• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

3. Fine Crackles dengan

4.2.4. Pengujian data

Pada tahap ini dilakukan pengujian untuk menghitung seberapa besar noise yang berhasil direduksi dari suara pernapasan. Data yang digunakan berjumlah 10 data. Pengujian dilakukan dengan menghitung Signal-to-noise ratio (SNR) tiap data.

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Reduksi Noise dari Suara Pernapasan

No. Jenis Suara SNR SNRdB

1. Bronkial 27343069.6625 74.3685

2. Coarse Crackles 3703.9998 35.6867

3. Fine Crackles dengan

Bronkial yang gugur 1136888.1451 60.5572

4. Fine Crackles 333675.9167 55.2332

5. Inspirasi Stridor 223332.4093 53.4895

6. Trakea Normal 551447.7650 57.4150

7. Vesikular Normal 15976.8616 42.0349

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Reduksi Noise dari Suara Pernapasan (Lanjutan)

No. Jenis Suara SNR SNRdB

8. Gesekan Pleura 4389520.3479 66.4242

9. Rhonchus 294575.3748 54.6920

10. Wheezing 686282.2578 58.3650

Berikut penjelasan merinci pengujian yang dilakukan pada tiap data: 1. Bronkial

Gambar 4.5 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal bronkial. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 74.3685 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal. Jika didengarkan, suara jantung sudah lebih berkurang.

Gambar 4.5 Sinyal bronkial sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi

45

2. Coarse Crackles

Gambar 4.6 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal coarse crackles. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 35.6867 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

Gambar 4.6 Sinyal coarse crackles sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

3. Fine Crackles dengan Bronkial yang gugur

Gambar 4.7 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal fine crackles

dengan bronkial yang gugur. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 60.5572 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

Gambar 4.7 Sinyal fine crackles dengan bronkial yang gugur sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

4. Fine Crackles

Gambar 4.8 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal fine crackles. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 55.2332 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

47

Gambar 4.8 Sinyal fine crackles sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

5. Inspirasi Stridor

Gambar 4.9 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal inspirasi

stridor. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 53.4895 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

Gambar 4.9 Sinyal inspirasi stridor sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

6. Trakea Normal

Gambar 4.10 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal trakea normal. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 57.4150 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

49

Gambar 4.10 Sinyal trakea normal sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

7. Vesikular Normal

Gambar 4.11 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal vesikular normal. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 42.0350 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

Gambar 4.11 Sinyal vesikular normal sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

8. Gesekan Pleura

Gambar 4.12 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal gesekan pleura. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 66.4242 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

51

Gambar 4.12 Sinyal gesekan pleura sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

9. Rhonchus

Gambar 4.13 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal rhonchus. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 54.6920 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

Gambar 4.13 Sinyal rhonchus sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

10.Wheezing

Gambar 4.14 memperlihatkan perubahan yang terjadi pada sinyal wheezing. Bentuk sinyal setelah direduksi nampak lebih besar daripada sinyal sebelum direduksi karena amplitudo gelombang sinyal setelah direduksi lebih kecil dibandingkan amplitudo gelombang sinyal sebelum direduksi, ini adalah efek penyesuaian resolusi gambar sinyal oleh sistem. Dari tabel 4.9, dapat dilihat bahwa sinyal yang telah direduksi memiliki SNRdB sebesar 58.3650 desibel. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan kualitas pada sinyal.

53

Gambar 4.14 Sinyal wheezing sebelum reduksi noise (atas) dan sinyal setelah reduksi noise (bawah)

Berdasarkan pengujian parameter pada tabel 4.6, maka diperoleh signal-to-ratio (snr) yang berbeda-beda. Jenis suara bronkial mempunyai nilai SNRdB terbesar yaitu 74.3685, yang berarti kualitas suara meningkat. Melalui pengujian yang dilakukan, level dekomposisi dan rekonstruksi memegang peranan penting dalam proses reduksi noise. Penentuan nilai threshold ditentukan dengan hati-hati. Jika nilai

threshold terlalu besar, noise tidak dapat direduksi dari sinyal suara pernapasan. Sebaliknya, jika nilai threshold terlalu kecil, sinyal siaran pernapasan akan kehilangan banyak informasi-informasi yang dibutuhkan. Dengan algoritma wavelet transform based filter yang telah dimodifikasi, noise pada suara pernapasan berhasil direduksi dan menunjukkan hasil yang baik pada semua jenis rekaman berdasarkan nilai SNRdB. Jika didengarkan, suara terdengar lebih baik dengan berkurangnya noise.

Dokumen terkait