• Tidak ada hasil yang ditemukan

Falah sebagai Tujuan Hidup

Dalam dokumen Filsafat ekonomi islam (Halaman 31-37)

BAB 3 KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM

A. Falah sebagai Tujuan Hidup

Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja

aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan, kemuliaan atau

kemenangan. Dalam penegertian literal, falah adalah kemuliaan dan kemenangan, yaitu kemuliaan dan kemenangan dalam hidup. Istilah falah menurut Islam diambil dari kata Alquran, yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru lebih ditekankan pada aspek spiritual. Dalam konteks dunia, falah merupakan konsep yang multi dimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek perilaku individual/mikro maupun perilaku kolektif/makro.

Untuk kehidupan dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan akhirat, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi (bebas dari segala kebodohan).

26

Dari Tabel 1.1 tampak bahwa falah mencakup aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi kehidupan manusia. Aspek ini secara pokok meliputi spiritualitas dan moralitas, ekonomi, sosial dan budaya, serta politik. Misalnya, untuk memperoleh suatu kelangsungan hidup, maka dalam aspek mikro manusia membutuhkan: (a) pemenuhan kebutuhan biologis seperti kesehatan fisik atau bebas dari penyakit; (b) faktor ekonomis, misalnya memiliki saran kehidupan; dan (c) faktor sosial, misalnya adanya persaudaraan dan hubungan antarpersonal yang harmonis. Dalam aspek makro, kesejahteraan menuntut adanya keseimbangan ekologi, lingkungan yang higenis, manajemen lingkungan hidup, dan kerja sama antaranggota masyarakat. Faktor-faktor ini baru akan lengkap jika manusia juga terbebas dari kemiskinan serta memiliki kekuatan dan kehormatan.

Tabel 1.1

Aspek Mikro dan Aspek Makro dalam Falah Unsur Falah Aspek Mikro Aspek Makro Kelangsungan Hidup  Kelangsungan hidup biologis: kesehatan, kebebasan keturunan dan sebagainya.  Keseimbangan ekologi dan lingkungan.  Kelangsungan hidup ekonomi kepemilikan kantor produksi.  Pengelolaan sumber daya alam  Penyediaan kesempatan berusaha untuk semua penduduk

27  Kelangsungan hidup sosial persaudaraan dan harmoni hubungan sosial.  Kebersamaan sosial, ketiadaan konflik antarkelompok.  Kelangsungan hidup politik: kebebasan dalam partisipasi politik.

 Jati diri dan kemandirian. Kebebasan Berkeinginan  Terbebas kemiskinan.  Penyediaan sumber daya untuk seluruh penduduk  Kemandirian hidup.  Penyediaan sumber daya untuk generasi yang akan datang. Kekuatan Dan Harga Diri

 Harga diri.  Kekuatan ekonomi dan kebebasan dari utang.  Kemerdekaan, perlindungan terhadap hidup dan kehormatan.  Kekuasaan militer.

28

Akhirat merupakan kehidupan yang diyakini nyata-nyata ada dan akan terjadi, memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dibandingkan dunia. Kehidupan dunia akan berakhir dengan kematian atau kemusnahan, sedangkan kehidupan akhirat bersifat abadi atau kekal. Kehidupan dunia merupakan ladang pencapaian tujuan akhirat. Karena itulah kehidupan akhirat akan diutamakan manusia dihadapkan pada kondisi harus memilih antara kebahagiaan akhirat dan kebahagiaan dunia. Meskipun demikian, falah mengandung makna kondisi maksimum dalam kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Dalam praktik kehidupan di dunia, kehidupan di akhirat tidak dapat diobservasi, namun perilaku manusia di dunia akan berpengaruh terhadap kehidupan dan kebahagiaan di akhirat. Dalam praktiknya, upaya manusia untuk mewujudkan kebahagiaannya di dunia ini sering kali menimbulkan dampak negatif bagi orang lain, kelestarian lingkungan maupun kelangsungan hidup manusia dalam jangka panjang. Ketidakmampuan manusia dalam menyeimbangkan pemenuhan berbagai kebutuhan di dunia serta keinginan manusia yang sering kali berlebihan bisa berakibat pada gagalnya tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ekonomi Islam mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhan materinya di dunia sehingga tercapai kesejahteraan yang akan membawa pada kebahagiaan di dunia dan di akhirat (falah).

