• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang diduga mempengaruhi penyimpangan dari data Potensi Desa Kota Tasikmalaya Tahun 2006, menunjukan bahwa dari 81 variabel asal yang terkoleksi diperoleh kelompok data baru sebanyak 15 variabel dasar, yaitu variabel- variabel dasar tersebut mengandung informasi setara dengan informasi yang terkandung dalam satu variabel asal. Nilai eigenvalues dari scree plot yang diperoleh dari hasil pengolahan PCA dengan menggunakan software statistika 6.0, terlihat bahwa hasil grafik yang lebih curam yang ditentukan oleh titik yang berada di atas nilai 1 terdapat 4 titik, yang artinya terdapat 4 faktor terpilih yang memenuhi syarat ( > 70%) diduga sebagai penentu penyimpangan dari RTRW. Nilai prosentase total komulatif eigenvalue yang dihasilkan dari analisis PCA

adalah sebesar 95,78% yang artinya, bahwa ke-4 faktor tersebut dapat menerangkan 95,78% keragaman data awal 15 variabel yang terkoleksi menjadi 12 variabel yang berpengaruh terhadap penyimpangan. Hasil proses PCA dapat dilihat pada Tabel 20 (Eigenvalues) dan Tabel 21 adalah faktor loading yang memiliki bobot dalam setiap variabel yang dikandungnya.

Tabel 20. Eigenvalues Hasil PCA

Eigenvalues

Extraction: Principal components

Eigenvalue % Total Cumulative Cumulative

variance Eigenvalue %

1 3,846383 38,46 3,846383 38,46

2 2,961912 29,62 6,808295 68,08

3 1,747986 17,48 8,556281 85,56

4 1,022298 10,22 9,267579 95,78

Sumber data: Hasil Olahan

Tabel 21. Nilai Faktor Loading Variabel Penentu Penyimpangan dari RTRW

Factor Loadings (Varimax normalized) (podes kota tasik terbaru)

Extraction: Principal components

(Marked loadings are > .700000)

variabel faktor 1 faktor 2 faktor 3 faktor 4

Kepadatan Penduduk -0.770468 -0.316913 -0.311063 0.024373 jumlah petani 0.102329 0.795604 0.120562 -0.005750 jml rmh prmk kmh -0.781097 -0.150584 -0.256820 0.300366 jml kelg pmk kumuh -0.797499 -0.105422 0.079783 0.340180 jml kelg di sektr bantaran -0.187941 -0.087884 -0.953715 0.065327 jml bang rmh di sekitr bantaran -0.138802 -0.078343 -0.968555 0.067976 luas lahan sawah 0.810205 0.079000 0.153785 0.350232 luas lhn swh yang diusahakan 0.735249 -0.223986 0.045269 0.348765 luas lahn bukan sawah 0.088951 0.950859 0.020913 0.038042 luas lahan pertanian 0.036280 0.914786 0.049375 -0.186016 luas lahan utk non pertanian 0.122789 0.131951 -0.157843 0.759072

jrk desa. ke pst Kota 0.142068 0.260888 -0.018279 -0.710764

Expl.Var 3.146310 2.663921 2.085110 1.577180 Prp.Totl 0.262192 0.221993 0.173759 0.131432

Sumber: Hasil Olahan PCA

Berdasarkan Tabel 21 dapat dijelaskan, hasil olahan PCA ada 4 faktor yang diduga berpengaruh terhadap penyimpangan penggunaan lahan adalah sebagai berikut:

Faktor ke-1 yang paling berpengaruh terhadap penyimpangan penggunaan lahan, yaitu kepadatan penduduk, jumlah rumah dan keluarga dipemukiman kumuh, luas lahan sawah dan lahan yang diusahakan. Hal tersebut menunjukkan hubungan kepadatan penduduk dimana tingginya kepadatan penduduk akan diikuti oleh tingginya pemukiman kumuh serta luas lahan sawah akan berpengaruh terhadap luas ladang yang diusahakan. Hal ini berarti dengan bertambahnya jumlah penduduk dipermukiman kumuh akan bertambah pula penggunaan lahan untuk pemukiman dan fasilitas pendukungnya, sehingga mendorong terjadinya penyimpangan dari RTRW.

