• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cucut berukuran kecil hingga agak besar (dewasa pada ukuran 140 - 180 cm). Terdapat di semua lautan, terutama pada perairan yang cukup dalam , dan juga ditemukan di dekat pantai dan permukaan. Bentuk badan silindris, beberapa spesies cukup lentur dan lembek. Mulut ‘ventral’, gigi-giginya berbeda pada kedua rahangnya. Gigi rahang atas terdapat taring tunggal berbentuk kerucut, didahului dan atau diikuti dengan taring-taring kecil yang jumlahnya bertambah pada gigi-gigi di sekitar sisi dari rahang. Gigi-gigi pada rahang bawah lebar,

berbentuk mirip gergaji atau sisir dengan susunan 10 buah taring yang biasanya makin kecil ukurannya. Mempunyai 6 - 7 celah insang ujung-ujung bawah pasangan pertama celah insang tersebut tidak bertemu di bawah kepala. Letak sirip punggung berada di badan bagian belakang, sirip dubur pendek terletak di bawah atau di balik sirip punggung. Sirip ekor mempunyai takik ‘sub terminal, Warna tubuh tidak cerah. Cucut jenis ini ovovipar, yaitu melahirkan cucut muda yang bentuknya telah sempurna, dimana sudah tidak mendapat makan dari plasenta.

Terdapat 3 genera (Hexanchus dengan 6 celah insang, Heptranchias dan Notorynchus, dengan 7 celah insang). Dikenali sebanyak 4 spesies dan satu diantaranya tercatat di sini.

Hexanchus griseus (Bonnaterre, 1788)

Moncongnya pendek, tumpul dan lebar, rahang bawah terdapat 6 baris gigi mirip sisir pada masing-masing sisinya, mempunyai 6 celah insang. Letak sirip punggung dekat sirip ekor berjarak sekitar panjang dari pangkal sirip punggungnya. Merupakan jenis cucut berukuran besar , kebanyakan 470cm TL dan tersebar di perairan dalam, juga di permukaan. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta. Ukuran panjang total jenis ini berkisar 21,9-37,5 cm, dengan rataan 30,8 cm (disajikan pada gambar 28).

Gambar 27. Ikan Mustelus manazo di Laut Jawa, tahun 2001– 2004.

FAMILI ALOPIIDAE (Cucut tikusan)

Merupakan cucut pelagis berukuran besar (hingga sekitar 500 cm), kebanyakan di perairan dangkal dan sedang tetapi ada satu spesies yang tinggal di perairan dalam, terdapat di semua lautan. Badan silinsris agak gemuk (stout). Moncong agak panjang, kerucut dan lancip, mulut ‘ventral’ gigi-giginya kecil atau sedang, pipih dan seperti bilah pisau, kurang dari 60 baris pada masing-masing rahang. Mempunyai 5 celah insang, 2 terakhir terdapat di atas sirip dada. Sirip punggung I kurang lebih terletak di tengah badan atau sedikit ke belakang, tinggi dan berdiri tegak. Sirip punggung II kecil, sirip dubur kecil di balik sirip punggung II. Sirip dada panjang dan sempit. Sirip ekor bagian cuping atas sama panjangnya dengan panjang badan Warna tidak terang , cucut ini beraifat ovovivipar. Ada satu genus dengan 3 spesies, satu tercatat di sini.

Alopias pelagicus (Nakamura, 1936)

Terdapat alur horisontal yang lemah pada masing-masing sisi tengkukunya, mata kecil gigi kecil, lebih dari 29 baris pada masing-masing rahangnya. Sirip punggung I terletak di tengah pangkal sirip dada dan sirip perut. Sirip dadanya panjang, sempit dan ujungnya bundar. Warna putih pada perut dan tidak meluas sampai pangkal sirip dada. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta. Ukuran panjang total jenis ini berkisar 15-32 cm, dengan rataan 25,7 cm (disajikan pada gambar 29).

Status konservasi dalam daftar merah IUCN: belum dievaluasi.

