• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasilitas Tempat Tinggal

BAB VII PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

7.2 Fasilitas Tempat Tinggal

Kelengkapan fasilitas pokok suatu rumah akan menentukan nyaman tidaknya suatu tempat tinggal, dan juga menentukan tingkat kualitasnya. Fasilitas tempat tinggal ini juga berhubungan dengan kesehatan lingkungan tempat tinggal. Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya sarana listrik, air bersih dan jamban dengan tangki septik.

7.2.1 Sumber Air Minum

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan utama dari program penyediaan air bersih yang terus diupayakan oleh pemerintah. Fasilitas air minum merupakan hal penting karena sangat menentukan kualitas air minum itu sendiri.

Persentase rumah tangga perdesaan yang tidak memiliki fasilitas air minum dan menggunakan fasilitas umum jauh lebih besar dibandingkan perkotaan. Sebaliknya persentase rumah tangga perdesaan yang menggunakan fasilitas air minum sendiri lebih kecil dibandingkan perkotaan.

Sendiri Bersama Umum Tidak Ada

69,05

14,97

2,93 13,04

45,00 19,13 16,73 19,13

Gambar 7.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum dan Daerah Tempat Tinggal, 2013

Rumah tangga di Provinsi Kalimantan Tengah yang tidak ada fasilitas air minum pada tahun 2013 yaitu sekitar 17,77 persen, terus mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 22,27 persen, hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan air bersih bagi kesehatan.

Tabel 7.6. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum, 2008-2013 Fasilitas Air Minum 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sendiri 49,77 47,55 53,99 46,96 47,31 50,38 Bersama 15,80 17,62 20,63 19,43 18,98 18,20 Umum 12,17 15,75 12,51 17,12 15,93 13,65 Tidak ada 22,27 19,08 12,87 16,50 17,77 17,77 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2008-2013 Provinsi Kalimantan Tengah

Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, sebagian besar rumah tangga masih mengandalkan air sungai sebagai sumber air dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik untuk mandi, mencuci, memasak maupun untuk air minum. Rumah tangga yang menggunakan leding sebagai sumber air pada tahun 2013 hanya mencapai 9,16 persen. Yang menarik adalah konsumsi air isi ulang yang meningkat tajam dari tahun 2012 yang hanya sebesar 14,48 persen menjadi 23,68 persen. Penggunaan air dalam kemasan juga meningkat yang diperkirakan disebabkan oleh semakin banyaknya tersedia air dalam kemasan yang dipasarkan yang disertai dengan promosi-promosi untuk memperkenalkan produk yang masih dianggap baru tersebut. Begitu juga halnya dengan air isi ulang, yang terus mengalami peningkatan, sejalan

94 Analisis Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2013

dengan semakin bertambahnya permintaan sumber air minum tersebut dan jumlah depot-depot air isi ulang.

Tabel 7.7. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum yang Dipergunakan, 2008-2013

Sumber Air Minum 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Air Dalam Kemasan 0,92 1,04 2,77 1,74 0,00 1,63 Air Isi Ulang 4,45 5,76 8,83 15,37 14,48 23,68

Leding 14,66 15,95 13,90 11,52 0,29 9,16

Sumur Bor/Pompa 14,14 13,62 14,07 13,37 22,00 13,04 Sumur Terlindung 13,01 12,39 14,63 12,28 9,68 9,19 Sumur Tak Terlindung 10,54 10,17 8,92 7,35 8,87 7,88 Mata Air Terlindung 1,00 0,62 1,49 1,48 1,85 2,85 Mata Air Tak Terlindung 0,63 0,51 0,28 0,67 0,94 2,11 Air Sungai 32,86 33,82 26,29 30,23 40,37 22,32

Air Hujan 7,44 5,81 8,76 5,46 0,69 7,81

Lainnya 0,35 0,31 0,06 0,53 0,83 0,34

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2008-2013 Provinsi Kalimantan Tengah

7.2.2 Sumber Penerangan

Beberapa macam sumber penerangan menurut Susenas adalah listrik, petromak/aladin, pelita/sentir/obor, dan lainnya. Suatu rumah dikatakan sehat dan nyaman apabila sumber penerangan yang digunakan adalah listrik. Sumber penerangan yang berasal dari listrik cukup ideal, karena cahaya listrik lebih terang dibandingkan sumber penerangan lainnya. Oleh karena itu program listrik masuk desa sampai saat ini terus digalakkan oleh

pemerintah khususnya di Kalimantan Tengah, baik Listrik PLN maupun Listrik Non PLN.

