a. Dermaga
Dermaga yang terdapat di PPP Lampulo adalah dermaga untuk bertambat, membongkar muatan, dan untuk mengisi bahan perbekalan (Gambar 8). Namun, tata letak dermaga yang terdapat di PPP Lampulo masih kurang baik karena aktivitas tambat, membongkar muatan/hasil tangkapan, dan untuk mengisi bahan perbekalan melaut berada dalam satu dermaga yang sama. Hal ini tentunya mengakibatkan ketidakteraturan kapal-kapal yang akan melakukan aktivitas tersebut. Dermaga dengan panjang 178 m ini dapat menampung 10-13 kapal yang bertambat dalam waktu yang sama (UPTD PPP Lampulo, 2010), namun panjang dermaga ini terlihat masih kurang untuk menampung kapal-kapal yang akan bertambat dan membongkar muatan di PPP Lampulo. Hal ini terlihat dari adanya antrian saat banyak kapal yang melakukan pendaratan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa kondisi dermaga PPP Lampulo cukup baik dan layak digunakan, namun masih perlu dilakukan perbaikan karena ada beberapa bagian dermaga yang sudah rusak atau berlubang. Lantai dermaga terbuat dari semen biasa dan fasilitas yang terdapat di dermaga hanya bollard yang berfungsi untuk menambatkan kapal, sedangkan fasilitas lain seperti fender (fasilitas yang berfungsi agar kapal terhindar dari
48 kerusakan akibat benturan dengan dermaga saat bertambat) tidak tersedia dikarenakan PPP Lampulo terletak di muara sungai jadi tidak ada arus atau gelombang yang besar sehingga fender dirasakan tidak perlu digunakan.
Gambar 8 Dermaga dan bollard di PPP Lampulo tahun 2010.
b. Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah fasilitas utama yang harus tersedia di suatu pelabuhan perikanan karena fasilitas ini digunakan sebagai alur pelayaran kapal yang keluar masuk dari/ke suatu pelabuhan perikanan dan juga sebagai tempat kapal-kapal untuk tambat labuh. Kolam pelabuhan PPP Lampulo berada di muara sungai Aceh dengan luas kolam sekitar 76.050 m2 (UPTD PPP Lampulo, 2010).
Kolam pelabuhan ini dapat menampung kapal yang berukuran kurang dari 5 GT hingga yang berukuran 50 GT. Sebagian besar kapal yang bertambat dan berlabuh di kolam pelabuhan PPP Lampulo adalah kapal yang berukuran 20-30 GT dengan jumlah kapal yang bertambat setiap harinya sebanyak 20 unit (UPTD PPP Lampulo, 2010). Kondisi kolam pelabuhan PPP Lampulo cukup baik, namun masih terdapat sampah-sampah akibat aktivitas pendaratan sehingga terlihat kondisi yang sedikit kotor di kolam pelabuhan (Gambar 9). Hal ini diakibatkan sampah yang berasal dari aktivitas pendaratan dan pemasaran langsung dibuang ke kolam pelabuhan. Selain itu, pemeliharaan kolam pelabuhan harus dilakukan
BOLLARD
49
49 untuk mencegah terjadinya sedimentasi di kolam pelabuhan akibat terbawanya material tanah dari arus yang terjadi, oleh karena itu hendaknya dilakukan pengerukan selama jangka waktu tertentu.
Gambar 9 Kondisi kolam pelabuhan di PPP Lampulo tahun 2010.
(2) Fasilitas fungsional
a. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Gedung TPI di PPP Lampulo memiliki luas 428 m2 dan terletak di sebelah timur kompleks PPP Lampulo (UPTD PPP Lampulo, 2010). Awalnya, TPI ini dibangun sebagai tempat untuk melaksanakan aktivitas lelang, namun kenyataannya menunjukkan bahwa gedung TPI ini dialihkan fungsinya sebagai tempat pemasaran hasil tangkapan yang didaratkan (Gambar 10), sementara itu aktivitas lelang tidak terjadi di PPP Lampulo. Selain itu, gedung TPI di PPP Lampulo ini menjadi tempat penyimpanan cool box yang berukuran besar sehingga hampir setengah dari luas gedung TPI dipenuhi oleh cool box tersebut.
Kondisi gedung TPI juga masih kurang baik, karena lantai TPI banyak yang sudah berlubang. Selain itu, saluran pembuangan yang terdapat di sekeliling areal TPI tidak berfungsi dengan baik dikarenakan tersumbat oleh sampah-sampah. Fasilitas kebersihan tidak tersedia di dalam TPI seperti penyemprot
50 lantai, sehingga untuk membersihkan TPI hanya dilakukan dengan cara menyemprot lantai secara manual dengan menggunakan selang besar.
Gambar 10 Gedung TPI (tampak depan) di PPP Lampulo tahun 2010.
b. Kantin
Salah satu fasilitas penunjang yang terdapat di PPP Lampulo adalah kantin (Gambar 11). Berdasarkan pengamatan terdapat sekitar 10 buah kantin di dalam kompleks PPP Lampulo ini, dan letaknya tidak pada satu area yang sama melainkan tersebar di beberapa tempat seperti di depan area TPI, di depan balai nelayan, dan di dekat kantor UPTD.