Faktor 2 yang berpengaruh adah luas lahan sawah dan luas ladang yang diusahakan. Hal tersebut menunjukkan hubungan penggunaan lahan, dimana meningkatnya luas lahan sawah sejalan dengan meningkatnya luas lahan sawah pengairan yang diusahakan.

Faktor ke- 3 yang berpengaruh terhadap penyimpangan adalah jumlah keluarga dan jumlah rumah di sekitar Bantaran, yaitu menunjukkan hubungan penggunaan lahan, dimana menurunnya jumlah keluarga di sekitar bantaran mengakibatkan menurun pula bangunan-bangunan di sekitar bantaran. Penggunaan lahan sisekitar bantaran merupakan pelanggaran garis sempadan Sungai yang selanjutnya diduga berpengaruh terhadap penyimpangan, karena menurunnya luas lahan pertaninan disebabkan penggunaan lahan untuk permukiman, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan luas ladang (lahan pertanian) yang diusahakan.

Faktor ke- 4 yang berpengaruh terhadap penyimpangan adalah luas lahan non pertanian dan jarak desa ke pusat kota. Hal tersebut menunjukkan semakin besar luas lahan non pertanian akan semakin mendekati pusat kota, dimana setiap pembangunan cenderung mendekati pusat-pusat kota.

Tabel 22. Hasil pengolahan Regresi untuk penyimpangan penggunaan lahan.

Regression Summary for Dependent Variable: PENYIMPANGAN R= .13431085 R²= .01803940 Adjusted R²= --- F(4,64)=.29393 p<.88087 Std.Error of estimate: 54.709

Sumber: Hasil olahan

Hasil diatas menunjukan bahwa: kepadatan penduduk (F1) mengakibatkan terjadinya peningkatan luas lahan permukiman. Bertambahnya jumlah keluarga di permukiman kumuh, akan bertambah pula bangunan disekitarnya. Bertambahnya luas lahan sawah sejalan dengan luas lahan yang diusahakan. Hal ini berarti dengan bertambahnya jumlah penduduk akan mendorong terjadinya berbagai penyimpangan. Demikian juga yang dipengaruhi oleh faktor 2 adalah luas lahan sawah akan berpengaruh terhadap pertambahan luas lahan bukan sawah (terbangun) dalam memenuhi kebutuhan ruang. Faktor yang ke 3 adalah bangunan di sekitar Bantaran, jika terus meningkat maka penyimpangan akan terus bertambah. Faktor ke 4 adalah pengaruh jarak ke pusat Kota cenderung terjadinya penyimpangan, dimana permukiman berkembang selalu mendekati lokasi kerja/pusat Kota.

Pada Tabel 22, selanjutnya dilakukan analisis untuk mengkorelasikan secara langs ung variabel penentu penyimpangan dengan proporsi luas penyimpangan dari RTRW. Hasil regresi luas penyimpangan penggunaan lahan disajikan berikut ini :

Y = 34,4874 + 5,85846 X1 – 1,24941 X2 + 3,92446 X3 - 0,68311 X4

Dimana : Y = luas penyimpangan

X1 = Faktor 1 (Kepadatan penduduk) X2 = Faktor 2 (lahan pertanian)

N = 69 Beta Std.Err. B Std.Err. t(64) p-level

Intercept 34.4874 6.586178 5.236329 0.000002 Factor 1 0.109380 0.123867 5.85846 6.634433 0.883039 0.380520 Factor 2 -0.023327 0.123867 -1.24941 6.634427 -0.188323 0.851219 Factor 3 0.073271 0.123867 3.92446 6.634428 0.591529 0.556250 Factor 4 -0.012754 0.123867 -0.68311 6.634425 -0.102965 0.918313

X3 = Faktor 3 (bangunan di bantaran sungai) X4 = Faktor 4 (jarak ke pusat kota)