FAMILI LAMNIDAE (Cucut makarel)

Ukuran besar hingga mencapai 300 cm, tetapi carcharodon hingga 640 cm. Ditemukan di semua perairan Tropis dan Temperate. Bentuk badan ‘fusiform’ kadang-kadang kokoh, moncong agak panjang lebih kurang lancip. Mulut ‘ventral’, gigi besar tetapi bervariasi lembut seperti jarum hingga lebar seperti pisau. Mempunyai 5 celah insang, semuanya terletak tepat di depan sirip dada. Mempunyai 2 sirip punggung , sirip punggung II sangat kecil dibandaingka ke I. Terdapat sirip dubur yang kecil (sama besar dengan sirip punggung ke II). Sirip ekor seperti bulan sabit, pangkal ekornya (penducle = precaudal) depressed’,

terdapat keel yang menonjol memanjang hingga pangkal sirip ekor, pola warnanya tidak menarik. Cucut ini ovovivipar, terdapat 3 genera dengan sekitar 7 spesies, satu diantaranya tercatat disini.

Isurus oxyrinchus (Rafinesque,1810)

Moncongnya sangat lancip, giginya agak lembut, tidak ada taring kecilpada sisinya, ujungnya (pinggirannya) halus. Posisi sirip punggung I tepat dibalik sudut pangkal sirip dada, sirip dadanya ‘falcate’ lebih pendek dari kepala, ujungnya lancip pada yang dewasa. Sisi bawa mulut dan sekitarnya berwarna pucat. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta. Ukuran panjang total jenis ini berkisar 14,9-29,8 cm, dengan rataan 21,6 cm (disajikan pada gambar 30).

Gambar 29. Ikan Alopias pelagicus di Laut Jawa, tahun 2001– 2004.

FAMILI HEMISCYLIDAE (Cucut sembilang / cucut toke)

Berukuran kecil dan lembek (kurang dari 100 cm). Terdapat di perairan pantai Indo Pasifik Tropis, badan silindris atau sedikit gepeng (depressed) dengan atau tanpa ridgepada bagian sisi-sisinya. Moncong bundar lebar atau agak lancip, letak mata pada kepala cukup tinggi. Mulut ‘ventral’ dan mendekati transverse . Gigi-gigi pada kedua rahang kurang lebih sama yaitu terdapat taring utama, pada beberapa spesies terdapat taring-taring kecil pada sisi-sisinya. Mempunyai 5 celah insang, dimana yang ke 5 dan ke 4 saling menumpuk. Terdapat 2 sirip punggung yang hampir sama besar dan tidak terdapat duri. Mempunyai sirip dubur yang ukurannya lebih kecil dari sirip punggung II, dipisahkan oleh suatu takik dari cuping bawah sirip ekor. Bagian atas sirip ekor hampir sebaris dengan sumbu badan. Pola warna bervariasi, yaitu belang dan tertitik gelap atau terang. Cucut toke adalah ovipar (bertelur). Terdapat dua genera dengan sekitar lima spesies, tiga diantaranya tercatat disini.

Referensi : Dingerkus & De Fino (1983)

Ada 2 genera yang masing-masing dapat dibedakan sebagai berikut :

Hemiscyllium : Jarak antara ujung hidung ke mulut lebih dari 5 kali panjang kepala

Chiloscyllium : Jarak ujung hidung ke mulut kurang dari 5 kali panjang kepala Chiloscyllium griseum (Muller & Henle, 1841).

Kepala mirip sayap melebar ke samping, agak seperti suatu pesawat udara, jika dilihat dari atas atau bawah, sayap-sayapnya panjang dan tipis, pinggiran depan dari kepala yang melebar itu terdapat benjolan-benjolan yang nyata. Pada umur muda (juvenil) mempunyai warna belang-belang abu-abu coklat muda dan abu-abu coklat gelap. Pada umur dewasa warnanya menjadi coklat hingga coklat muda. PErut berwarna krem hingga coklat muda. Pangkal sirip punggung I lebih panjang dari II. Pada tengah-tengah punggung terdapat ‘ridge’ . Dasar dari sirip dubur terletak sedikit di belakang sirip punggung II. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Indramayu, Tegal, Juana, dan Brondong. (disajikan pada gambar 31).

Chiloscyllium indicum (Gmelin, 1789)

Belang-belang pada juvenil menjadi tidak nyata pada saat dewasa. Warna belangnya agak coklat tua dengan titik gelap yang tersebar. Warna latar belakang krem atau coklat muda ‘dermal ridge’ disamping tubuhnya terlihat, sirip dubur berada di belakang sirip punggung II. Sirip dubur tinggi melebihi dari enam kali panjang pangkalnya. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Tegal, dan Juana. (disajikan pada gambar 32).

