• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasilitas Perizinan Impor 1.Bentuk Fasilitas Impor

Perusahaan yang mendapatkan dan memerlukan fasilitas fiskal untuk mengimpor mesin harus mendapatkan Surat Persetujuan Pemberian Fasilitas Bea Masuk atas Impor Mesin terlebih dahulu. Dalam pelaksanaan impor tersebut ada 2 (dua) cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan, cara yang pertama adalah impor yang dilakukan oleh perusahaan lain yang memiliki izin untuk mengimpor mesin dan cara yang kedua adalah perusahaan penanaman modal mengimpor sendiri kebutuhan mesinnya, barang dan bahan yang diperlukan dalam pembangunan proyek penanaman. Untuk itu perusahaan memerlukan Angka Pengenal Importir Produsen (API-P). Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) adalah angka pengenal yang dipergunakan sebagai izin untuk memasukkan (impor) mesin/peralatan, barang dan bahan untuk dipergunakan sendiri dalam proses produksi perusahaan penanaman modal yang bersangkutan. Pemberian API-P kepada perusahaan penanaman modal merupakan fasilitas kemudahan yang diberikan dari pemerintah.106

Secara umum dapat dijelaskan bahwa kebijakan pemberian fasilitas

kemudahan melakukan impor berdasakan

Peraturan tersebut menetapkan bahwa setiap importir harus memiliki Angka Pengenal Importir (API), yang terdiri atas:

106

Sudaryanto dan Tini Moezahar Thaib, Fasilitas Non Fiskal Penanaman Modal, (Jakarta: Pudiklat BKPM, 2012), hlm.17-18.

a. API Umum (API-U) diberikan kepada importir yang melakukan impor barang untuk keperluan kegiatan usaha dengan memperdagangkan atau memindahtangankan barang kepada pihak lain.

b. API Produsen (API-P) diberikan kepada importir yang melakukan impor barang untuk dipergunakan sendiri dan/atau untuk mendukung proses produksi dan tidak diperbolehkan untuk memperdagangkan atau memindah tangankan kepada pihak lain.

Setiap importir hanya dapat memiliki 1 (satu) jenis API, yang berlaku untuk setiap kegiatan impor di seluruh wilayah Indonesia dan berlaku untuk kantor pusat dan seluruh kantor cabangnya yang memiliki kegiatan usaha sejenis. 2. Tujuan Pemberian

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian API bertujuan sebagai tanda pengenal importir untuk melakukan kegiatan impor yaitu API-P dipergunakan untuk melakukan impor barang yang akan dipergunakan sendiri dan/atau bahan untuk mendukung proses produksi.

Kewajiban memiliki Angka Pengenal Importir bagi importir bertujuan untuk menghindari penyalahgunaan kegiatan impor dari berbagai tindakan penyimpangan dan sebagai instrument penataan tertib impor dalam rangka pelaksanaan kebijakan perdagangan luar negeri di bidang impor.107

3. Persyaratan Pemberian

Kewenangan penerbitan API (API-U dan API-P) berada pada Menteri Perdagangan, yang memberikan mandat kewenangan penerbitan API kepada:108

a. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (“BKPM”);

b. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan (“Direktur Jenderal”); dan

c. Kepala Dinas di bidang perdagangan di Provinsi (“Kepala Dinas Provinsi”).

Menteri mendelegasikan kewenangan penerbitan API kepada Kepala Badan Pengusahaan. Syarat dan ketentuan pengurusan permohonan API bergantung pada pihak yang mengajukan API.

Persyaratan permohonan API merujuk pada berbagai kondisi sebagai berikut:

1) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

BKPM mendapatkan mandat kewenangan penerbitan API-U dan API-P dari Menteri Perdagangan untuk perusahaan penanaman modal yang penerbitan izin usahanya merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.

Kepala BKPM dapat memberikan mandat kewenangan tersebut kepada pejabat eselon 1 yang membidangi pelayanan penanaman modal dan/atau pejabat eselon 2 yang membidangi pelayanan perizinan di BKPM. Kemudian, API-U dan

108

Republik Indonesia,

API-P yang diterbitkan oleh Kepala BKPM atau oleh pejabat eselon 1 atau pejabat eselon 2 ini ditandatangani untuk dan atas nama Menteri.109

