Pasien False Emergensi adalah pasien yang memerlukan pertolongan medis yangTidak gawat dan Tidak darurat.
Pelayanan pasien False Emergensi disediakan untuk pasien dengan kondisl tidakgawat darurat dengan keluhan ringan yang membuluhkan pelayanan konsultasidi luar jam poliklinik.
Pasien dapat menunggu pelayanan sampai 21am.
Tim False Emergensi terdiri dari 1 orang perawat, sememara dokter yang berfugas adalah dokter umum pada bagian non urgen.
B. Pelayanan Kegawatdaruratan di Luar lnstalasi Gawat Darurat (Sistem Pemanggilan Fatmawati One atau F -1)
Sistem pelayanan kegawatdaruratan diluar lnstalasi Gawat Darurat di RSUP Farmawati diatasi dengansuatu sistem yang disebut Fatmawati One atau sering disebut F-1. Kriteria dari pemanggilan F-1 antara lain:
Kegawatan yang tidak dapat ditangani oleh petugas medis
Henri nafas dan henti jantung
Penurunan kesadaran tiba-tiba terhadap seseorang
Perubahan saturasi oksigen secara tiba-tiba (SatO2 < 90 % dengan penggunaan oksigen maksimal)
Perubahan pola nafas tiba-tiba (Repiratory Rate < 8 x/menit atau > 30x/menit)
Perubahan tekanan darah tiba-tiba (tekanan darah sistolik < 90 mmHg)
Perubahan denyut jantung tiba-tiba (Heart Rare < 40x/menit atau >15Ox/menit)
1) Personel dari Tim F-1
Tim F-1 Terdiri dari, yaitu Tim lnfi yang berasal dari lnstalasi Gawat Darurat dan Tim Pelaksana lapangan. Tim ini dari IGD beranggotakan 1 orang dokter yang bersertifikat ACLS, ATLS arau FCCSdan 1 orang perawat terlatih dengan membawa peralatan F-1 dari ruang gawat darurat. Timpelaksana lapangan beranggotakan dari perawat ruang gawat yang telah menjalani pelatihan F-1 dam bersertifikasi BLS. Hingga saat ini, perawat pelaksana anggota tim F-1 tersebar di seluruh ruangrawat, dan Telah mengikuti pelatihan F-1 dengan rincian:
GELOMBANG 1. TANGGAL 5 s.d 8 JULI 2010
NO. NAMA NIP UNIT KERJA
GELOMBANG 2. TANGGAL 19 s.d 22 JULI 2010
NO. NAMA NIP UNIT KERJA
GELOMBANG 3. TANGGAL 4 s.d 7AGUSTUS 2010
2) Alat-alat dan fasilitas pada pelayanan F-1
Emergensi Kit, Trolley Emergensi dan Tas Emergensi F-1 tersebesar di 8 titik rawan di seluruh kawasan RSUD Dr. Soedarso , setiap tas harus dicek secara berkala dan merupakan tonggung jawab dari satuan kerja tersebut. Setiap penggunaan dan pencekkan harus dilaporkan oleh satuan kerja masing-masing. Saat ini AED belum tersedia pada Tas Emergensi F-1 di RSUD Dr. Soedarso , namun idealnya Tas Emergensi F-1 harus dilengkapi oleh AED di masa yang akan datang.
EMERGENSI KIT
Emergensi kit diletakkan pada setiap satuan kerja yang tidak memiliki trolley Emergensi, emergensi kit dikelola oleh Instalasi Farmasi sebagai pengganti sementara dari Trolley emergensi atau Tas Emergensi pada saat terjadi kegawatan sebelum Tim F-1 datang. Setiap emergensi Kit harus disegel pada saat tidak dipergunakan. Perlakukan dari emergensi kit sama dengan Trolley Emergensi dimana harus dilakukan monitoring dan pemantauan.
Gambar Emergensi Kit
Isi dari emergensi Kit antara lain :
No Nama Obat dan Alat Emergensi Jumlah
Alat yang digunakan petugas F-1 berupa Tas Emergensi F-1 yang berisi alat-alat medis yang dapat menunjang tindakan resusitasi pasien.
