• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelancaran suatu proses produksi sangat ditentukan oleh fasilitas-fasilitas produksi yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Fasilitas produksi yang dimiliki oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon meliputi fasilitas bangunan, fasilitas alat-alat/mesin produksi dan fasilitas perlengkapan teknis serta peralatan penunjang lainnya. Fasilitas tersebut saling menunjang antara yang satu dengan yang lainnya demi kelancaran jalannya kegiatan proses produksi proses produksi jamu sediaan pil di perusahaan ini.

Fasilitas-fasilitas produksi yang dimiliki meliputi: Mesin Penggiling Jamu Pahitan, Mesin Pengayak, Mesin Pencampur, Mesin Pemadat, Mesin Pencampur (Mixer) Adonan Pil, Mesin Pemadat, Mesin Pencetak Pil, Mesin Oven dan Mesin Pengemas

a. Mesin Penggiling Jamu

Tenaga penggerak yang digunakan untuk menjalankan penggiling ini adalah mesin Truk Fuso.

Spesifikasi Mesin Penggiling :

Sumber Tenaga : Mesin Diesel FUSO (Bahan Bakar Solar) Kapasitas Produksi : 100 Kg / jam

xl

Gambar 4.1 Mesin Penggiling Jamu Pahitan (Sambiloto) b. Mesin Pengayak

Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon memiliki dua buah mesin pengayak yang digunakan untuk mengayak dengan bahan yang berbeda. Berikut gambar mesin pengayak di Perusahaan Jamu Sabdo Palon :

Gambar 4.2 Mesin Pengayak

c. Mesin Pencampur

Pada mesin ini dilakukan penambahan bahan – bahan yang diperlukan, semisal menthol sebagai bahan tambah khasiat dan bahan

– bahan tambah lain yang dibutuhkan. Hasil dari pencampuran merupakan jamu setengah jadi.

xli

Gambar 4.3 Mesin Pencampur (Mixer) d. Mesin Pencampur (Mixer) adonan Pil

Perusahaan Jamu Sabdo Palon menggunakan mesin mixer dengan kapasitas 5 Kg. Dalam pencampuran yang kedua ini juga ditambahkan air serta perekat dari glukosa (kembang gula) dan pati yang diberikan secukupnya. Penambahan kembang gula berfungsi agar saat pencetakan pil tidak mudah pecah. Sedangkan penambahan pati ditujukan agar saat dikonsumsi, pil mudah dicerna dan cepat larut dalam tubuh.

Gambar 4.4 Mesin Pencampur (Mixer) adonan Pil

e. Mesin Pemadat

Prinsip kerja dari mesin pemadat ini hampir sama dengan penggiling daging. Proses pemadatan untuk 5 Kg adonan dibutuhkan waktu selama ± 3 menit.

xlii

Gambar 4.5 Mesin Pemadat f. Mesin Pencetak Pil

Mesin pencetak yang dimiliki oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon mempunyai kapasitas produksi 5 Kg/jam.

Gambar 4.6 Mesin Pencetak Pil

g. Mesin Oven

Pengovenan dilakukan selama 48 jam sampai kering dengan suhu rata

– rata 60 0C. Dalam pengovenan menggunakan suhu yang sedang agar pil benar – benar kering sampai dalam dan bulatan – bulatan pil tetap utuh. Jika dalam pengovenan suhu yang digunakan terlalu tinggi, maka bulatan pil akan retak dan bagian luarnya akan cepat kering sedangkan bagian dalamnya basah.

xliii

Gambar 4.7 Mesin Oven h. Mesin Pengemas

Pada proses pengemasan primer jamu pil di Perusahaan Jamu Sabdo Palon menggunakan bantuan mesin pengemas yang memiliki kapasitas produksi ± 2500 sachet/jam.

xliv C. PENGOLAHAN BAHAN DASAR

1. Sumber dan Proses Penerimaan Bahan Dasar

Di Peusahaan Jamu Sabdo Palon bahan dasar simplisia sebagian besar berasal dari pemasok dan sebagian kecil berasal dari kebun Perusahaan Jamu Sabdo Palon yang digunakan sebagai tambahan. Bahan baku yang diperoleh dari pedagang inii sudah dalam bentuk simplisia kering.

