• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas

4.7 Flora dan Fauna

Kawasan Tahura Pancoran Mas termasuk ke dalam tipe hutan dataran rendah. Dalam Laporan Draft Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Pancoran Mas-Depok tahun 2006 disebutkan beberapa jenis flora di kawasan Tahura yaitu waru (Hibiscus tiliaceus), kopo (Eugenia cymosa), laban (Vitex pubescen), randu (Ceiba pentandra), nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Rengas (Gluta renghas). Sedangkan fauna yang dapat ditemui antara lain cerucuk (Pycnonotus goiavier), kipasan (Rhipidura javanica), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung kacamata jawa (Zosterops flavus), tupai (Dendrogale sp), Musang (paradoxurus hermaphrodistus), dan ular welang (Bungarus fasciatus).

Dinas Lingkungan Hidup Kota Depok pada tahun 2006 memulai kegiatan penanaman di kawasan Tahura Pancoran Mas sebanyak 1.250 bibit. Beberapa spesies yang ditanam antara lain mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla), eboni (Diospyros selebica), matoa (Pometia pinnata), akasia (Acacia mangium), rasamala (Altingia excelsa), dan tanjung (Mimusops elengi).

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Tahura Pancoran Mas

Taman Hutan Raya Pancoran Mas pada awalnya merupakan kawasan Cagar Alam, kini dikelilingi oleh padatnya perumahan warga. Letak kawasan tepat di pinggir jalan raya yang dinamai karena keberadaan kawasan ini yaitu Jalan Cagar Alam, Pitara, Depok. Kawasan Cagar Alam Pancoran Mas yang telah dilestarikan sejak tahun 1714 dan ditetapkan pada tahun 1913 menjadikan kawasan ini sebagai cagar alam tertua di Indonesia. Keberadaannya yang bernilai penting dalam sejarah kawasan konservasi di Indonesia tidak membuat kawasan ini menjadi terpelihara bahkan hampir terlupakan.

Gambar 3 Kondisi Tahura Pancoran Mas: (a) Pintu masuk Taman Hutan Raya di utara kawasan; (b) Pagar yang dibangun disekeliling kawasan; dan (c) Kondisi vegetasi yang terlihat dari luar kawasan.

Kondisi vegetasi Tahura mencerminkan bahwa kondisi hutan di dalamnya cukup terganggu. Hal ini terlihat dari dominansi tumbuhan merambat dan semak belukar yang tumbuh subur diakibatkan kondisi tegakan yang jarang dan cukup terbuka (Gambar 3c). Selain itu, kadang terdapat pakaian yang dijemur di

(a) (b)

sekeliling pagar dan masih ditemukan kumpulan-kumpulan sampah yang sengaja dibuang oleh warga ke dalam kawasan (Gambar 4a dan 4b).

Gambar 4 Kondisi pengelolaan kawasan Tahura Pancoran Mas: (a) dan (b) Beberapa titik kumpulan sampah; (c) Papan himbauan dari Pemerintah Kota Depok dan (d) Papan informasi mengenai kawasan. Pemasangan beberapa papan himbauan dan papan informasi mengenai kawasan sepertinya tidak cukup untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai pentingnya untuk menjaga kawasan tersebut. Pemerintah Kota Depok bahkan membuat Peraturan Daerah No. 23 Tahun 2003 tentang Ketertiban Umum yang isinya berupa larangan membuang sampah dan menjemur pakaian di kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas (Gambar 4c). Sikap masyarakat seperti ini dapat diakibatkan karena kurangnya rasa menghargai terhadap keberadaan keanekaragaman hayati serta fungsi dari kawasan Tahura.

5.2 Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Tahura Pancoran Mas

Masyarakat yang tinggal di sekeliling Tahura pada umumnya merupakan penduduk yang sudah tinggal lebih dari 10 tahun, bahkan beberapa warga yang berusia lanjut (diatas 50 tahun) sudah menghabiskan sepanjang hidupnya di daerah tersebut.