Gambar 31. Ikan Chiloscyllium griseum di Laut Jawa, tahun 2001– 2004.

Chiloscyllium.punctatum (Muller and Henle, 1841)

Warna kulit saat juvenil sangat jelas belang hitam dan putih, dengan bertambah umur warna ini menjadi pucat dan lebih berfariasi dengan bintik-bintik hitam di seluruh tubuh. Saat lebih dewasa warna menjadi coklat menyala. Sirip dubur berasal dari bawah dan berakhir di pertemuan dengan sirip punggung. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta, Indramayu, Tegal, dan Juana. Ukuran panjang total jenis ini berkisar 69-70 cm, dengan rataan 69,5 cm (disajikan pada gambar 33).

Status konservasi dalam daftar merah IUCN: hampir terancam.

FAMILI GINGLYMOSTOMATIDAE (Cucut buta)

Merupakan cucut yang mencari makan malam hari, dengan ukuran kecil hingga besar (beberapa mencapai 100 cm dan lainnya mencapai 300cm). Terdapat di perairan Tropis dan Subtropis yang dangkal, ke bawah hingga terkecil 70 m. Badannya silindris atau agak gepeng (depressed), tidak ada ridge pada samping badannya. Mulutnya ‘subterminal’ giginya sama pada pada kedua rahang yaitu dengan taring besar dan taring kecil di kiri kanannya. Mempunyai 5 celah insang dimana yang ke 4 dan ke 5 hampir menumpuk. Terdapat 2 sirip punggung dengan ukuran yang hampir sama atau yang ke I agak lebih besar, letak sirip punggung I di atas atau sedikit lebih di depan pangkal sirip perut, terdapat sirip dubur yang ukurannya lebih kurang sama dengan sirip punggung II. Antara sirip dubur dengan cuping bawah sirip ekor dipisahkan oleh celah kecil, cuping atas sirip ekor membentuk sudut tumpul terhadsp badannya. Panjang sirip ekor kurang dari 1/3 panjang seluruh ikan. Tidak ada ‘keel’ pada sisi-sisi pangkal ekornya (caudal penducle). Cucut buta diduga kebanyakan ‘ovovipar’ (melahirkan cucut muda dalam kondisi lengkap). Namun Nebrius ferrugineus dilaporkan vivipar (embrio diberimakan oleh plasenta yang terbentuk dari kantong ‘yolk’). Terdapat 2 genera, yang mana satu tercatat di sini.

Nebrius ferrugineus (Lesson, 1830)

Bentuk giginya lebih kurang adalah pipih, pada kedua rahangnya saling menumpuk. Ujung-ujung dari sirip punggung, sirip dubur dan sirip dadanya

lancip. Sirip dada menyempit (tipis) dan lengkung bagian belakangnya (falcate). Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta, Juana, dan Brondong. Ukuran panjang total jenis ini berkisar 76-87 cm, dengan rataan 82,1 cm (disajikan pada gambar 34).

Gambar 33. Ikan Chiloscyllium punctatum di Laut Jawa, tahun 2001– 2004.

FAMILI STEGOSTOMATIDAE (Cucut kekeh)

Cucut berukuran kecil hingga sedang (sekitar 120 cm), ditemukan di perairan Indo Pasifik yang hangat, badan silindris dengan ridge yang menonjol pada sisi-sisi badannya. Moncong lebar dan bundar, sangat ramping. Matanya terletak di sisi kepala, mulutnya hampir terminal, gigi-giginya hampir sama di kedua rahang yaitu dengan taring di tengah-tengahnya dan taring-taring kecil di sisi-sisinya. Mempunyai 5 celah insang yang berukuran kecil dimana yang ke 4 menumpuk dengan yang ke 5. Mempunyai 2 sirip punggung, yang ke I lebih besar dari yang ke II, pangkalnya lebar terpisah dari bagian bawah sirip ekor oleh takik yang sempit atau celah kecil. Bagian atas sirip ekor membentuk sudut (tumpul) dengan badan, ekor ikan ini panjang yaitu sekitar setengah dari seluruh panjang ikan. Pada cucut muda badannya berwarna ‘dark saddles’ dan berubah menjadi titik-titik pada saat dewasa. Cucut kekeh adalah ovovipar, satu spesies tercatat disini.