TAS EMERGENSI F-1 TIM INTI DI IGD
Sedangkan tim inti yang datang dari IGD membawa Tas Emergensy F-1 yang berisi
NO KELOMPOK NAMA ALAT JUMLAH
Bagian samping tas Emergensi F-1
Bagian samping dari Tas Emergensi F-1 berisi peralatan Stabilitas dan Transport pasien.
3) Titik-titik rawan pelayanan F-1
Tas Emergency Kit yang berada di 8 titik rawan pelayanan , yaitu
PS FATMAWATI
AREA 1 Emergensi Kit disimpan di Ruang OK Minor Poliklinik Bedah Instalasi Rawat Jalan Lantai 1. Trolley emergensi tersedia di
Poliklinik jantung Lantai 1 Gedung Poliklinik dan Poliklinik anak di lantai 3 Gedung Poliklinik.
Area meliputi instalasi Rawat jalan, isntalasi Rehabilitas medis, Poliklinik Wijaya Kusuma dan Terapi Metadon, Poliklinik Amarilis, Pusat Pendidikan dan Pelatihan RSUP Fatmawati dan Perpustakaan.
AREA 2 Trolley Emergensi disimpan di ruang tndakan Kontras Instalasi Radiologi Induk Lantai 1. Area ini meliputi bagian Radiologi, Depo Farmasi dan Bagian Laboratorium.
AREA 3 Tas Emergency F-1 dan Trolley emergensi disimpan di ruang Resuitasi IGD lantai 1 Area ini meliputi sekitar gedung Instalasi Gawat Darurat, Icu, ICCU, NICU/PICU, Hemodialisa serta keseluruhan Gedung Induk.
AREA 4 Emergency Kit dan Trolley emergensi disimpan di Recovery Room Instalasi Bedah sentral lantai 1.
Area ini meliputi sekitar instalasi Bedah Sentral dan Unit Sterilisasi. AREA 5 Emergency Kit dan Trolley Emergensi disimpan di Stroke Unit
Paviliun Anggrek Lantai 1
Area ini meliputi sekitar Instalasi Griya Husada dan Praviliun Anggre AREA 6
AREA 7 AREA 8
4) Sistem Pemanggilan F-1
Pada saat terjadi krisis kegawatdaruratan, petugas kesehatan/ petugas terlatih (bersertifikat BLS) yang pertama kali menemukan korban harus segera melakukan penilaian cepat, malakukan bantuan Hidup Dasar dan meminta bantuan untuk mengaktifkan Tim F1. F1 adalah suatu sistem panggilan dalam merespon keadaan kegawatdaruratan medik di lingkungan RSUP Fatmawati.
Cara melakukan pemanggilan tim F1 :
- Angkat telepon tekan 5000 (sirine akan berbunyi di seluruh area RSUP Fatmawati ) - Setelah sirine selesai berbunyi langsung bicara :
F1..F1.. lokasi... (sebutkan lokasi tempat tejadi krisis segera direspn !!”
- Pengeras suara akan berbunyi dengan nada khusus diarea tim F1 dan semua area di RSUP Fatmawati.
- Secara otomatis petugas (anggota Tim F1/bersertitikatBLS dan PPGD) di area krisis yang terdekat sesuai lokasi kejadian segera mengambil peralatan emergensi dan langsung menuju ke lokasi ( < 3 menit ).
- Pada waktu yang bersamaan Tim F1 (personil 2 orang / bersertifikat ACLS dan ATLS),yang berpusat di IGD segera menuju lokasi (dengan peralatan lengkap sesuai standarACLS/ATLS dalam waktu kurang dari 6 menit ).
- Setelah pasien dilakukan tindakan dan stabil, diruiuk ke ruangan sesuai kasus atau ke IGDjika tidak ada tempat, pasien dibawa dengan menggunakan stretcher atau ambulan bila lokasi jauh.