(a) (b)

5.2.1 Karakteristik responden 5.2.1.1 Usia dan jenis kelamin

Menurut Hurlock (1980) diacu dalam Anggana (2011), pengklasifikasian kelas umur dibedakan kedalam enam kategori yaitu kelas umur bayi (0-2 tahun), balita (3-5 tahun), anak-anak (6-12 tahun), remaja (13-18 tahun), dewasa (19-59 tahun), dan lansia (≥60 tahun). Pada hasil penelitian hanya didapat dua kelas umur responden yaitu dewasa dan lansia. Kelas umur dewasa mendominansi jumlah responden yaitu sebanyak 83,34%. Distribusi jenis kelamin pada responden tersebar merata yaitu masing-masing 15 responden pria dan 15 responden wanita.

5.2.1.2 Pekerjaan

Masyarakat yang tinggal dengan jarak terdekat dari Tahura Pancoran Mas hanya terpisah oleh jalan selebar 3-4 meter. Jalan tersebut merupakan akses utama yang dapat dilalui berbagai moda kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Aktivitas masyarakat disekitar Tahura tidak pernah sepi karena terletak di jalan utama tersebut sehingga banyak didirikan toko, bengkel, dan rumah makan.

Gambar 5 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan.

Mata pencaharian masyarakat yang menjadi responden pun dipengaruhi oleh letak tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan jalan utama dan keramaian. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai pedagang /wirausaha. Sedangkan responden wanita sebagian besar tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga (Gambar 5).

5.2.1.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah lulusan SMP dan SMA. Jumlah responden yang merupakan lulusan SMP dan SMA sederajat sebesar

11 10 4 3 2 1 0 2 4 6 8 10 12

wirausaha ibu rumah tangga

buruh jasa swasta pensiun

Ju

m

lah

36,67% atau masing-masing sebanyak 11 orang (Tabel 5). Selain itu juga terdapat 6 orang responden yang merupakan lulusan SD dan sisanya adalah 1 orang tidak sekolah dan 1 orang lulusan Diploma.

Tabel 5 Tingkat pendidikan responden

No Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)

1 Tidak sekolah 1 3,33

2 SD 6 20

3 SMP 11 36,67

4 SMA sederajat 11 36,67

5 Diploma 1 3,33

Daerah Pancoran Mas memiliki akses dan fasilitas sekolah yang cukup baik dari tingkat SD sampai SMA bahkan terdapat cukup banyak perguruan tinggi yang dapat dicapai dari daerah tersebut hanya dengan angkutan perkotaan. Sebagian besar responden menyatakan tidak melanjutkan sekolah ke tingkat pendidikan atas dan perkuliahan disebabkan oleh keadaan ekonomi dan kemauan untuk bekerja setelah lulus sekolah tingkat SMP maupun SMA.

5.2.2 Pengetahuan masyarakat terhadap fungsi kawasan

Pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dari keberadaan kawasan Tahura Pancoran Mas masih sangat terbatas. Fungsi dari keberadaan keanekaragaman hayati terutama flora di kawasan Tahura menurut hampir seluruh responden hanya sebagai daerah resapan air (73,3%), peneduh dan penyedia udara segar (16,7%) dan sisanya sebanyak 10% responden menyatakan tidak ada manfaatnya (Gambar 6).

Gambar 6 Fungsi Tahura berdasarkan pengetahuan responden.

Hal ini berbeda dengan fungsi dari Taman Hutan Raya berdasarkan PP No.68 Tahun 1998 yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan

73,30% 10%

16,70% resapan air

tidak ada manfaatnya peneduh dan udara segar

satwa baik spesies asli maupun bukan asli, kegiatan penelitian dan pengembangan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, pariwisata alam dan rekreasi, serta pelestarian budaya.

Keterbatasan pengetahuan mengenai berbagai manfaat jangka panjang kawasan dan sumberdayanya merupakan salah satu hal yang menjadi penyebab kesadaran masyarakat yang rendah terhadap perlindungan kawasan konservasi (Wiratno et al. 2004). Pengetahuan mengenai fungsi kawasan Tahura juga berpengaruh terhadap pendapat responden saat diwawancara mengenai keberadaan Tahura di wilayah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden berpendapat bahwa keberadaan kawasan perlu dipertahankan terlebih lagi jika responden mengetahui manfaat dari keanekaragaman hayati khususnya tumbuhan yang ada didalam kawasan. Sebanyak 99,67% responden menyatakan akan lebih menjaga kelestarian Tahura Pancoran Mas untuk mempertahankan fungsinya sebagai daerah resapan air bagi lingkungan sekitar.