Stegostoma fasciatum (Hermann, 1783)

Deskripsinya sama seperti pada tingkat famili. Saat juvenil warna tubuhnya ‘saddle coklat’, belang pada bagian atas tubuhnya, dan berangsur berubah menjadi bintik-bintik pada saat dewasa. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta, Tegal, Juana, dan Brondong. Ukuran panjang total jenis ini berkisar 111-119 cm, dengan rataan 116,3 cm (disajikan pada Gambar 35).

Lampiran 2. Jenis – jenis ikan pari di Laut Jawa 2001-2004

Phylum Chordata Sub Phylum Vertebrata Kelas Pisces Sub Kelas Chondrichthyes 1. Pristiformes 1.1 Pristidae 2. Torpediniformes 2.1 Narcinidae 2.2 Hypnidae 2.3 Torpedinidae 2.4 Narkidae 3. Rajiformes 3.1 Rhinobatidae 3.2 Rajidae 3.3 Rhinidae 3.4 Platyrhinidae 3.5 Rhinopteridae 3.6 Anacanthobatidae 3.7 Arhynchobatidae 4. Hexatrygoniformes 4.1 Gymnuridae 4.2 Hexatrygonidae 5. Myliobatiformes 5.6 Dasyatididae 5.1 Gymnuridae 5.2 Myliobatididae 5.3 Mobulidae 5.4 Plesiobatidae 5.5 Urolophidae Dasyatis kuhlii

1. Cawan berbentuk rhonboid (jajaran genjang) 2. Mata besar, moncong lebar dan membundar dengan

ujung tidak meruncing

3. Terdapat sejumlah bintik berwarna biru pada bagian punggung yang bervariasi dalam bentuk dan ukuran

FAMILI MYLIOBATIDAE (Pari Burung, Eagle Rays)

Karakteristik: Batoid berukuran sedang sampai besar (dengan panjang total 100-800 cm, lebar cawan 58-330 cm, kebanyakan spesies lebar cawan kurang dari 200 m, dengan cawan dada berbentuk jajaran genjang mirip sayap, ekor bulat, seperti pecut dengan panjang 1.3-3 kali panjang cawan. Badan telanjang bagian atas atau bagian bawah, tetapi sebagian kecil duri-duri terdapat di seputar mata dan pada garis membujur dari cawan, atau dengan gerigi kecil yang menutupi permukaan punggung. Tubuh melebar pipih dan tebal, tidak menyerupai cucut. Ekor bulat, sebuah duri sengat berada di permukaan punggung dekat di belakang sirip perut dapat dijumpai di beberapa spesies (kecuali anggota genus Aeomylaeus yang tidak mempunyai duri sengat), dan kemungkinan juga untuk satu spesies dari Aetobatus. Kepala menyempit dan terangkat ke atas, moncong pendek, sempit membulat atau membulat dengan membentuk sudut, tanpa tulang rawan. Lima celah insang berada di permukaan bawah sirip dada, tidak terlihat dari samping. Mata berada di sebelah samping dari kepala tepat di depan spirakel, berukuran cukup besar. Mulut melintang, lurus sempit tanpa lekukan. Sirip dada membentuk sudut dan bertepi seperti sabit, cawan dibagi membujur oleh lekukan dari mata sampai berakhir di awal sirip perut. Sirip perut tinggi, membulat dengan sudut dan tidak terbagi menjadi dua cuping. Sebuah sirip dorsal pada dasar ekor cukup menjulang, berawal di atas atau tepat di belakang dasar sirip perut. Sirip ekor absen.

Warna : permukaan punggung bervariasi dari hijau kompak, coklat, abu-abu atau kehijauan sampai kehitaman, biasanya berwarna putih bagian bawah, permukaan punggung tanpa spot atau terdapat berbagai variasi bentuk spot berwarna cerah, strip cerah strip gelap, dan bentuk seperti jala atau bulat-bulatan kecil.