Tabel 7.8. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan, 2008-2013 Sumber Penerangan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Listrik 75,16 77,05 81,54 80,36 82,27 87,56 Petromak/Aladin 3,65 5,34 4,74 2,46 1,56 0,85 Pelita/Senti/Obor 20,39 16,99 13,07 16,62 14,59 10,48 Lainnya 0,79 0,61 0,65 0,57 1,58 1,11 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2008-2013 Provinsi Kalimantan Tengah

Tabel 7.8. menunjukkan bahwa rumah tangga yang telah menggunakan listrik baik PLN maupun Non PLN sebagai sumber penerangan cukup besar (87,56 persen). Dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya telah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, dimana pada tahun 2008 rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan hanya 75,16 persen.

Listrik Petromak/aladinPelita/sentir/obor Lainnya 98,15

0,06 1,71 0,08

82,19

1,25 14,92 1,64

Gambar 7.5. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan dan Daerah Tempat Tinggal, 2013

96 Analisis Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2013

Dari gambar di atas terlihat bahwa listrik tidak hanya di daerah perkotaan, tetapi sudah menjangkau ke daerah perdesaan, walaupun persentasenya masih jauh di bawah perkotaan yang telah mencapai 98,15 persen. Lokasi yang sangat jauh dari sumber listrik menjadi kendala utama, pada umumnya mereka menggunakan petromak/aladin, pelita/sentir/obor, dan lainnya sebagai sumber penerangan.

7.2.3 Tempat Buang Air Besar

Fasilitas perumahan yang tidak kalah pentingnya adalah tempat buang air besar atau jamban/kakus. Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas tingkat resiko pencemaran yang mungkin ditimbulkan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan tanggung jawab dalam pemeliharaan dan kebersihan sarana. Fasilitas jamban/kakus yang memenuhi syarat kesehatan adalah jamban/kakus dengan tangki septik. Keadaan jamban keluarga sangat erat hubungannya dengan kesehatan keluarga itu sendiri. Dengan demikian tersedianya fasilitas ini menandakan status dan kondisi tempat tinggal memenuhi syarat kesehatan lingkungan.

Dari Tabel 7.9. terlihat bahwa pada tahun 2013 persentase rumah tangga yang telah memiliki fasilitas buang air besar sendiri sudah cukup besar, yaitu 59,54 persen, sedangkan fasilitas buang air besar bersama dan umum sebesar 26,77 persen dan yang tidak ada fasilitas buang air besar sebesar 13,69 persen.

Tabel 7.9. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar, 2008-2013

Fasilitas Tempat

Buang Air Besar 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sendiri 53,29 54,05 56,63 53,60 56,80 59,54 Bersama 16,21 16,36 21,86 24,94 22,39 19,46 Umum 8,91 9,78 8,70 8,84 9,26 7,31 Tidak Ada 21,58 19,82 12,81 12,62 11,54 13,69 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2008-2013 Provinsi Kalimantan Tengah

Jika kita lihat menurut daerah tempat tinggal, dapat kita simpulkan bahwa kondisi sanitasi di daerah perkotaan lebih baik dibanding perdesaan, hal ini terlihat dari tingginya penggunaan fasilitas tempat buang air besar sendiri dan bersama di daerah perkotaan, sebaliknya persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar di daerah perdesaan jauh lebih besar dibanding perkotaan.

Sendiri Bersama Umum Tidak Ada

80,32

10,88 3,08 5,72

49,02

23,81 9,45 17,72

Gambar 7.6. Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar dan Daerah Tempat Tinggal, 2013

98 Analisis Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2013

Sementara itu dilihat dari jenis klosetnya, rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa yaitu 60,66 persen, plengsengan 6,11 persen, cemplung/cubluk 24,48 persen, dan tidak pakai 8,75 persen (Tabel 7.10.). Rumah tangga yang menggunakan kloset plengsengan dan tidak memakai kloset selama periode 2008-2013 juga terlihat mengalami penurunan.