Bahan baku yang akan dibeli diperiksa terlebih dahulu oleh pengelola bagian produksi apabila telah memenuhi persyaratan sesuai permintaan pengelola bagian produksi maka akan dilakukan negoisasi harga. Apabila harga cocok, maka akan dilakukan pemesanan dan pembelian yang jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahan baku yang masuk dicatat pada buku penerimaan bahan kemudian dibuat laporan penerimaan yang diserahkan kepada bagian administrasi, setelah itu dilakukan pembayaran. Bahan baku yang sudah dicatat dalam buku penerimaan dimasukkan dalam gudang bahan kotor.

2. Jumlah dan Penyediaannya

Untuk memenuhi kebutuhan atau penyediaan bahan baku produksi, Perusahaan Jamu Sabdo Palon memasok bahan dasar dari pedagang (leveransir). Jumlah dan macam kebutuhan bahan baku yang dipasok sesuai dengan kebutuhan jamu yang dipesan atau yang laku di pasaran. Pemasokan bahan baku di perusahaan ini sangat banyak antara lain kunyit didatangkan dari Semarang, sambiloto dari Pacitan dan bahan baku lainnya yang banyak didatangkan dari Wonogiri dan Karanganyar. Kebutuhan bahan baku yang paling banyak berasal dari rimpang yang pada umumnya sebagai bahan dasar untuk pembuatan jamu di perusahaan ini.

xlv 3. Jenis Bahan Dasar

Dalam memproduksi jamu, Perusahaan Jamu Sabdo Palon menggunakan bahan baku alami yang berupa bahan baku nabati. Simplisia nabati yang digunakan dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Akar – akaran, misalkan alang – alang, kolesom

b. Kayu – kayuan, misalkan kayu manis, kayu secang yang berbentuk kulit kayu

c. Daun – daunan, misalkan daun meniran, lampes, jati belanda, kemuning, salam, tempuyung, tapak liman

d. Rimpang, misalkan temulawak, jahe, kencur, laos, kunyit e. Biji – bijian, misalkan kedawung, ketumbar, merica, biji saga f. Kulit buah, misalkan, kulit buah pala

4. Penanganan Bahan Dasar

Bahan dasar yang diterima dan dibeli akan disimpan dalam gudang kotor. Di dalam gudang kotor, bahan baku dilakukan sortasi kering untuk memisahkan simplisia dengan kotoran dan dilakukan pengeringan lagi. Pengeringan ini dilakukan agar bahan baku lebih kering lagi sehingga lebih awet selama penyimpanan. Bahan baku yang sudah disortir dan dikeringkan disimpan dalam gudang bersih.

xlvi Pengeringan Sortasi Kering Pengecilan Ukuran Penimbangan Penyimpanan Pencucian dengan air

bersih Penyortiran Bahan Dasar Jamu

Bahan Baku Kering dan Bersih

xlvii

Gambar 4.9 Bagan Proses Pengolahan Bahan Dasar Jamu a. Bahan Dasar Jamu

Bahan dasar jamu yaitu bahan baku yang digunakan untuk membuat jamu. Bahan – bahan baku yang ada di Perusahaan Jamu Sabdo Palon sebagian besar diperoleh dari pedagang besar (leveransir). Bahan – bahan baku yang diterima dari pedagang sebagian besar sudah mengalami proses pembersihan, pengecilan dan pengeringan. Akan tetapi, bahan baku yang berasal dari perkebunan Perusahaan Jamu Sabdo Palon masih dalam keadaan segar. Sehingga perlu adanya proses pencucian sampai peracikan. b. Penyortiran

Penyortiran dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau bahan – bahan asing lainnya dari bahan tanaman atau simplisia, misalnya kotoran atau bahan asing pada simplisia jenis akar adalah tanah, kerikil, rumput, akar rusak, bagian tanaman lain selain akar – akaran dan lain – lain. Selain itu juga untuk memisahkan bahan baku yang tidak memenuhi standar yang telah ditentukan.

c. Pencucian/Pembersihan

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran – kotoran yang melekat pada simplisia. Pencucian juga berguna untuk mengurangi mikroba – mikroba yang terdapat pada simplisia. Pencucian simplisia dilakukan dengan menggunakan air bersih seperti air dari mata air, air sumur atau air PAM. Jika digunakan air kotor maka jumlah mikroba pada simplisia tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.