Daerah sekitar Tahura Pancoran Mas termasuk wilayah Depok yang tidak pernah tergenang air hujan atau pun kekurangan air bersih. Bagi masyarakat hal itu dapat terjadi karena masih ada kawasan hutan di daerah tersebut. Manfaat Tahura yang dirasakan langsung oleh masyarakat ini juga dapat digunakan dalam penentuan koleksi tanaman di dalam kawasan. Dahlan (2004) menyebutkan persyaratan tumbuhan untuk konservasi tanah dan air adalah: 1) Daya transpirasinya rendah; 2) Memiliki sistem perakaran yang kuat dan dalam sehingga dapat menahan erosi dan meningkatkan resapan air; 3) Serasah yang dihasilkan banyak dan tidak bersifat allelopati. Spesies tumbuhan yang memenuhi kriteria tersebut sangat memungkinkan untuk dipertimbangkan dalam pemilihan spesies tumbuhan untuk dikoleksi di dalam kawasan agar dapat menunjang keberlanjutan manfaat tersebut.

5.2.3 Pengetahuan dan interaksi masyarakat terhadap keanekaragaman tumbuhan di kawasan Tahura Pancoran Mas

Pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman hayati terutama tumbuhan di dalam kawasan masih rendah. Hal ini dapat terjadi karena meskipun hampir seluruh responden telah tinggal lebih dari 10 tahun di sekitar kawasan namun 50% diantaranya tidak pernah sama sekali memasuki kawasan. Beberapa

alasan responden yang tidak pernah memasuki Tahura diantaranya adalah dikarenakan sebagian besar masyarakat menganggap bahwa memasuki kawasan Tahura adalah perbuatan yang melanggar hukum, adanya satwaliar seperti ular dan biawak, serta mitos-mitos seperti seseorang akan tersasar dan hilang jika memasuki kawasan.

Sebagian besar tumbuhan yang diketahui responden hanya yang terletak di pinggir Tahura karena terlihat oleh warga dari luar kawasan. Sekitar 16,7% dari responden sama sekali tidak mengetahui spesies tumbuhan di dalam kawasan (Gambar 7). Spesies tumbuhan yang diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah aren (Arenga pinnata), rotan (Calamus sp.), mangga (Mangifera indica), cabai (Capsicum annum), rambutan (Nephelium lappaceum), jengkol (Archidendron jiringa), jambu air (Syzigium aqueum), bacang (Mangifera foetida), singkong (Manihot utilissima), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), dan alpukat (Persea Americana). Tumbuhan tersebut diketahui oleh responden karena letak tempat tumbuhnya di pinggir kawasan sehingga mudah dilihat dan sebagian dimanfaatkan. Sedangkan keanekaragaman tumbuhan yang terletak di dalam kawasan jarang diketahui spesiesnya oleh responden.

Gambar 7 Pengetahuan terhadap spesies tumbuhan di Tahura.

Responden yang mengetahui spesies tumbuhan tidak seluruhnya mengetahui manfaat dari tumbuhan tersebut. Terdapat 36,7% dari keseluruhan responden tidak mengetahui kegunaan dari spesies tumbuhan yang mereka ketahui. Hal ini dapat terjadi karena responden tidak pernah memanfaatkan tumbuhan tersebut. Sebanyak 36,7 % dari responden berpendapat pernah

19 11 11 19 5 25 0 10 20 30 Tidak pernah Pernah memanfaatkan Tidak tahu Tahu manfaat Tidak tahu Tahu spesies tumbuhan

Jumlah responden P en g etah u an

memanfaatkan tumbuhan dari dalam Tahura untuk kegunaan pangan dan obat sedangkan sisanya yaitu 63,3% responden tidak pernah memanfaatkan. Masyarakat yang berpendapat pernah memanfaatkan pada umumnya hanya pernah satu kali atau sesekali selama hidupnya memanfaatkan tumbuhan dari kawasan Tahura. Bagian yang diambil masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai pangan dan obat secara keseluruhan hanya bagian daun atau buah.