Habitat, biologi dan perikanan : pari burung tergolong berukuran sedang, kebanyakan di perairan dekat pantai, semipelagis, dengan distribusi yang luas dari perairan sub tropis sampai tropis. Mereka terdapat di sekitar terumbu karang, dekat padang lamun, estuarin, laguna dan teluk-teluk terbuka maupun tertutup, mereka mungkin diketemukan di air payau tetapi

tidak mampu memasuki air tawar. Banyak spesies hidup dekat pantai dan paparan benua, dan hanya sedikit yang memasuki zona epipelagis. Jenis ini aktif dan kuat, perenang cepat, sering terdapat dekat dasar perairan dan berenang diatasnya. Semua spesies bersifat ovovivipar. Beberapa spesies memijah di teluk-teluk yang dangkal. Anakan mencapai 4 ekor. Rahang yang kuat dan gigi menyerupai papan berfungsi sebagai penggilas sehingga jenis pari ini mampu memakan berbagai jenis moluska bercankang keras, termasuk bivalva, gastropoda berukuran besar dan crustacea, ttetapi mereka juga memakan crustacea yang lembek, cacing dan ikan-ikan dasar. Meskipun beberapa spesies diantaranya memiliki duri sengat yang relatif besar mereka biasanya tidak menimbulkan masalah bagi manusia sebab duri sengat sangat dekat ke dasar bentuk yang membuatnya kurang efektif sebagai senjata pertahanan, juga karena mereka aktif maka peluang untuk terinjak kecil sekali dibanding jenis pari lainnya yang menghuni dasar perairan. Jenis-jenis ini menimbulkan masalah bagi marikultur yang membesarkan kekerangan dan pagar dan alat lain untuk mencegah yang menyapu sebagian kekerangan yang tengah dipelihara. Jenis pari ini tidak ofensif terhadap manusia, dan beberapa spesies sangat aktraktif dan didambakan untuk dapat dipelihara dalam ukuran besar maupun dalam oseanarium. Pemanfaatan jenis pari ini bervariasi : semua jenis memiliki sirip dada yang besar, berdaging yang sangat cocok untuk konsumsi. Di Indonesia daging cucut ini dipasarkan dalam jumlah cukup besar. Penangkapan berlebihan dan degradasi menjadi penyebab utama penurunan populasi ini. Data yang tersedia tentang distribusi dan perikanan menunjukkan bahwa pari burung merupakan komponen penting dari hasil tangkapan pari dan dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi. Peningkatan jumlah tangkapan lebih tergantung dari metode penangkapan yang digunakan daripada permintaan pasar.

Aetobatus gutatus (Shaw, 1804)

Nama Inggris: Sharpwing eagle ray, dan nama Indonesia: Pari burung sayap tajam. Panjang maksimum paling tidak 400 cm atau lebih ,lebar cawan 125 cm. Tidak banyak diketahui tentang biologi ikan ini, tetapi kemungkinan mirip dengan Aetobatus narinari. Perenang kuat dan bergerak cepat, dengan biologi yang tidak banyak diketahui. Dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Penyebarannya di Indo – Malay Archipelago. Ditemukan di India, Sri Langka, Thailand, Malaysia dan mungkin di Indonesia. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta. Ukuran lebar cawan jenis ini berkisar50 cm, dengan rataan 50 cm (disajikan pada gambar 36).

Status konservasi dalam daftar merah IUCN: belum dievaluasi.

Aetobatus narinari (Euphrasen, 1790)

Nama Inggris: Spotted eagle ray, dan nama indonesia: Pari Burung trotol – trotol. Panjang maksimum paling tidak 880 cm, lebar cawan mencapai 330 cm, tetapi sebagian besar kurang dari 200 cm; betina matang kelamin pada lebar 214cm. Dapat diketemukan di perairan terumbu karang; sepanjang pantai, estuarene dan teluk – teluk yang tertutup. Perenang aktif, kuat dan bergerak dengan cepat, sering terlihat dekat permukaan dan melompat di atas permukaan air, dijumpai sendirian, berpasangan atau dalam kelompok kecil atau kawanan besar. Ukuran ketika lahir antaralebar 17 dan 36 cm, jumlah anakan umumnya 4. Memakan inveterbrata yang hidup di dasar perairan; utamanya moluska bivalva termasuk kerang, tetapi juga gastropoda, cacing, ikan – ikan berukuran kecil, udang dan gurita. Menggunakan moncong dan gigi bagian bawah yang agak mencuat keluar untuk menarik keluar binatang bentik makanannya dari dasar perairan yang lunak. Dagingnya dikonsumsi sebagai hasil tangkapan pukat; gillnet, bubu, dan pancing. Spesies yang aktif dan atraktif sehingga cocok untuk aquaria berukuran besar dan oseanaria. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta, Indramayu, Tegal, Juana, dan Brondong. Ukuran lebar cawan jenis ini berkisar 36-135 cm, dengan rataan 74,32 cm, dan standar deviasi 29,63 cm (disajikan pada gambar 37).

