• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Pengaruh Budaya Pada Pengembangan Pelembagaan

BAB 8 Pengembangan Pengelolaan Tambak Udang Bumi

8.2 Fasilitas Budidaya

Fasiilitas budidaya tambak udang yang paling utama adalah mengenai teknologi, kelistrikkan dan air bersih. Yang pertama yaitu teknologi. Teknologi berkaitan dengan akses internet dan juga teknologi pengelolaan tambak udang. Untuk akses internet, yang dibutuhkan warga Bumi Dipasena dalam mengakses informasi yang berkaitan dengan budidaya udang sudah bisa dilakukan di Bumi Dipasena. Namun sinyal dari operator seluler belum stabil. Dan bahkan di perjalanan banyak sekali daerah yang blank spot atau tidak ada akses internet.

Selain teknologi internet, teknologi pengelolaan tambak udang berkaitan dengan teknologi kincir dan bula tutup katup pengairan. Kincir berhubungan dengan kadar oksigen di dalam air. Saat ini di Bumi Dipasena terdapat dua jenis kincir yaitu kincir tombol

yang menggunakan tenaga listrik dan kincir manual. Sedangkan teknologi pengairan di Bumi Dipasena, berkaitan dengan kanal air masuk dan air keluar. Tidak semua daerah pertambakan memiliki katup dan kanal air masuk dan keluar yang terpisah. Namun hal ini, tidak menjadikan air tambak di setiap petak di Bumi Dipasena sudah sesuai untuk budidaya udang dan tidak ada hambatan dalam pendistribusian hasil produksi udang. Hasil produksi udang biasanya diangkut menggunakan kapal yang melalui kanal air keluar. Namun jika air sedang surut, maka harus menunggu air pasang baru bisa mendistribusikan produksi udang tersebut. Hal ini mempengaruhi waktu pendistribusian dan kualitas produksi udang.

Kemudian mengenai listrik dari PT. PLN yang belum masuk di Bumi Dipasena, menyebabkan belum optimalnya budidaya udang yang dilakukan. Dulu ketika sebelum terjadi konflik di Bumi Dipasena, dan tambak udang Bumi Dipasena yang masih dikelola oleh satu perusahaan, PT PLN memang pernah menyediakan listrik disana. Namun karena berbagai konflik yang terjadi yang berhubungan dengan konflik lahan, PT PLN tidak lagi bisa menyalurkan listrik disana.

Gambar 8.1

Pelajar Bumi Dipasena yang belajar menggunakan Petromak Sumber: Kompas TV1

yang menggunakan tenaga listrik dan kincir manual. Sedangkan teknologi pengairan di Bumi Dipasena, berkaitan dengan kanal air masuk dan air keluar. Tidak semua daerah pertambakan memiliki katup dan kanal air masuk dan keluar yang terpisah. Namun hal ini, tidak menjadikan air tambak di setiap petak di Bumi Dipasena sudah sesuai untuk budidaya udang dan tidak ada hambatan dalam pendistribusian hasil produksi udang. Hasil produksi udang biasanya diangkut menggunakan kapal yang melalui kanal air keluar. Namun jika air sedang surut, maka harus menunggu air pasang baru bisa mendistribusikan produksi udang tersebut. Hal ini mempengaruhi waktu pendistribusian dan kualitas produksi udang.

Kemudian mengenai listrik dari PT. PLN yang belum masuk di Bumi Dipasena, menyebabkan belum optimalnya budidaya udang yang dilakukan. Dulu ketika sebelum terjadi konflik di Bumi Dipasena, dan tambak udang Bumi Dipasena yang masih dikelola oleh satu perusahaan, PT PLN memang pernah menyediakan listrik disana. Namun karena berbagai konflik yang terjadi yang berhubungan dengan konflik lahan, PT PLN tidak lagi bisa menyalurkan listrik disana.

Gambar 8.1

Pelajar Bumi Dipasena yang belajar menggunakan Petromak Sumber: Kompas TV1

Penggunaan listrik selain untuk keseharian warga desa Bumi Dipasena, listrik juga berhubungan dengan pengoperasian kincir yang membutuhkan tenaga listrik. Penggunaan tenaga diesel dengan suplai solar yang saat ini digunakan masih bisa menampung kegiatan pertambakan di bumi dipasena, namun masih sangat kurang, karena biayanya yang mahal. Sedangkan warga lainnya di bumi dipasena menggunakan listrik tenaga surya yang juga masih terbatas. Untuk itu perlu dilakukan terobosan mengenai tenaga listrik yang ada.