Pencucian atau pembersihan bahan ini juga ditujukan untuk menghilangkan cemaran – cemaran yang menempel pada bahan baku. Cemaran – cemaran yang ada pada bahan baku bisa berupa cemaran fisik (misal : tanah), cemaran kimia (misal : pestisida), dan

xlviii

cemaran biologi (misal : jamur, ulat). Dengan demikian diharapkan bahan baku yang akan diproses menjadi jamu bisa benar – benar bersih dan steril.

d. Pengecilan Ukuran

Untuk memenuhi standar keseragaman bahan baku, maka perlu dilakukan proses pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran ini dilakukan agar bahan menjadi homogen dan besarnya sama. Pengecilan ukuran ini dilakukan dengan mesin perajang yang digunakan untuk memperkecil ukuran bahan – bahan simplisia kering yang berupa akar – akaran dan kulit kayu. Untuk jenis simplisia rimpang menggunakan metode filtering atau penyaringan.

Bahan baku yang telah diterima oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon hampir semuanya sudah mengalami pengecilan ukuran. Sehingga Perusahaan Jamu Sabdo Palon hanya menentukan standar mutu bahan bakunya saja kepada para supliernya. Akan tetapi untuk beberapa jenis bahan baku yang berasal dari perkebunan Perusahaan Jamu Sabdo Palon seperti luntas, teh rosella dan jenis daunan lainnya pengecilan ukuran dilakukan oleh karyawan Perusahaan Jamu Sabdo Palon sendiri.

e. Pengeringan

Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon menggunakan pengeringan alami yaitu dengan sinar matahari karena bahan dasar yang diterima dari pedagang dalam bentuk simplisia kering. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan di ruang terbuka yang terkena langsung sinar matahari. Pengeringan yang dilakukan ini mengehemat biaya, karena memanfaatkan sinar matahari yang bisa didapat secara cuma – cuma serta hasil pengeringan yang baik. Akan tetapi pengeringan dengan sinar matahari ada kekurangannya yaitu pengeringan

xlix

tergantung pada cuaca. Apabila cuaca mendung pengeringan terhambat terutama saat musim hujan.

Gambar 4.10 Proses Pengeringan Bahan Baku

f. Sortasi Kering

Sortasi yang dilakukan di Perusahaan Jamu Sabdo Palon secara manual dan mekanis. Sortasi manual dilakukan untuk menghilangkan cemaran – cemaran fisik (benda asing) pada bahan seperti ranting, kotoran, bunga, tanah dan daun yang ikut tercampur dengan bahan baku khususnya pada simplisia rimpang. Selain itu, pada sortasi secara manual ini juga dilakukan pemisahan bahan baku yang tercemar oleh mikroba atau bahan yang tidak lolos untuk proses berikutnya. Sortasi mekanis dengan metode hembus dan filtering. Metode hembus untuk menghilangkan debu dan metode filtering untuk mendapatkan keseragaman bahan baku. Dengan metode ini sortasi yang dilakukan mendekati sempurna, karena untuk sortasi yang tidak biasa dikerjakan manual (pembersihan debu) digantikan dengan metode hembus.

l

Gambar 4.11 Proses Sortasi Kering Bahan Baku di Perusahaan Jamu Sabdo Palon

g. Penimbangan

Penimbangan bahan baku dilakukan setelah semua bahan baku kering dan bersih. Adapun tujuan penimbangan bahan baku ini adalah untuk mengetahui jumlah bahan baku kering dan bersih yang dimiliki oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon. Sehingga sewaktu – waktu dibutuhkan tinggal mengambil. Dan kalaupun stok yang dimiliki ternyata kurang, maka tinggal dilakukan penambahan atau pemesanan.

h. Penyimpanan

Penyimpanan bahan baku dilakukan setelah bahan baku selesai dilakukan penimbangan. Penyimpanan bahan baku ini menggunakan pengemas primer plastik dan pengemas sekunder dari karung goni atau karung berbahan sejenis karung pakan ternak. Hal itu ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan yang tidak diinginkan, misalnya kerusakan bahan baku karena air hujan yang masuk, serta mengantisipasi kerusakan atau kebocoran karung sehingga bahan – bahan terjatuh atau tercecer. Selain itu untuk menghindari kesalahan bahan baku, maka sebelum disimpan saat penimbangan juga dilakukan pelabelan jenis bahan baku dan berat bahan baku tersebut. Penyimpanan bahan baku di Perusahaan Jamu Sabdo Palon menggunakan sistem First In First Out (FIFO), hal ini ditujukan untuk menghindari kerusakan bahan yang telah disimpan dalam waktu yang lama dan untuk menjaga kualitas produk.

