009).

Promosi kesehatan bukan hanya kegiatan penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tetantang kesehatan tetapi jugamerupakan upaya-upaya dalam memfasilitasi perubahan perilaku kesehatan yang diinginkan. Informasi yang diberikan bukan hanya melakukan perubahan perilaku saja melainkan juga upaya perubahan lingkungan, sosial budaya, politik dan ekonomi (Setiawati, 2008).

Setelah mendapatkan informasi tersebut, ibu mungkin akan lebih mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga, dan menghindari faktor-faktor yang berisiko buruk terhadap kesehatan. Promosi perilaku sehat melalui edukasi memungkinkan masyarakat mengambil tanggung jawab yang lebih besar terhadap kesehatanya. Pengetahuan yang lebih baik

akan menghasilkan kebiasaan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik pula. Saat masyarakat menyadari kesehatan maka akan lebih cenderung untuk mencari diagnosis diri terhadap masalah kesehatan (Potter dan Perry, 2009).

Menurut Setiawati (2008), perilaku berubah dengan terlebih dahulu diberikan sebuah penguatan berupa informasi-informasi tentang suatu hal yang bisa merubah perilku terlebih dahulu. Perilaku makan makanan siap saji akan menyebabkan banyak penyakit. Informasi tentang penyakit yang dialami, komplikasi yang dapat terjadi bahkan dapat mengakibatkan kematian perlu diinformasikan. Di samping itu juga perlu diberikan informasi berupa solusi makanan dan minuman tanpa pengawet, pentingnya sayuran dan makanan dengan serat tinggi adalah informasi yang akan merubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.

Promosi kesehatan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses pemberian informasi kesehatan yang bertujuan tercapainya tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut di samping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, petugas yang melakukannya, alat-alat bantu/alat peraga pendidikan yang dipakai (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2003), seseorang atau masyarakat dapat memperoleh pengalaman/pengetahuan melalui berbagai macam media

informasi. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda di dalam membantu permasalahan seseorang. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur informasi, media ini dibagi menjadi 3, yakni media cetak, media eletronik dan media papan.

1) Media cetak

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan informasi kesehatan sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut:

a) Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar. b) Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.

c) Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat. d) Flip chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau

informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku di mana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut. e) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

f) Poster ialah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum dan sebagainya.

g) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan 2) Media eletronik

Media eletronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya antara lain: a) Televisi

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau Tanya jawab masalah kesehatan, ceramah, TV sport, kuis atau cerdas cermat dan sebagainya.

b) Radio

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan (Tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot dan sebagainya.

c) Video

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.

d) Slide

Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan.

e) Internet 3) Media papan

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh usia, semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh dan semakin baik adaptasi seseorang yang ditunjukkan melalui perilaku. Umur sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku yaitu seseorang

akan berubah seiring dengan perubahan kehidupannya (Potter dan Perry, 2009).

Menurut Potter dan Perry (2005), pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus dan berlliku-liku, proses komplek yang sering dibagi ke dalam tahap yang diatur sesuai kelompok umur. Periode perkembangan menurut untuk orang dewasa dibagi dalam 18-21 tahun (remaja akhir), 22-40 tahun (dewasa muda), 41-65 tahun (dewasa tengah), > 65 tahun (dewasa akhir).

Menurut Erfandi (2009), usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup:

1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

Selain itu, ibu-ibu yang terlalu muda sering kali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Di Indonesia angka kejadian perempuan infertil 15% pada usia 30-34 tahun meningkat 30% pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun. Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah berumur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause (Irsal, 2008).

Dokumen terkait