5) Pengecualian F-1
F-1 tidak dapat diaktifkan pada keadaan emergensi pada:
Kegawatdaruratan yang terjadi pada ruangan : - lnstalasi Gawat Darurat
- Ruang rawat intensif, misalnya ICU, ICCU, NICU / PICU. - Instalasi Bedah Sentral
Pasien masuk dalarn Kriteria Permintaan Untuk Tidak Melakukan Resusitasi (Do Not Resuscitate)
1. Permintaan untuk tidak dilakukan resusitasi (DNR) dilakukan oleh pasien yang kompetensecara mental, diinformasikan, pasien dewasa, atau untuk beberapa pasien yang tidak kompeten dilakukan oleh kerabat terdekat, wali yang telah
ditetapkan oleh pengadilancourtappointed atau pengganti pengambil keputusan. 2. Dalam mempertimbangkan kesesuaian untuk permintaan untuk DNR,
taktor-faktor yangperlu didiskusikan dengan pasien / pengganti:
a. Terapi untuk mempertahankan kehidupan sangat mungkin tidak akan efektif atausia-sia, atau mungkin hanya akan memperpanjang proses sekarat (dying). b. Pasien tidak sadar secara permanen;
c. Pasien dalam kondisi terminal, atau
d. Ada gangguan kemunduran (debilitating) yang kronis atau kerugian untuktindakan resusitasi secara signifikan lebih besar dari pada manfaatnya. e. Faktor-faktor lain yang mungkin spesifik untuk kondisi pasien.
3. Berhubungan dengan perawatan Iainnya ; instruksi DNR meningkatkan tangungjawabprofesionalisme untuk mendapatkan kenyamanan dan kebutuhan perawatan lainnya.
Prosedur Untuk Tindakan DNR antara lain:
1. Pastikan adanya instruksi DNR dari DPJP dalarn catatan terintegrasi Rekam Medispasien
2. Mempersiapkan informed consent dari pasien atau keluarga untuk diizinkan tindakan DNR, menggunakan informed Consent lain Iain
3. Perawat melakukan pemasangan kancing ungu pada gelang identitas pasien dan memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya mengenai makna dari
pemasangan kancing warna ungu bahwa untuk menandakan k epada dokter/perawat di ruangan bahwa untuk tidak melaksanakan tindakan resusitasi.
5. Jika terjadi perubahan yang signifikan pada pasien, maka DPJP akan melakukan pengkajian ulang dan membuat rencana perawatan baru serta memberikan informasi
kepada pasien atau keluarganya.
6. Jika keputusan untuk DNR akan dibatalkan, dapatkan insruksi dokter dalam form catatan terintegrasi dan pemusnahan kancing ungu.
7. Pendokumentasian yang dibutuhkan dalam catatan terintegrasi oleh DPJP adalah : a. Diagnosis
b. Alasan untuk tindakan DNR
c. Kapasitas pasien untuk membuatan keputusan
d. Catatan bahwa telah dilakukan diskusi mengenai keputusan DNR dan dengan siapa (pasien/keluarganya).
6) Sistem perencanaan Pasien F-1
Setiap pasien yang ditangani oleh Tim F-1 akan dicatat pada suatu status khusus. Contoh formulir dari F-1 adalah :
DOKUMENTASI
Panduan bantuan hidup Dasar Rumah sakit Umu Pusat Fatmawati Terdokumentasi dalam bnetuk SPO Pelayana Pemanggilan F1, dan SPO Resusitasi Jantung Paru.
Dalam operasional pelaksanaan pelayanan pasien yang mengalami henti napas tidak terlepas dari koordinasi lintas fungsi dengan satuan kerja tekait di dalam lingkungan RSUP Fatmawati. satuan kerja terkait di antara lain yaitu :
- Instalasi Gawat Darurat
- Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan - Instalasi Rekam Medik dan Informasi kesehatan - Instalasi Farmasi
- IRNA A - IRNA B - IRNA C
- Instalasi Paviliun Anggrek - Instalasi Rawat Intensif - Instalasi Griya Husada - Instalasi Rawat jalan - Instalasi Farmasi - SMF terkait.