Interaksi masyarakat sekitar dengan tumbuhan yang terdapat di dalam kawasan Tahura Pancoran Mas masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari jumlah spesies tumbuhan yang pernah dimanfaatkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah spesies tumbuhan berguna yang teridentifikasi melalui analisis vegetasi (Gambar 8). Spesies tumbuhan yang pernah dimanfaatkan masyarakat adalah mangga (Mangifera indica), cabai (Capsicum annum), rambutan (Nephelium lappaceum), jengkol (Archidendron jiringa), bacang (Mangifera foetida), miana (Coleus atropurpureus), bambu (Gigantochloa apus) dan alpukat (Persea Americana)

Gambar 8 Perbandingan jumlah spesies tumbuhan berguna yang teridentifikasi dengan jumlah spesies yang pernah dimanfaatkan masyarakat.

Kamakaula (2004) menyebutkan bahwa semakin intensif suatu masyarakat memanfaatkan hasil dari kawasan hutan sesuai dengan daya dukungnya maka interaksinya semakin tinggi. Interaksi antara masyarakat sekitar Tahura Pancoran Mas dengan tumbuhan yang ada di dalam kawasan tergolong rendah. Masyarakat tidak lagi bergantung pada sumberdaya alam yang ada di hutan dan sekitarnya karena hampir seluruh kebutuhan hidupnya sudah tersedia di pertokoan dan berbagai fasilitas kota yang dapat diakses dengan sangat mudah.

0 20 40 60 80

Jumlah spesies tumbuhan

8

67

Spesies dimanfaatkan masyarakat

5.2.4 Pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan

Tumbuhan pangan seperti jambu air, singkong, cabai, pepaya, dan pisang memang sengaja ditanam oleh warga di pinggir Tahura. Menurut warga, penanaman singkong dan tanaman pangan lainnya dilakukan di lahan yang memang tidak ada pepohonannya dan menurut warga sangat disayangkan jika lahan tersebut tidak dimanfaatkan. Warga juga meletakkan kandang peliharaan ternak dan kolam-kolam untuk memelihara ikan selain berkebun di dalam kawasan (Gambar 9).

Gambar 9 Pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan Tahura: (a) Jalan setapak yang dibuat warga di kebun singkong dalam kawasan, (b) Kandang ternak unggas milik warga, (c) Kolam ikan milik warga.

Hasil dari kebun dan ternak ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari saja bukan untuk dijual. Letak dari kebun, kandang ternak, dan kolam ikan ini tidak jauh dari pagar kawasan atau di sisi pinggir kawasan tepatnya di sebelah utara- barat Tahura. Aktivitas pemanfaatan lahan di dalam kawasan Tahura perlu diperhatikan oleh pihak pengelola terutama untuk mengantisipasi potensi konflik atau permasalahan terkait penggunaan lahan dan status kawasan yang mungkin timbul di masa yang akan datang.

(b) (a)

5.2.5 Harapan masyarakat terhadap pengelolaan Tahura

Harapan masyarakat terhadap pengelolaan Tahura dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya cukup tinggi. Pada umumnya responden berharap adanya pengelolaan yang lebih intensif dari pemerintah Kota Depok agar kondisi di dalam kawasan lebih rapi dan tertata sehingga dapat menambah nilai estetika mengingat letaknya ditengah-tengah perumahan warga.

Masyarakat juga berharap keberadaan Tahura dapat memberikan manfaat lebih bagi kehidupan masyarakat di sekitar. Usulan untuk menjadikan Tahura sebagai arboretum atau taman botani juga diungkapkan oleh beberapa responden. Selain itu, pembuatan jogging track atau jalan setapak di dalam Tahura juga diusulkan oleh masyarakat dengan tujuan untuk lebih mengetahui kondisi di dalam Tahura dan menikmati suasana serta keasrian di dalam kawasan.

5.3 Komposisi vegetasi di Tahura Pancoran Mas

Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa komposisi vegetasi di Tahura Pancoran Mas teridentifikasi 83 spesies yang termasuk kedalam 43 famili. Terdapat 27 spesies pada tingkat pertumbuhan pohon, 23 spesies tingkat pertumbuhan tiang, 12 spesies tingkat pertumbuhan pancang, dan semai. Sedangkan untuk tumbuhan bawah sebanyak 30 spesies dan liana sebanyak 4 spesies.

Tumbuhan bawah yang teridentifikasi di kawasan Tahura sebanyak 30 spesies. Beberapa spesies yang memiliki INP tertinggi diantaranya adalah Dioscorea aculeata (19,43%), Selaginella doederleinii (17,51%), dan Leea indica (17,01%). Lima spesies tumbuhan bawah dengan INP tertinggi selengkapnya pada Tabel 6.