Kantin-kantin yang terdapat di PPP Lampulo ini bukan tempat yang menjual makanan khusus yang terbuat dari ikan atau olahannya, melainkan menjual makanan yang biasanya dikonsumsi untuk sarapan seperti nasi hingga makanan ringan seperti kue-kue dan jajanan pasar lainnya. Biasanya penjual menjual makanan hanya pada pagi hingga siang hari, selebihnya hanya warung-warung kecil yang menjajakan makanan ringan/snack dan rokok.
Kantin-kantin ini dibangun oleh pemilik kantin itu sendiri dengan tipe bangunan semi permanen dan ada juga yang konstruksi bangunannya terbuat dari kayu, dan sebagian besar kondisi fisik kantin masih cukup baik. Pihak pelabuhan
51
51 hanya menyediakan lahan untuk disewakan kepada pemilik kantin. Kantin ini disediakan tidak hanya bagi pengunjung namun bagi pegawai UPTD, pekerja, dan semua pihak yang beraktivitas di PPP Lampulo.
Gambar 11 Area kantin di PPP Lampulo tahun 2010.
c. Bengkel
Fasilitas lainnya yang tersedia di PPP Lampulo adalah fasilitas untuk pemeliharaan dan perbaikan armada seperti bengkel (Gambar 12). Bangunan untuk bengkel dibangun pada tahun 2005 dengan bantuan dari pihak Jepang dimana bangunan ini difungsikan untuk memperbaiki mesin kapal.
Bengkel ini terletak di bagian belakang kompleks PPP Lampulo dengan luas bangunan 180 m2 (UPTD PPP Lampulo, 2010). Peralatan bengkel yang tersedia cukup lengkap. Namun diperlukan pemeliharaan yang baik terhadap alat-alat tersebut agar tidak cepat rusak sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
52 Gambar 12 Bengkel mesin kapal di PPP Lampulo tahun 2010.
d. Docking
Docking adalah tempat untuk memperbaiki kapal akibat benturan atau segala kerusakan yang terjadi di badan kapal. Fasilitas docking terletak di dekat pintu masuk menuju kolam pelabuhan PPP Lampulo dimana fasilitas ini hanya tersedia 1 unit (Gambar 13). Fasilitas ini hanya dapat memperbaiki kapal dengan ukuran maksimal 10 GT dengan jumlah kapal yang melakukan perbaikan sekitar 1-4 kapal per bulan (UPTD PPP Lampulo, 2010). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat bahwa kondisi fasilitas ini masih kurang baik.
Gambar 13 Docking kapal di PPP Lampulo tahun 2010.
53
53 e. SPBU Pertamina
Pada awalnya fasilitas SPBU yang tersedia di PPP Lampulo ini dibangun 3 bulan sebelum tsunami dan memiliki kapasitas 10 ton. Pasca tsunami, SPBU dibangun kembali dan biasanya menjual sekitar 5.000 liter solar/hari (UPTD PPP Lampulo, 2010). Penjualan solar hanya kepada nelayan saja. Pelaksana penyaluran BBM solar adalah pihak investor swasta yang menyalurkan BBM solar langsung kepada para nelayan dengan sistem pembayaran tunai. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya peningkatan harga jual BBM solar jika penyalurannya melalui pedagang eceran.
Saat ini hanya tersedia 1 tangki pengisian solar untuk seluruh kapal yang akan mengisi perbekalan melaut (Gambar 14). Biasanya untuk sekali melaut 1 unit kapal akan menghabiskan biaya sebesar Rp 200.000,00 untuk membeli bahan bakar.
Gambar 14 Fasilitas SPBU di PPP Lampulo tahun 2010.
f. Gedung pengepakan
Terdapat 12 unit gedung pengepakan dengan luas total 540 m2, dimana luas setiap gedung sebesar 5x9 meter (UPTD PPP Lampulo, 2010). Gedung pengepakan ini dikelola oleh PERUM PPS cabang Lampulo yang disewa oleh pedagang ikan besar (toke). Besarnya sewa yang ditetapkan oleh pihak PERUM yaitu Rp 5.400.000,00/tahun.
54 Fungsi gedung pengepakan ini adalah untuk mempersiapkan dan mengemas ikan hasil tangkapan untuk dikirimkan ke konsumen dalam bentuk segar. Namun, aktivitas pengepakan ikan segar dilakukan di depan/di luar gedung pengepakan. Pengepakan ikan segar ini menggunakan cool box (Gambar 15).
Permintaan ikan segar biasanya berasal dari konsumen lokal, luar kota, bahkan luar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam seperti Medan. Jenis hasil tangkapan yang biasanya dikirim adalah jenis tuna atau cakalang.
Gambar 15 Pengepakan ikan menggunakan cool box di PPP Lampulo tahun 2010.
g. Tangki air
Sumber air bersih diperoleh dari tangki air yang terdapat di PPP Lampulo.