Faktor yang mempengaruhi penyimpangan berdasarkan hasil wawancara dan kondisi lapangan:

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di lapangan, hasil wawancara dan kuesioner secara purposive sampling dengan masyarakat di lokasi penyimpangan adalah sebagai berikut:

1) Tingkat pendidikan masyarakat rata-rata rendah 2) Pekerjaan sebagai petani, buruh dan pengangguran

3) Kepemilikan tanah, sebagian besar adalah lahan sendiri dan warisan. 4) Pengetahuan masyarakat mengenai rencana tata ruang sangat rendah. 5) Kurang sosialisasi dari pemerintah pada masyarakat mengenai RTRW.

Penyimpangan penggunaan lahan perkotaan tidak lepas dari faktor perilaku serta latar belakang masyarakat yang menempatinya, misalnya tumbuhnya permukiman kumuh dan bangunan sekitar bantaran atau terbentuknya ruang-ruang hunian sederhana atau kumuh dibagian kota yang sebenarnya terlarang untuk menjadi tempat tinggal. Hal ini memperlihatkan ciri-ciri perilaku penghuninya dalam penggunaan lahan, yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah membuat orang cenderung untuk melangga r aturan. Bagi masyarakat yang berpendidikan cara penggunaan lahan yang menyimpang mengandung resiko. Dengan demikian dapat dikatakan seseorang yang memiliki pendidikan tinggi memiliki pengetahuan untuk tidak menggunakan lahan yang tidak syah. Pengetahuan dalam menentukan keputusan untuk bertindak atau memilih suatu resiko didasarkan pada pandangan rational choice. Sastraprateja (1993) mengemukakan bahwa pengetahuan menghasilkan nilai untuk menentukan atau memilih.

2. Pekerjaan dan pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan untuk menempati lahan, misalnya masyarakat yang berpenghasilan rendah cenderung untuk mengabaikan faktor legal dalam memiliki tanah karena keterbatasan biaya, sehingga mempunyai keterbatasan dalam melakukan investasi pembelian lahan yang dapat dijadikan tempat tinggal.

3. Kepemilikan lahan (sebagian besar lahan sendiri dan warisan) di lokasi penyimpangan dapat mendorong terjadinya penyimpangan penggunaan lahan. Pada lahan tersebut dapat dengan mudah berpindah tangan/kepemilikan, karena terdesak kebutuhan dan nilai ekonomis lahan cukup tinggi. Sehingga sulit untuk mencegah terjadinya konversi lahan.

4. Pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai rencana tata ruang dapat menyebabkan orang tidak menyadari bahwa telah menempati tempat yang salah atau tidak sesuai.

5. Kurang sosialisasi dari pemerintah pada masyarakat mengenai RTRW menyebabkan masyarakat tidak tahu rencana apa yang akan dibangun di lokasi tempat tinggalnya. Namun demikian ada usaha pemerintah Kota untuk menertibkan atau meminimalkan berbagai penyimpangan yang terjadi, yaitu menertibkan/merelokasi hunian tempat-tempat kumuh, mempertahankan kawasan resapan air yang dimiliki penduduk di kecamatan Tawang.

Pertumbuhan Industri (rumahan) di Kota Tasikmalaya, berupa Kerajinan Tangan dan Bordir cukup pesat sejalan dengan visi Kota Tasikmalaya dalam RTRW 2004-2014 sebagai pusat Perdagangan dan Industri termaju di wilayah Priangan Timur. Hal tersebut membawa konsekwensi logis terhadap datangnya tenaga kerja dari luar Kota Tasikmalaya. Persoalan muncul dalam hal mengimplementasikan RTRW Kota Tasikmalaya dalam mengakomodasi dinamika perkembangan pemanfaatan ruang. Penurunan luas Hutan sejalan dengan tumbuhnya pemukiman di areal Hutan yang dihuni sebagian besar oleh petani penggarap tanaman Tumpang sari, demikian juga penurunan luas lahan pertanian karena bertambah/terdesak kebutuhan akan permukiman

Dokumen terkait