Tabel 6 Rekapitulasi INP tertinggi spesies tumbuhan bawah di Tahura Pancoran Mas

No Habitus Spesies tumbuhan INP (%)

1 Tumbuhan bawah Dioscorea aculeata 19,43

Selaginella doederleinii 17,51

Leea indica 17,01

Ageratum conyzoides 16,36

Jacquemontia panniculata 15,71

Tumbuhan liana didominansi oleh jenis areuy bayur (Spatholobus littoralis) dengan INP sebesar 93,54%. Tumbuhan dengan habitus liana hanya

ditemukan sebanyak 4 spesies di kawasan Tahura Pancoran Mas seperti yang terdapat dalam Tabel 7.

Tabel 7 Rekapitulasi INP tertinggi spesies tumbuhan liana di Tahura Pancoran Mas

No Habitus Spesies tumbuhan INP (%)

1 Liana Spatholobus littoralis 93,54

Calamus sp. 74,27

Agelaea macrophylla 22,32

Fibraurea tinctoria 9,88

Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada tingkat pertumbuhan semai dimiliki oleh spesies Melicope lunu-ankeda (56,58%), selanjutnya huru (Macaranga rhizinoides) dan mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla) memiliki nilai INP masing-masing 17,32%. Nilai INP tertinggi pada tingkat pertumbuhan pancang dimiliki oleh spesies Grewia acuminata (31,52%) dan untuk tingkat tiang didominansi oleh spesies Macaranga rhizinoides (48,86%). Tabel 8 Rekapitulasi INP tertinggi spesies pada tiap tingkat pertumbuhan pohon

di Tahura Pancoran Mas

No Tingkat pertumbuhan Spesies tumbuhan INP (%)

1 Semai Melicope lunu-ankeda 56,58

Spathodea campanulata 34,51

Macaranga rhizinoides 17,32

Swietenia macrophylla 17,32

Grewia acuminata 14,88

2 Pancang Grewia acuminata 31,52

Swietenia macrophylla 26,97

Mallotus phillipinensis 24,85

Durio zibethinus 22,42

Arthocarpus elastica 15,76

3 Tiang Macaranga rhizinoides 48,86

Spathodea campanulta 29,19

Cecropia peltata 23,28

Grewia acuminata 16,55

Hibiscus tiliaceus 14,94

4 Pohon Arthocarpus elastica 56,52

Cecropia peltata 36,49

Melicope lunu-ankeda 22,68

Mallotus philippinensis 20,40

Spathodea campanulata 17,80

Pada tingkat pertumbuhan pohon terdapat spesies Artocarpus elastica (benda), spesies ini sangat mendominansi di kawasan Tahura Pancoran Mas. Spesies lainnya yang mendominansi adalah Cecropia peltata yang disebut sebagai tumbuhan walisongo oleh penduduk setempat sebesar 36,94% dan Melicope lunu- ankeda sebesar 22,68%.

Hampir di tiap tingkat pertumbuhan yang teridentifikasi di kawasan Tahura Pancoran Mas terdapat spesies dari marga Macaranga dan Mallotus. Spesies tersebut diantaranya Macaranga rhizinoides, Macaranga tanarius, dan Mallotus philippinensis. Menurut Slik et al. (2003), spesies dari marga Macaranga lebih banyak terdapat pada habitat yang lebih terganggu dibandingkan dengan spesies dari marga Mallotus.

Spesies dari kedua marga tersebut dapat dijadikan indikator kerusakan/gangguan yang terjadi dalam suatu habitat. Bahkan beberapa spesies seperti Macaranga trichocarpa, Mallotus macrostachyus, Macaranga tanarius, dan Mallotus paniculatus dapat dikelompokkan sebagai pionir yang hidup di habitat dengan gangguan tinggi di hutan dataran rendah Kalimantan Timur. Hal ini disebutkan dalam penelitian Mirmanto (2011) di Pulau Moti, yang menjelaskan bahwa Mallotus philippinensis dan Macaranga tanarius masih dominan terutama pada daerah terbuka. Keberadaan spesies tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi gangguan atau kerusakan di kawasan Tahura Pancoran Mas. Kondisi vegetasi yang cukup terbuka juga dapat menjadi penyebab tumbuhnya spesies pionir seperti Macaranga tanarius dan Mallotus philippinensis.