Gambar 36. Ikan Aetobatus guttatus di Laut Jawa tahun 2001– 2004.

Aetomylaeus maculatus (Gray, 1832)

Nama Inggris: Mottledeagle ray, dan nama Indonesia: Pari burung blentong – blentong. Lebar maksimum paling tidak 78 cm. Habitatnya tidak banyak diketahui, pari burung hidup dekat pantai, informasi biologinya juga terbatas. Dikonsumsi sebagai pangan. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta, Juana, dan Brondong. Ukuran lebar cawan jenis ini berkisar 48-77 cm, dengan rataan 59,4 cm, dan standar deviasi 13,57 cm (disajikan pada gambar 38).

Status konservasi dalam daftar merah IUCN: membahayakan.

Aetomylaeus milvus (Muller and Henle, 1841)

Nama Inggris: Ocellate eagle ray, dan nama Indonesia: Pari burung kucing. Lebar maksimum paling tidak 37 cm. Tidak banyak diketahui tentang biologi jenis ini, juga tentang pemanfaatannya, mungkin dikonsumsi di sejumlah daerah. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta, dan Indramayu. Ukuran lebar cawan jenis ini berkisar 36-56 cm, dengan rataan 43,16 cm, dan standar deviasi 11,13 cm (disajikan pada gambar 39).

Gambar 38. Ikan Aetomylaeus maculatus di Laut Jawa tahun 2001– 2004.

Aetomylaeus nichofii (Blockand Schneider, 1801)

Nama Inggris adalah Banded eagle ray, dan nama Indonesia adalah Pari burung berselempang. Panjang maksimum paling tidak 100 cm, lebar paling tidak 64 cm. Menyebar secara luas di perairan pantai dan lepas pantai, dari perairan pasang- surut sampai kedalaman paling kurang 70 m. Pengetahuan biologi amat terbatas, anakan sampai 4 ekor, ukuran lebar ketika lahir kira – kira 17 cm. Merupakan pari burung bernilai komersial dan dipasarkan secara luas. Hasil penelitian di Laut Jawa, jenis ikan ini diperoleh pada lokasi pendaratan di Jakarta, Indramayu, Tegal, Juana, dan Brondong. Ukuran lebar cawan jenis ini berkisar 24-64 cm, dengan rataan 53 cm, dan standar deviasi 9,27 cm (disajikan pada gambar 40).

Status konservasi dalam daftar merah IUCN: rawan punah.

FAMILI GYMNURIDAE (Pari kupu-kupu, Butterfly rays)

Karakteristik : Batoid berukuran kecil sampai besar (dewasa dengan panjang total 30-260 cm dan lebar cawan sampai dengan 4 m, tetapi pada umumnya 1m saja), dengan ekor bulat, pendek, seperti pecut kira-kira 0.5-0.9 kali panjang cawan. Badan hampir seluruhnya telanjang di bagian atas dan bawah untuk hampir semua jenis tetapi bagi sejumlah spesies diketemukan gerigi kecil (bukan duri) pada permukaan punggungnya. Tubuh pipih melebar tidak menyerupai cucut. Kepala melebar dan pipih, moncong pendek (kurang dari 6 kali diameter mata), membentuk sudut tanpa tulang rawan moncong, dan ditopang sepenuhnya oleh kerangka sirip dada. Lima celah insang berukuran kecil di permukaan bawah dari dasar sirip dada, tidak terlihat dari samping. Mata terletak di bagian punggung sebelah samping dari kepala terletak di depan spirakel, cukup besar. Sirip dada sangat besar dan memanjang ke samping, jajaran genjang membulat atau membentuk cawan seperti berlian, berawal dari belakang ujung moncong dan berakhir di belakang awal sirip perut. Panjang cawan tidak terbagi dua oleh lekukan pada mata, lebar cawan 1.6-2.2 kali panjangnya. Sirip perut rendah, bulat atau bulat menyudut, dan tidak dibagi menjadi cuping depan dan belakang. Pada beberapa spesies

Dokumen terkait