FMEM Pack kebanyakan termasuk SEEPROM. Isi dari SEEPROM dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
• Remote inventory data • Additional data
Informasi yang disimpan dapat dibaca dari pengontrol eksternal menggunakan I2C bus (one bidirectional data path and one clock) ke backplane. Informasi ini dapat dibaca dan ditulis melalui antarmuka I2C untuk manufaktur/pabrikan.
35 Gambar 33. FMEM memory pack
Physical interface
Berikut merupakan tampilan faceplate FMEM.
Gambar 34. faceplate FMEM 20. Dust filter– Slot 12
Alcatel-Lucent 1850 TSS-5R memberikan filter debu pada slot 12 untuk Vacuum debu.
Gambar 35. Dust filter 3.3.2.2 Langkah Konfigurasi
Untuk membuat sebuah koneksi point-to-point pada perangkat TSS-5R 01 ke perangkat TSS-5R 02, maka langkah utama yaitu membuat MPLS pada kedua perangkat, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
36 Gambar 36. Sample Jaringan MPLS
1. Mengoneksikan laptop/PC ke perangkat COREA pada port yang bertuliskan MGMT dengan menggunakan kabel UTP straight.
2. Pada cmd, membuat routing dari TSS5R01 ke TSS5R02, kemudian melakukan tes ping.
Gambar 37. Penambahan route dan pengujian koneksi 3. Membuka web browser untuk masuk ke jendela konfigurasi.
IP default 10.10.10.32 User : ALUTSS Pass : Alu_1234
37 Gambar 38. Jendela konfigurasi TSS-5C
4. Memilih pengaturan Tunneling Management pada menu TMPLS.
Gambar 39. Tampilan tab tunnel management 5. Memilih menu Create Head/Tail Tunnel (untuk p2p).
Node A (TSS5R01) (TSS5R01 TO TSS5R02)
Memilih MPLS (Port MPLS yang terhubung antara TSS5R01 dan TSS5R02 / 1-1-2-7).
1-1-2-7 maksudnya adalah port tersebut terletak pada rack 1,
38 Mengisi nilai untuk “In label” dan “Out Label” Tunnel.
Misal : In Label : “54”dan Out label : “55”
Nilai “In Label” dan “Out label” pada NE A harus sama dengan NE B, dan Nilai yang sudah dibuat tidak dapat dipakai
lagi untuk membuat Tunnel yang baru pada NE yang sama.
Gambar 40. Konfigurasi label dan port MPLS Menyimpan.
Memasukan bandwidth tunnel sesuai Channeling Plan (Misal 100M).
CIR (Kb/s) : 50000 CBS (byte) : 128000 PIR (Kb/s) : 50000 PBS (byte) : 128000
Mengaktifkan tunnel / ubah admin status menjadi “on”.
39 Menyimpan.
Hasil Step ini adalah TUSEG-1-1-9
Tunnel Segment (TUSEG) akan bertambah sesuai jumlah Tunnel yang di-create TUSEG –X-X-X.
Gambar 42. Tampilan informasi daftar tunnel (tunnel dengan font berwarna merah merupakan tunnel yang telah
baru saja dibuat)
Node B (TSS5R02) (TSS5R02 TO TSS5R01)
Memilih MPLS (Port MPLS yang terhubung antara TSS5R01 dan TSS5R02 / 1-1-5-1).
Mengisi nilai untuk “In label” dan “Out Label” Tunnel.
Misal : In Label : “55”dan Out label : “54”
Nilai “In Label” dan “Out label” pada NE A harus sama dengan NE B, dan Nilai yang sudah dibuat tidak dapat dipakai
lagi untuk membuat Tunnel yang baru pada NE yang sama.
Nilai in label pada perangkat node B merupakan nilai out label
pada perangkat node A, begitu pula sebaliknya.
Menyimpan.
Memasukan bandwidth tunnel sesuai Channeling Plan (Misal 100M).