Tangki air ini terdiri dari 2 unit dimana 1 unit terletak disamping gedung pengepakan (Gambar 16a) dan 1 unit lainnya terletak disamping gedung TPI (Gambar 16b). Tangki air ini mampu menampung 2.000 liter air/hari. Air bersih ini diperlukan untuk kebutuhan pembersihan dermaga bongkar dan tempat pelelangan ikan serta untuk toilet.
Kondisi tangki air cukup baik namun diperlukan tangki air tambahan sehingga kebutuhan air bersih dapat dipenuhi dengan baik. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa jumlah air bersih di PPP Lampulo masih kurang, hal
55
55 ini terlihat dari masih banyaknya nelayan dan pedagang yang mencuci hasil tangkapan menggunakan air kolam pelabuhan.
(a) (b)
Gambar 16 Dua unit tangki air di PPP Lampulo (a dan b) tahun 2010.
h. Tsunami Warning System (TWS)
Bencana tsunami yang terjadi tahun 2004 silam menjadikan pemerintah menambah fasilitas Tsunami Warning System (TWS) di setiap daerah yang rawan tsunami salah satunya adalah di wilayah pelabuhan perikanan. Tsunami Warning System (TWS) adalah sebuah perangkat yang dapat mendeteksi besar gelombang sehingga dapat memberikan informasi mengenai gelombang yang berpotensi menjadi gelombang tsunami. Sistem kerja alat ini adalah ketika terjadi sebuah gelombang besar dan berpotensi menjadi gelombang tsunami maka alat ini akan berbunyi seperti bunyi sirene (UPTD PPP Lampulo, 2010). Dengan adanya alat ini diharapkan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah rawan tsunami dapat lebih waspada, jika alat ini sudah berbunyi maka masyarakat diharapkan dapat mengambil tindakan penyelamatan dengan menghindari daerah dekat pantai dan melalui jalur penyelamatan yang telah ditetapkan.
Fasilitas Tsunami Warning System (TWS) di PPP Lampulo hanya 1 unit dan kondisinya masih cukup baik dan dapat dioperasikan. Letak Tsunami Warning System (TWS) ini adalah di dekat pintu masuk kompleks PPP Lampulo, tepatnya di samping lahan parkir motor (Gambar 17).
56 Gambar 17 Tsunami Warning System (TWS) di PPP Lampulo tahun 2010.
i. Pos jaga
Dua unit pos jaga yang dibangun pasca tsunami terdapat di pintu masuk dan keluar PPP Lampulo. Kondisi pos jaga masih cukup baik, namun diperlukan pemeliharaan agar pos jaga ini dapat terus difungsikan (Gambar 18). Fungsi pos jaga ini adalah untuk mengawasi orang atau kendaraan yang keluar masuk kompleks PPP Lampulo dan juga untuk pengambilan pas masuk PPP Lampulo.
Gambar 18 Pos jaga di kompleks PPP Lampulo tahun 2010.
57
57 j. Toilet
Toilet termasuk fasilitas sanitasi yang seharusnya ada di semua pelabuhan perikanan. Awalnya di PPP Lampulo terdapat 1 unit toilet yang dibangun pasca tsunami dengan bantuan CHF (Community Habitat Finance) dengan luas 63 m2 (Gambar 19), namun dikarenakan tidak adanya pengelolaan dengan baik maka saat ini fasilitas ini tidak bisa digunakan lagi karena saluran yang terdapat di toilet tersumbat sehingga menyebabkan air yang terdapat di saluran pembuangannya menjadi tergenang (UPTD PPP Lampulo, 2010). Selain itu tidak adanya kesadaran untuk menjaga kebersihan dari pihak-pihak yang menggunakan fasilitas ini menyebabkan fasilitas ini tidak bisa digunakan lagi. Kondisi bangunan toilet ini sebenarnya masih cukup bagus, namun yang bermasalah adalah saluran pembuangan dari toilet yang sering tersumbat.
Gambar 19 Fasilitas toilet di PPP Lampulo tahun 2010.
k. Lahan parkir
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat 2 jenis lahan parkir di PPP Lampulo yaitu lahan parkir besar untuk kendaraan roda 4 atau mobil (Gambar 20a) dan lahan parkir kecil untuk kendaraan roda 2 atau
58 sepeda motor (Gambar 20b). Disetiap lahan parkir dipungut retribusi oleh petugas parkir yaitu Rp 1.000,00 untuk sepeda motor dan Rp 2.000,00 untuk mobil.
Kondisi kedua jenis lahan parkir masih cukup bagus, hanya diperlukan pemeliharaan dan penambahan atap di lahan parkir agar kendaraan yang terparkir dapat terhindar dari panas matahari. Sebenarnya pembangunan atap di lahan parkir telah direncanakan oleh pihak UPTD dan saat ini sedang menunggu bantuan dana dari PEMDA NAD untuk merealisasikan rencana tersebut.
(a) (b)
Gambar 20 Kondisi lahan parkir besar (a) untuk mobil dan lahan parkir kecil untuk motor (b) di PPP Lampulo tahun 2010.