li

Sebelum diproses menjadi jamu dalam beberapa bentuk yang lain. Maka dalam penanganan bahan dasar jamu ini, bahan baku harus disimpan dalam keadaan kering dan bersih. Sehingga, apabila akan diproses menjadi jamu bisa langsung digunakan atau dilakukan proses salanjutnya. Selain itu penyimpanan bahan baku dalam keadaan kering dan bersih untuk menghindari kerusakan karena mikrobia.

lii D. PRODUKSI

Berikut proses pengolahan jamu dalam bentuk pil di Perusahaan Jamu Sabdo Palon : Bahan Baku

Kering dan Pencampuran ke 1 Pengayakan (100 mesh) Penggilingan Peracikan Pengeringan Singkat Ditambah bahan atau Khasiat Jamu Serbuk tidak lolos

Pencampuran ke 2 Pencetakan Pil Sortasi Pil Pengemasan + Pelabelan Coating Pengovenan Produk Pemadatan 5 Kg Bahan + Air matang, glukosa, pati secukupnya

liii

Gambar 4.12 Bagan Proses Pengolahan Jamu Pil 1. Peracikan

Setelah bahan dasar jamu diproses sampai diperoleh bahan baku yang kering dan bersih, maka proses selanjutnya adalah peracikan. Peracikan bahan baku dilakukan sesuai dengan formula atau resep jamu yang telah ditentukan. Peracikan dilakukan apabila mendapatkan pesanan jamu sesuai dengan permintaan distributor dan jenis jamu yang laku di pasaran. Untuk menjaga kerahasiaan formula, peracikan dilakukan sendiri oleh pemilik dan diserahkan kepada pihak bagian produksi yang termasuk keluarga pemilik perusahaan yang kemudian dilakukan penggilingan.

Proses peracikan jamu di Perusahaan Jamu Sabdo Palon biasanya dilakukan dalam jumlah yang besar, bahkan sampai berton – ton. Peracikan jamu akan dilakukan, apabila ada permintaan pasar atau pemesanan jamu. Peracikan dilakukan dalam skala besar hal ini ditujukan untuk menghemat biaya transportasi pengiriman bahan baku dari Nguter ke tempat penggilingan di Giriwoyo.

2. Pengeringan Singkat

Pengeringan singkat ini dilakukan bersamaan dengan proses peracikan. Karena peracikan jamu dilakukan dalam jumlah yang besar di halaman pengeringan. Tujuan dari pengeringan singkat ini adalah untuk mengurangi jumlah kadar air, yang dimungkinkan bertambah pada saat proses penyimpanan.

3. Penggilingan

Bahan baku yang sudah diracik sesuai resep atau formulanya masuk dalam gudang racikan, akan dihancurkan dengan mesin penggiling. Penggilingan ini bertujuan untuk mereduski ukuran bahan. Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon ada dua jenis penggilingan yaitu :

liv

Penggilingan untuk jamu pahitan (sambiloto) penggilingan ini dilakukan dengan menggunkan mesin penggiling biasa, karena tingkat kehalusan tidak begitu dipermasalahkan. Karena untuk jamu pahitan biasanya untuk campuran jamu jenis godogan. Tenaga penggerak yang digunakan untuk menjalankan penggiling ini adalah mesin Truk Fuso. a. Mesin penggilingan untuk bahan – bahan baku berupa rimpang atau

selain sambiloto. Pada proses penggilingan ini dilakukan di daerah Giriwoyo. Hanya orang – orang tertentu saja yang diperkenankan untuk masuk kesana. Hal ini ditujukan untuk menjaga kerahasiaan perusahaan. Pada proses penggilingan ini ada tiga tahap yaitu :

o Tahap I (Disc Mill I)

Mesin penggiling ini tidak dilengkapi dengan saringan dan hanya berfungsi menghancurkan simplisia sehingga diperoleh pecaha simplisia yang masih kasar. Kapasitas mesin ini sekitar 50 Kg. Hasil penggilingan Disc Mill I kemudian masuk ke Disc Mill II.

o Tahap II (Disc Mill II)