CIR (Kb/s) : 50000 CBS (byte) : 128000 PIR (Kb/s) : 50000 PBS (byte) : 128000
Nilai-nilai traffic descriptor pada kedua node sama.
40 Menyimpan.
Hasil Step ini adalah TUSEG-1-1-1
Tunnel Segment (TUSEG) akan bertambah sesuai jumlah Tunnel yang di Create TUSEG –X-X-X.
6. Membuat Pseudowire
Node A (TSS5R01) (TSS5R01 TO TSS5R02)
Memilih menu TMPLS->Pseudowire Management. Memilih menu Create Head/Tail Pseudowire.
Gambar 43. Tampilan konfigurasi pseudowire
Memilih TUSEG dengan mengklik select TUSEG (Hasil dari create Tunnel di atas : TUSEG-1-1-9)
Gambar 44. Pilihan tunnel segment
Mengisi nilai untuk “in label” dan “out label” Pseudowire.
41
Nilai “In Label” dan “Out label” pada NE A harus sama dengan NE B, dan Nilai yang sudah dibuat tidak dapat dipakai lagi untuk mmembuat Pseudowire yang baru pada NE yang sama.
Gambar 45. Konfigurasi Label Menyimpan.
Memasukan bandwidth pseudowire sesuai channeling plan(misal 10m).
CIR (Kb/s) : 10000 CBS (byte) : 12800 PIR (Kb/s) : 10000 PBS (byte) : 12800
Mengaktifkan pseudowire / ubah admin status menjadi “on”.
Gambar 46. Konfigurasi CIR, PIR, CBS, dan PBS Menyimpan.
Hasil Step ini adalah PW-1-1-2
Pseudowire Segment (PW) akan bertambah sesuai jumlah Tunnel yang di Create PW –X-X-X.
42
Create Transit Pseudo wire (Untuk Pseudowire Passtrought).
Bandwidth Pseudowire < Bandwidth Tunnel, Di dalam satu Tunnel dapat di buat beberapa Pseudowire dengan catatan Bandwidth Total Pseudowire tidak melebihi Bandwidth Tunnel.
Gambar 47. Semua informasi pseudowire yang tersedia (baris kedua merupaka PW yang telah baru saja di-create)
Node B (TSS5R02) (TSS5R02 TO TSS5R01)
Memilih menu TMPLS->Pseudowire Management. Memilih menu Create Head/Tail Pseudowire.
Memilih TUSEG (Hasil dari create Tunnel di atas :
TUSEG-1-1-9)
Mengisi nilai untuk “in label” dan “out label” Pseudowire.
Misal : In Label : “110”dan Out label : “100”
Nilai “In Label” dan “Out label” pada NE A harus sama dengan NE B, dan Nilai yang sudah dibuat tidak dapat dipakai lagi untuk mmembuat Pseudowire yang baru pada NE yang sama.
Nilai in label pada perangkat node B merupakan nilai out label
pada perangkat node A, begitu pula sebaliknya.
Menyimpan.
Memasukan bandwidth pseudowire sesuai channeling plan(misal 10m).
CIR (Kb/s) : 10000 CBS (byte) : 12800 PIR (Kb/s) : 10000 PBS (byte) : 12800
Mengaktifkan pseudowire / ubah admin status menjadi “on”. Menyimpan.
43
Hasil Step ini adalah PW-1-1-2
Pseudowire Segment (PW) akan bertambah sesuai jumlah Tunnel yang di Create PW –X-X-X.
Create Transit Pseudowire (Untuk Pseudowire Passtrought).
Bandwidth Pseudowire < Bandwidth Tunnel, Di dalam satu Tunnel dapat di buat beberapa Pseudowire dengan catatan Bandwidth Total Pseudowire tidak melebihi Bandwidth Tunnel.
7. Membuat Traffic Descriptor
Node A (TSS5R01) dan Node B (TSS5R02)
Memilih menu Data->Traffic Descriptor.
Gambar 48. Menu traffic descriptor Memilih Create.