Tabel 7.10. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset, 2008-2013 Jenis Kloset 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Leher Angsa 47,39 49,72 52,10 54,32 55,26 60,66 Plengsengan 9,94 8,84 9,61 4,85 5,41 6,11 Cemplung/cubluk 26,08 32,33 25,63 22,76 25,53 24,48 Tidak Pakai 16,59 9,11 12,65 18,07 13,80 8,75 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2006-2012Provinsi Kalimantan Tengah

Leher angsa Plengsengan Cemplung/cubluk Tidak pakai 85,83

4,19 7,49 2,50

46,07 7,22 34,34 12,37

Gambar 7.7. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Daerah Tempat Tinggal, 2013

Masih banyaknya rumah tangga perdesaan yang menggunakan kloset cemplung/cubluk serta tidak menggunakan kloset menggambarkan kondisi sanitasi yang masih buruk. Hal ini mungkin juga masih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan penduduk setempat.

Pada tahun 2013 rumah tangga yang telah menggunakan tangki septik sebagai tempat penampungan tinja/kotoran adalah 40,78 persen, kolam/sawah 0,23 persen, sungai/ danau/laut 38,63 persen, lubang tanah 19,22 persen, dan pantai/kebun serta lainnya 1,13 persen (Tabel 7.11.).

Tabel 7.11. Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja, 2010-2013 Tempat Pembuangan Akhir Tinja 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) Tangki/SPAL 41,11 36,81 41,89 40,78 Kolam/Sawah 1,53 0,21 0,29 0,23 Sungai/Danau/Laut 37,89 42,01 41,18 38,63 Lubang Tanah 18,50 19,28 15,01 19,22 Pantai/Tanah Lapang/Kebun 0,57 1,15 1,21 0,93 Lainnya 0,40 0,53 0,42 0,20 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2010-2013 Provinsi Kalimantan Tengah

7.2.4 Bahan Bakar/Energi Utama Untuk Memasak

Melihat dari kondisi geografisnya, di Kalimantan Tengah masih banyak terbentang hutan yang merupakan penghasil kayu, sehingga 47,10 persen rumah tangga menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak, selain itu juga disebabkan sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak tanah dan juga harganya mahal. Meski demikian masih ada 42,36 persen rumah tangga yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar

100 Analisis Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Tengah 2013

untuk memasak. Rumah tangga yang menggunakan gas/elpiji untuk memasak hanya 9,34 persen meski pemerintah telah mengumumkan untuk mengganti minyak tanah ke gas elpiji sebagai bahan bakar, hal ini disebabkan selain masih kurangnya pengetahuan tentang gas elpiji, juga mahalnya harga, dan sulit mendapatkan gas elpiji.

Tabel 7.12. Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan Bakar/Energi Utama Untuk Memasak, 2011-2013

Bahan Bakar/Energi

Utama Untuk Memasak 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) Listrik 0,97 0,33 0,67 Gas/elpiji 4,49 6,56 9,34 Minyak Tanah 39,19 40,54 42,36 Arang/Briket 0,08 0,00 0,00 Kayu 54,49 52,42 47,10 Lainnya 0,69 0,12 0,01 Tidak Memasak 0,09 0,03 0,52 Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber: Susenas 2011-2013 Provinsi Kalimantan Tengah

Kalau kita lihat dari daerah tempat tinggalnya terdapat perbedaan pola penggunaan bahan bakar/energi utama untuk memasak, dimana mayoritas rumah tangga perkotaan menggunakan minyak tanah, sedangkan di perdesaan menggunakan kayu. Perbedaan yang cukup besar juga pada penggunaan gas/elpiji, dimana rumah tangga perkotaan mencapai 19,18 persen, sedangkan perdesaan hanya 4,35 persen, hal ini mungkin juga disebabkan oleh masih sulitnya akses untuk mendapatkan gas/elpiji di daerah perdesaan. Persentase rumah tangga yang tidak memasak di perkotaan juga lebih besar daripada perdesaan.

Listrik Gas/elpiji Minyak

Tanah Kayu Lainnya MemasakTidak

1,34 19,18 66,83 11,98 0,03 0,64 0,34 4,35 29,98 64,87 0,00 0,46

Gambar 7.8. Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan bakar/Energi Utama Untuk Memasak dan Daerah Tempat

Tinggal, 2013

BAB VIII

Dokumen terkait