Mesin ini sudah dilengkapi saringan 80 mesh. Hasil dari tahap penggilingan II sudah berupa serbuk agak kasar yang disebut tetes. Hasil penggilingan mengalami susut berat dari 200 Kg manjadi ± 180 Kg. Hasil penggilingan tahap ini kemudian diayak menggunkan ayakan 80 mesh.

o Tahap III (Raymond)

Mesin ini digunakan untuk menggiling tetes yang tidak lolos pada proses pengayakan 80 mesh dan 100 mesh. Prinsip kerja dari mesin penggiling ini adalah menggunakan gigi yang melingkar dengan posisi horisontal dan dilengkapi alat vacum sedangkan tetes yang kasar akan tergiling lagi. Hasil penggilingan ini adalah serbuk yang sangat halus seperti debu.

lv

Pengayakan dilakukan setelah penggilingan. Proses ini bertujuan untuk menyeragamkan derajat kehalusan serbuk jamu. Proses pengayakan jamu dilakukan dengan mesin pengayak ukuran 100 mesh. Apabila dari mesin pengayak terdapat serbuk yang tidak lolos maka akan dikembalikan ke bagian penggilingan untuk diikutkan dalam proses penggilingan berikutnya yang untuk sementara disimpan dalam tong plastik. Untuk sisa terakhir diayak dengan ayakan manual dengan tetap menggunakan ukuran kehalusan yang sama. Serbuk yang tidak lolos melalui ayakan manual merupakan ampas.

5. Pencampuran Ke 1

Pada pencampuran pertama ini dimaksudkan untuk mengahsilkan campuran serbuk jamu yang seragam atau homogen. Pada proses ini dilakukan penambahan bahan – bahan yang diperlukan, semisal menthol sebagai bahan tambah khasiat dan bahan – bahan tambah lain yang dibutuhkan. Hasil dari pencampuran merupakan jamu setengah jadi, yang kemudian akan diujikan di laboratorium dalam bentuk sampel. Pengujiann sampel dilakukan di laboratorium Universitas Setia Budi, karena di perusahaan ini belum mempunyai laboratorium sehingga bekerja sama dengan Universitas Setia Budi. Pengujian di laboratorium yang dilakukan antara lain meliputi :

 Organoleptik

Uji organoleptik meliputi pengujian terhadap bentuk, warna, bau, rasa dan tanda – tanda yang dapat dilihat dengan kasat mata.

 Mikroskop

Uji mikroskop meliputi pemeriksaan terhadap benda – benda asing yang terdapat pada serbuk jamu yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata.

lvi

Kadar air adalah banyaknya air yang terdapat di dalam bahan. Air tersebut dapat berasal dari kandungan awal simplisia, penyerapan uap air pada saat produksi maupun saat berada pada peredaran atau masa tunggu produk dalam penyimpanan (waktu delay). Persyaratan kadar air yang ditetapkan oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon yaitu kurang dari 10 %.

 Kadar Abu

Penetapan kadar abu merupakan suatu cara untuk mengetahui kandungan mineral dalam serbuk dengan cara menghitung sisa pembakaran. Persyaratan kadar abu yang ditetapkan yaitu sekitar 90 %.

 Cemaran Mikroba dan Jamur

Uji cemaran mikroba dan jamur dilakukan pada semua bentuk sediaan jamu, baik serbuk maupun pil. Uji cemaran ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroba pathogen dan jamur penghasil aflatoksin.

 Keseragaman Berat

Keseragaman berat perlu diperhatikan agar ketepatan takaran dapat terpenuhi. Dan menjaga kualitas produk kepada konsumen dari beratnya jamu. Keseragaman berat di Perusahaan Jamu Sabdo Palon dapatm diukur secara otomatis oleh mesin pengemas. Akan tetapi untuk mengetahui ketepatan beratnya pun masih menggunakan timbangan ukur.

 Khasiat

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi atau khasiat dari resep – resep jamu yang telah dibuat oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon.

lvii

Setelah diperoleh homogenitas serbuk jamu, selanjutnya jamu di buat adonan sebelum nantinya dilakukan proses pencetakan pil. Dalam pencampuran yang kedua ini, Perusahaan Jamu Sabdo Palon menggunakan mesin mixer dengan kapasitas 5 Kg. Dalam pencampuran yang kedua ini juga ditambahkan air serta perekat dari glukosa (kembang gula) dan pati yang diberikan secukupnya. Penambahan kembang gula berfungsi agar saat pencetakan pil tidak mudah pecah. Sedangkan penambahan pati ditujukan agar saat dikonsumsi, pil mudah dicerna dan cepat larut dalam tubuh.