Sedangkan, mengenai air bersih, sampai saat ini masyarakat Bumi Dipasena mengumpulkan air bersih dengan menampung air hujan di diendapkan. Belum ada teknologi lain dalam upaya mendapatkan air bersih di kawasan tambak Bumi Dipasena. Sehingga warga masih mengambil air bersih dari luar kawasan Bumi Dipasena

Gambar 8.3

Pengangkutan Air Bersih dari Luar Kawasan Bumi Dipasena Sumber: KIARA1

8.2.1 Perbaikan

Untuk fasilitas budidaya di Bumi Dipasena yang berkaitan dengan teknologi, kelistrikan dan pengadaan air bersih, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan yang bekerjasama dengan berbagai instansi dan perguruan tinggi. Yang pertama dari sisi teknologi. Bisa dibuat suatu inovasi teknologi kincir yang menggunakan bahan bakar yang lebih ekonomis atau bahkan alami. Selanjutnya dari sisi teknologi kanal yang berhubungan pasang surut air. Diperlukan suatu teknologi yang bisa memungkinkan air pada kondisi yang stabil sebagai akses kapal dalam mengirimkan hasil produksi udang. Kemudian dari sisi kelistrikkan, PT PLN sebaiknya kembali mengadakan listrik di sana. Karena Bumi Dipasena merupakan penghasil udang vaname skala nasional. Selain itu diperlukan teknologi kelistrikan tenaga selain dari PLN yang bisa dibangun warga sendiri. Misalnya teknologi listrik tenaga surya, yang sebagian sudah digunakan disana. Yang terakhir dari sisi pengadaan air bersih, diperlukan teknologi penyulingan air yang cukup besar, yang bisa digunakan untuk menyaring air hujan, sehingga bisa dikonsumsi sebagai air bersih oleh masyarakat.

8.2.2 Peran Stakeholder

Dalam berbagai upaya perbaikan fasilitas budidaya tambak udang di Bumi Dipasena tersebut, diperlukan adanya kerjasama dengan intansi dan perguruan tinggi. Kerjasama instansi bisa berkaitan dengan instansi secara umum maupun program CSR (Corporate Social Responsibility)nya. Sedangkan kerjasama dengan perguruan tinggi, bisa berkitan dengan program penelitian dan pegabdian masyarakatnya.

Selain instansi dan perguruan tinggi, pemerintah juga harus mengambil bagian dalam perbaikan dan pengembangan pada tambak udang skala nasional ini, terutama mengenai kelistrikan dan pengadaan air bersih.

8.2.1 Perbaikan

Untuk fasilitas budidaya di Bumi Dipasena yang berkaitan dengan teknologi, kelistrikan dan pengadaan air bersih, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan yang bekerjasama dengan berbagai instansi dan perguruan tinggi. Yang pertama dari sisi teknologi. Bisa dibuat suatu inovasi teknologi kincir yang menggunakan bahan bakar yang lebih ekonomis atau bahkan alami. Selanjutnya dari sisi teknologi kanal yang berhubungan pasang surut air. Diperlukan suatu teknologi yang bisa memungkinkan air pada kondisi yang stabil sebagai akses kapal dalam mengirimkan hasil produksi udang. Kemudian dari sisi kelistrikkan, PT PLN sebaiknya kembali mengadakan listrik di sana. Karena Bumi Dipasena merupakan penghasil udang vaname skala nasional. Selain itu diperlukan teknologi kelistrikan tenaga selain dari PLN yang bisa dibangun warga sendiri. Misalnya teknologi listrik tenaga surya, yang sebagian sudah digunakan disana. Yang terakhir dari sisi pengadaan air bersih, diperlukan teknologi penyulingan air yang cukup besar, yang bisa digunakan untuk menyaring air hujan, sehingga bisa dikonsumsi sebagai air bersih oleh masyarakat.

8.2.2 Peran Stakeholder

Dalam berbagai upaya perbaikan fasilitas budidaya tambak udang di Bumi Dipasena tersebut, diperlukan adanya kerjasama dengan intansi dan perguruan tinggi. Kerjasama instansi bisa berkaitan dengan instansi secara umum maupun program CSR (Corporate Social Responsibility)nya. Sedangkan kerjasama dengan perguruan tinggi, bisa berkitan dengan program penelitian dan pegabdian masyarakatnya.

Selain instansi dan perguruan tinggi, pemerintah juga harus mengambil bagian dalam perbaikan dan pengembangan pada tambak udang skala nasional ini, terutama mengenai kelistrikan dan pengadaan air bersih.