Mengisi User Label : GU_10M_pkl. (Hanya untuk Description).
(Digunakan untuk XC Ingress “UNI-NNI”).
Mengisi nilai CIR dan PBS (nilai harus sama dengan Bandwidth Pseudowire yang akan digunakan).
CIR (Kb/s) : 10000 dan PBS (byte) : 12800 (Misal Bandwith 10M)
44 Gambar 49. Konfigurasi PW dengan bandwidth 10 Mb Menyimpan lalu continue.
Mengisi User label “NULL”.
(Digunakan untuk XC Engress “NNI-UNI”)
Mengisi Nilai CIR dan PBS dengan nilai “0”.
CIR (Kb/s) : 0 PBS (byte) : 0
Gambar 50. Konfigurasi PW dengan null mode Menyimpan lalu Keluar.
Gambar 51. Informasi PW yang telah dibuat (yang berlabel ‘GU_10Mb_pkl’ dan ‘null_pkl’) 8. Menentukan Port yang akan dijadikan sebagai Port Access (UNI).
Mengaktifkan Port / Ubah Admin Status menjadi “ON” .
Node A (TSS5R01) : Port 1-1-2-2 Node B (TSS5R02) : Port 1-1-5-3
45 9. Membuat XC (Cross-Connect)
Node A dan node B (langkahnya sama)
Memilih menu TMPLS->ETHERNET SERVICE->EVPL.
EVPL ( Untuk XC Point to Point) EVPLAN (Untuk XC Point)
Gambar 52. Menu EVPL untuk membuat XC Memilih Create.
Memilih Topologi “UNI-NNI”.
(XC Ingress)
Memilih Transport Link (PW) dengan mengklik select baris PW pada gambar berikut:
Gambar 53. Konfigurasi port yang akan digunakan untuk XC
Maka akan muncul pilihan PW seperti gambar di bawah.
(Hasil dari step langkah no.5 / PW-1-1-2)
46 Menentukan Ingress, dengan memilih port akses yang telah ditentukan untuk client. Mengklik Select seperti gambar berikut.
(Port Access yang dipilih sesuai langkah no.7 / 1-1-2-2)
Maka tampilan gambar muncul seperti berikut, memilih r1sr1sl2/ETHLocPort#2#1 yang berarti rack 1, sub-rack 1, slot 2, port 2.1.
Gambar 55. Pilihan port akses yang akan digunakan untuk XC
Memilih Traffic Descriptor (Hasil dari langkah no.6 /
GU_10M_pkl) ; memilih VLAN Pop “Disable”; menyimpan
dan Continue.
Gambar 56. Konfigurasi Traffic descriptor
Memilih Topologi “NNI-UNI” ; memilih Transport Link ; memilih Engress; dan memilih Traffic Descriptor (sama dengan pada saat konfigurasi topologi UNI-NNI)
Menyimpan dan keluar. Maka muncul tampilan seperti berikut, yang mengindikasikan bahwa port akses dari node A telah siap digunakan.
47 Gambar 57. Informasi daftar XC yang telah di-create
10. Melakukan pengujian koneksi (ping)
48
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan laporan yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa :
1. Meski perangkat yang digunakan dalam suatu proyek tergolong baru, namun tidak semua dari perangkat tersebut dapat bekerja sebagaimana mestinya.
2. Memperhatikan demikian beragamnya teknologi dan fitur yang dapat diimplementasikan melalui GMPLS dengan kelebihan dan kekurangannya maka sangat perlu bagi operator untuk menentukan kebutuhannya, terutama dalam hal kapasitas dan layanan yang akan di-deliver dan kebutuhan akan provisioning dan variasi kualitas layanan yang akan diberikan kepada pelanggan.
3. Masalah interoperability dengan jaringan eksisting merupakan satu hal lain yang perlu menjadi perhatian dalam pemilihan teknologi GMPLS. 4. Memberikan informasi dan pengetahuan di bidang transmisi yang
belum pernah didapat di kampus.