Selain keberadaan dari spesies pionir tersebut, gangguan habitat juga ditunjukkan melalui tumbuhan merambat dan tumbuhan bawah yang sangat subur. Persaingan antar spesies bisa saja terjadi seperti pada Gambar 10.

Gambar 10 Dominansi tumbuhan merambat: (a) Tumbuhan merambat yang sangat subur dan (b) Pohon yang tertutupi oleh tumbuhan merambat.

Keadaan tersebut cukup mengkhawatirkan terutama bagi pertumbuhan pepohonan di dalam kawasan Tahura Pancoran Mas. Balai Lingkungan Hidup

Kota Depok mengantisipasi hal ini dengan cara menugaskan dua orang warga untuk membersihkan tumbuhan bawah dan tumbuhan merambat di dalam kawasan secara rutin. Namun sepertinya cara tersebut masih kurang efektif, karena pada saat penelitian masih ditemukan beberapa pohon yang sudah dirambati hingga bagian tajuknya tidak terlihat lagi.

5.4 Potensi Tumbuhan Berguna di Tahura Pancoran Mas

Berdasarkan hasil analisis vegetasi di kawasan Tahura Pancoran Mas teridentifikasi 67 spesies dan 39 famili tumbuhan berguna. Jika dilihat dari segi presentase, maka spesies tumbuhan berguna sebanyak 80,7% dari keseluruhan spesies yang ditemukan pada petak contoh seluas 2 ha.

5.4.1 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan famili

Keanekaragaman tumbuhan berguna yang terdapat di kawasan Tahura Pancoran Mas terdiri 67 spesies dari 39 famili. Pada Gambar 11, didapat 9 famili yang memiliki jumlah spesies lebih dari 2 spesies.

Gambar 11 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili.

Famili Araceae dan Fabaceae merupakan famili yang memiliki jumlah spesies tumbuhan berguna terbanyak. Sebagian besar spesies dalam famili Araceae terdapat dalam kelompok kegunaan tumbuhan hias sedangkan famili Fabaceae menyebar di beberapa kelompok kegunaan.

5.4.2 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan habitus

Berdasarkan hasil analisis vegetasi didapat 6 kelompok habitus yaitu pohon, herba, perdu, semak, liana, dan bambu. Kelompok habitus pohon, herba,

0 2 4 6 Araceae Fabaceae Arecaceae Euphorbiaceae Moraceae Anacardiaceae Lauraceae Meliaceae Rubiaceae 6 6 5 5 5 4 3 3 3 Jumlah spesies Fam ili

dan semak merupakan tiga kelompok habitus yang memiliki persen habitus tertinggi yaitu masing-masing 51,8%, 20,5%, dan 12,0% (Gambar 12). Persen habitus menunjukkan kelompok habitus yang paling dominan di suatu habitat.

Gambar 12 Persen habitus tumbuhan berguna.

Jumlah spesies dengan habitus pohon mendominansi, ditemukan 43 spesies pohon dalam analisis vegetasi di Tahura pancoran Mas. Kelompok habitus herba 17 spesies, semak 10 spesies, perdu 8 spesies, liana 4 spesies dan bambu 1 spesies.

5.4.3 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan kelompok kegunaan

Spesies tumbuhan berguna hasil analisis vegetasi dikelompokkan kedalam 10 kelompok kegunaan yakni tumbuhan obat, hias, penghasil pangan, penghasil pakan ternak, pewarna alami, penghasil bahan bangunan, anyaman, kerajinan dan tali, penghasil kayu bakar, penghasil pestisida nabati, dan kegunaan lainnya. Jumlah total spesies tumbuhan berguna yang ditemukan sebanyak 67 spesies dari 39 famili (Tabel 9).