Untuk memperoleh API-U dan API-P ini, perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala BKPM dengan mengisi formulir isian serta melampirkan dokumen-dokumen berikut ini:110

a) fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya serta pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b) fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku dan kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau kontrak tempat berusaha;

c) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan sesuai dengan domisilinya;

d) fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

e) fotokopi izin usaha di bidang perdagangan impor yang diterbitkan oleh Kepala BKPM, untuk API-U;

f) fotokopi Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal, izin usaha di bidang industri, atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh Kepala BKPM, untuk API-P;

g) fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), khusus untuk tenaga kerja asing yang menandatangani API;

h) referensi dari Bank Devisa, untuk API-U; 109 Republik Indonesia, 110 Republik Indonesia,

i) fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan kuasa Direksi; dan

j) pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing Direksi dan kuasa Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm. 2) Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri

Direktur Jenderal mendapatkan mandat kewenangan penerbitan API-P dari Menteri Perdagangan untuk badan usaha atau kontraktor di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan perjanjian kontrak kerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia.111

Untuk memperoleh API-P ini, perusahaan mengajukan permohonan untuk memperoleh API-P kepada Direktur Jenderal dalam hal ini Direktur Impor dengan mengisi formulir isian serta melampirkan dokumen-dokumen berikut ini:112

a) salinan Kontrak Kerjasama dengan Pemerintah atau badan pelaksana/satuan kerja khusus yang dibentuk oleh Pemerintah untuk melakukan pengendalian kegiatan usaha di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya;

b) asli rekomendasi dan Pemerintah atau badan pelaksana/satuan kerja khusus sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan usaha atau kontraktor;

111 Republik Indonesia, 112 Republik Indonesia,

d) pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing penanggung jawab kontraktor Kontrak Kerjasama 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm; dan

e) fotokopi bukti identitas/paspor masing-masing penanggung jawab. 3) Kepala Dinas Provinsi

Kepala Dinas Provinsi mendapatkan mandat kewenangan penerbitan API-U dan API-P dari Menteri Perdagangan. Namun, dalam hal di Pemerintahan Daerah Provinsi telah dibentuk Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (“PTSP”), Menteri Perdagangan dapat memberikan mandat kewenangan penerbitan API-U dan API-P kepada Kepala Instansi Penyelenggara PTSP. Pengajuan permohonan, perubahan data API-U dan API-P dan pelaporan realisasi impor, disampaikan kepada Kepala Instansi Penyelenggara PTSP.

Penerbitan API-U dan API-P ini hanya untuk perusahaan penanaman modal dalam negeri selain perusahaan yang penerbitan izin usahanya merupakan kewenangan Pemerintah dan perusahaan selain badan usaha atau kontraktor.

Untuk permohonan API-U, perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Provinsi, dengan melampirkan:113

a) fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya;

b) fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku dari kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau kontrak tempat berusaha;

113

Republik Indonesia,

c) fotokopi izin usaha di bidang perdagangan yang diterbitkan oleh Kepala Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal di Provinsi/Kabupaten/Kota, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh instansi/dinas teknis yang berwenang di bidang perdagangan;

d) fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

e) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan atau perseorangan dan Penanggung Jawab Perusahaan;

f) referensi dari Bank Devisa;

g) fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan kuasa Direksi; dan

h) pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing Pengurus atau Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm.

Untuk permohonan API-P, perusahaan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Provinsi, dengan melampirkan:114

a) fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya;

b) fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku dari kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau kontrak tempat berusaha;

c) fotokopi Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal, izin usaha di bidang industri, atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh Kepala Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu

114

Republik Indonesia,

Pintu Bidang Penanaman Modal di Provinsi/Kabupaten/Kota atau instansi/dinas teknis yang berwenang;

d) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan atau perseorangan dan penanggung jawab perusahaan sesuai dengan domisilinya;

e) fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

f) fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan Kuasa Direksi; dan

g) pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing Pengurus atau Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm.

4) Kepala Badan Pengusahaan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (“Badan Pengusahaan”)

4. Pengawasan

Dalam rangka monitoring dan evaluasi kebijakan impor, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan dapat melakukan pengawasan terhadap impor yang dilakukan perusahaan pemilik U dan API-P. Pengawasan dilakukan dengan cara penilaian kepatuhan (post audit) terhadap kebenaran laporan realisasi impor, kesesuaian barang yang diimpor dengan data yang tercantum dalam dokumen API dan peruntukannya, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait di bidang impor. Penilaian kepatuhan (post audit) dilakukan secara berkala dan seraca sewaktu-waktu. Penilaian kepatuhan ini dilaksanakan secara berkoordinasi dengan instansi penerbit API dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementrian Keuangan. Dalam rangka

pelaksanaan penilaian kepatuhan (post audit), Direktur Jenderal dapat membentuk Tim Terpadu Pengawasan API.115

115

Republik Indonesia,

BAB V

Dokumen terkait