Sebagaimana diungkapkan di muka setiap manusia ingin mendapatkan kebahagiaan yang abadi atau sepanjang masa hidupnya, tidak hanya di kehidupan di dunia ini namun juga di akhirat kelak. Pemenuhan kebutuhan materi di dunia akan diupayakan agar bersinergi dengan pencapaian kebahagiaan secara menyeluruh. Setiap manusia berkeinginan untuk mendapatkan kesejahteraan yang mampu mengantarkan kepada kebahagiaan abadi.

29

Meskipun demikian, setiap manusia mungkin memiliki pandangan yang berbeda mengenai penyebab atau sumber terjadinya kebahagiaan. Para ahli psikologi, misalnya, akan memandang sumber utama kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan jiwa dan masalah utama berakar dari problem jiwa atau psikologis. Ahli politik memandang sumber kebahagiaan adalah eksistensi diri terhadap lingkungan dan aspek politik dipandang sebagai penyebab utama masalah kehidupan. Ahli ekonomi memandang bahwa pemenuhan kebutuhan material merupakan sarana kehidupan, sehingga kebahagiaan sering dikonotasikan dengan makna kesejahteraan, yaitu kecukupan terhadap materi. Jika manusia berlimpah (tidak hanya cukup) materi maka akan bahagia.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa kebahagiaan sering sekali tidak diperoleh meskipun manusia berlimpah harta bendanya. Ternyata, kebahagiaan tidak dapat dilihat hanya dari satu sudut pandang saja. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian manusia dewasa ini mengalami kegagalan dalam merumuskan definisi kesejahteraan yang mendatangkan kebahagiaan, sekaligus kegagalan untuk mewujudkannya. Karena kesalahan dalam memahami pengertian kesejahteraan itu sendiri. Lalu, bagaimana Islam mendefinisikan kesejahteraan?

Pendefinisian Islam tentang kesejahteraan didasarkan pandangan yang komprehensif tentang kehidupan. Kesejahteraan menurut ajaran Islam mencakup dua pengertian, yaitu:

a. Kesejahteraan Holistik dan Seimbang, yaitu kecukupan materi yang didukung oleh terpenuhinya kebutuhan spiritual serta mencakup individu dan sosial. Sosok manusia terdiri atas unsur fisik dan jiwa, karenanya kebahagiaan haruslah menyeluruh dan seimbang di antara keduanya. Demikian pula manusia memiliki

30

dimensi individual dan sekaligus sosial. Manusia akan merasa jika terdapat keseimbangan diantara dirinya dengan lingkungan sosialnya.

b. Kesejahteraan di Dunia dan Akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup di alam dunia saja, tetapi juga di alam setelah kematian/kemusnahan dunia (akhirat). Kecukupan materi di dunia ditujukan dalam rangka untuk memperoleh kecukupan di akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak terdapat dicapai maka kesejahteraan di akhirat lebih diutamakan, sebab ia merupakan suatu kehidupan yang abadi dan lebih bernilai (valueable) dibandingkan kehidupan dunia.

Bagaimana manusia mampu mencapai falah sangat tergantung pada perilaku dan keadaan manusia di dunia. Secara umum, manusia menghadapi kesulitan dalam mengharmonisasikan berbagai tujuan dalam hidup karena keterbatasan ada pada dirinya oleh karena itu Islam mengajarkan bahwa untuk mencapai falah, manusia harus menyadari hakikat keberadaannya di dunia, mengapa kita tercipta di dunia ini. Tidak lain manusia tercipta kecuali karena kehendak yang menciptakan, yaitu Allah sehingga manusia mencapai kesuksesan hidupnya jika ia mengikuti petunjuk pencipta. Perilaku manusia semacam inilah yang dalam agama Islam disebut Ibadah, yaitu setiap keyakinan, sikap, ucapan, maupun tindakan yang mengikuti petunjuk Allah, baik terkait dengan hubungan sesama manusia (muamalah) ataupun manusia dengan penciptanya (Ibadah

Mahdhah). Di sinilah agama Islam memiliki ajaran yang lengkap, menuntun setiap aspek kehidupan manusia agar manusia berhasil dalam mencapai tujuan kehidupannya. Dengan demikian, ibadah merupakan alat atau jalan yang digunakan untuk mencapai falah.

31

Dalam dokumen Filsafat ekonomi islam (Halaman 31-37)

Dokumen terkait