Tabel 9 Jumlah spesies dan famili masing-masing kelompok kegunaan tumbuhan No Kelompok kegunaan tumbuhan Jumlah Persentase(%)

Spesies Famili 1 Obat 43 33 51,8 2 Hias 9 7 10,8 3 Pangan 23 17 27,7 4 Pakan ternak 3 1 3,6 5 Pewarna alami 7 7 8,4 6 Bahan bangunan 14 9 16,8

7 Anyaman, kerajinan tangan dan tali 4 4 4,8

8 Kayu bakar 7 6 8,4

9 Pestisida nabati 1 1 1,2

10 Lainnya 5 5 6,0

Persen tumbuhan berguna menunjukkan dominansi kelompok tumbuhan berguna tertentu dalam suatu habitat. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa

0 20 40 60

Pohon Herba Semak Perdu Liana Bambu 51,8 20,5 12,0 9,6 4,8 1,2 P er sen h ab itu s (%) Habitus

kelompok kegunaan tumbuhan obat memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 43 spesies tumbuhan dari 33 famili atau sebanyak 51,8%, sedangkan dalam kelompok kegunaan penghasil pestisida nabati hanya ditemukan 1 spesies tumbuhan dengan persentase sebesar 1,2% dari seluruh spesies tumbuhan yang ditemukan.

5.4.3.1 Tumbuhan obat

Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung oleh keanekaragaman hayati yang terhimpun dalam berbagai tipe ekosistem. Salah satu aktivitas tersebut adalah penggunaan tumbuhan sebagai bahan baku obat (Rahayu et al. 2006). Pemanfaatan secara luas tumbuhan sebagai bahan baku obat mendorong berbagai penelitian mengenai zat yang terkandung di dalam tanaman, khasiat serta cara dan dosis penggunaannya. Di Indonesia, pengobatan dengan menggunakan tumbuhan alami sebagai bahan utamanya sedang berkembang pesat sebagai alternatif dari pengobatan secara medis.

Kelompok kegunaan tumbuhan obat yang teridentifikasi di Tahura Pancoran Mas memiliki jumlah spesies yang paling banyak. Hal ini dapat terjadi dikarenakan sudah banyak dan luasnya penelitian mengenai tumbuhan obat. Selain itu, potensi tumbuhan obat di berbagai wilayah di Indonesia sudah banyak digali dan didokumentasi melalui inventarisasi tumbuhan maupun penelitian etnobotani sehingga memudahkan dalam proses identifikasi dibandingkan dengan kelompok kegunaan lainnya.

Potensi spesies tumbuhan obat yang terdapat di kawasan Tahura Pancoran Mas ditemukan sebanyak 43 spesies dari 33 famili. Habitus tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah berturut-turut dari kelompok habitus pohon, semak dan herba (Gambar 13).

Gambar 13 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus.

Berbagai spesies tumbuhan obat yang ditemukan di Tahura Pancoran Mas pada umumnya berkhasiat sebagai obat pencernaan, luka, demam, dan ginjal. Beberapa spesies yang ditemukan diantaranya adalah areuy gember (Fibraurea tinctoria) dan miana (Coleus atropurpureus) pada Tabel 10 dan Gambar 14. Tabel 10 Beberapa khasiat tumbuhan obat di Tahura Pancoran Mas

No Nama ilmiah Nama lokal Famili Khasiat

1 Alstonia scholaris Pulai Apocynaceae Demam, tekanan darah

tinggi

2 Coleus atropurpureus Miana Lamiaceae Demam, bisul, kencing

manis, keputihan

3 Fibraurea tinctoria Areuy gember Menispermaceae Sakit kuning

4 Hibiscus tiliaceus Waru lengis Malvaceae Diare, batuk, sakit

tenggorokan, TBC

5 Persea americana Alpukat Lauraceae Batu ginjal, rematik

Sumber: Zuhud et al. (2003) dan Rudjiman et al. (2003)

Areuy gember memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit kuning dan penyakit dalam, sedangkan miana dikenal luas oleh masyarakat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit demam, bisul, keputihan, dan sebagainya. Khasiat dari berbagai spesies di dalam kawasan Tahura Pancoran Mas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 14 Beberapa spesies tumbuhan obat: (a) Akar areuy gember (Fibraurea tinctoria), dan (b) daun miana (Coleus atropurpureus).

0 5 10 15 20

Pohon Semak Herba Perdu Liana Bambu 17 9 7 6 3 1 Ju m lah Habitus (a) (b)

Hingga saat ini pengetahuan masyarakat mengenai spesies tumbuhan obat dan pemanfaatannya di kawasan Tahura masih sangat minim. Adanya potensi tumbuhan obat yang cukup besar di Tahura Pancoran Mas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya baik untuk pengobatan, sumber bibit, maupun ilmu

Dokumen terkait