7. Pemadatan

Pemadatan dilakukan setelah proses pembuatan adonan. Pemadatan ini dimaksudkan agar adonan jamu menjadi padat. Sehingga memudahkan dalam proses pencetakan jamu pil.

8. Pencetakan Pil

Adonan jamu yang telah dipadatkan dengan mesin pemadat, selanjutnya diproses menjadi jamu dalam bentuk pil. Dalam membuat jamu pil ini menggunakan bantuan mesin pencetak pil. Mesin pencetak yang dimiliki oleh Perusahaan Jamu Sabdo Palon mempunyai kapasitas produksi 5 Kg/jam.

9. Sortasi Pil

Sortasi pil ini ditujukan untuk memperoleh keseragaman bentuk pil. Dalam sortasi dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan ayakan kecil yang memiliki lubang – lubang yang berdiameter ± lebih kecil dari pil yang dicetak untuk menghilangkan pil – pil yang pecah atau tidak utuh. Selain itu juga dilakukan pemilihan pil yang pecah ataupun tidak dan pil yang bulat ataupun tidak. Apabila ada pil yang pecah dan tidak bulat, maka dilakukan pencetakan ulang. Namun, kalau pil lolos seleksi akan dilakukan proses selanjutnya.

lviii 10.Coating

Pil yang lolos seleksi selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin coating. Dalam proses ini ditujukan untuk menghaluskan bulatan – bulatan pil dan lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang halus ini adalah ± 30 menit. Mesin coating di Perusahaan Jamu Sabdo Palon memiliki kapasitas maksimal 30 Kg dan memiliki kapasitas minimal agar diperoleh hasil yang baik adalah 25 Kg.

11.Pengovenan

Bulatan utuh yang telah dimasukkan ke dalam coating kemudian di oven selama 48 jam sampai kering dengan suhu rata – rata 60 0C. Dalam pengovenan menggunakan suhu yang sedang agar pil benar – benar kering sampai dalam dan bulatan – bulatan pil tetap utuh. Jika dalam pengovenan suhu yang digunakan terlalu tinggi, maka bulatan pil akan retak dan bagian luarnya akan cepat kering sedangkan bagian dalamnya basah.

12.Coating dan Mesin angin-angin

Setelah pil dioven, selnjutnya dilakukan coating yang kedua. Pada coating yang kedua ini juga ditambahkan PI yaitu sejenis minyak non folatil yang tidak mudah menguap. Penggunaan PI ini ditujukan agar pil kelihatan mengkilap. Untuk membantu mempercepat proses pengeringan pil, maka dalam proses coating yang kedua ini ditambahkan spray drayer. Dalam coating yang kedua ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 2½ jam. Setelah itu pil diangin – anginkan sebentar, kemudian dimasukkan ke dalam tempat panyimpanan.

13.Pengemasan dan Pelabelan

Pada proses pengemasan primer jamu pil di Perusahaan Jamu Sabdo Palon menggunakan bantuan mesin pengemas yang memiliki kapasitas produksi ± 2500 sachet/jam. Pengemas primer yang digunakan untuk mengemas produk jamu pil ini berbahan policellopepper yaitu

lix

kemasan yang terbuat dari oriented polypropylene (OPP) 25 gram yang dilapisi dengan polyetilene (PE) 15 gram, sehingga kemasan tersebut terlihat seperti kertas yang dilapisi plastik. Sedangkan untuk pengemas sekunder dan tersier menggunakan plastik polyetilen (PE). Dan menggunkan pengemas quarter dari bahan kardus.

Proses pelabelan produk dilakukan secara otomatis oleh mesin pengemas saat pengemasan untuk pelabelan kode produksi. Sedangkan untuk pelabelan PIRT, bahan baku, khasiat, BPOM sudah tercantum langsung pada pengemas. Dalam pengemasan bahan pangan terlebih lagi produk jamu harus memperhatikan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini ditujukan untuk menjaga keprcayaan konsumen dan menjaga keamanan produk.

Dokumen terkait