• Tidak ada hasil yang ditemukan

P. Produk Pengetahuan Produksi Nasional

VI. FOKUS KERJA 2015

Tahun 2015 menjaid momentum bagi PEKKA untuk memastikan Serikat Pekka menjadi organisasi gerakan mandiri, otonom dan kuat sebagai garda terdepan pengentasan kemiskinan unutk keadilan dan kedaulatan. Fokus kerja masih pada tujuh kegiatan strategis yaitu

1. Pengorganisasian dan Penguatan Serikat Pekka dan organisasi perempuan di akar rumput. Perluasan organisasi dan wilayah kerja menjadi prioritas kegiatan strategis ini.

2. Pengembangan dan Penguatan Kader & Pemimpin Perempuan. Mempersiapkan kader untuk berperan aktif dalam pembangunan desa menjadi fokus dengan target melatih 1000 paralegal dan 1000 kader pengorganisasian di basis.

3. Pengembangan Sistem Pengelolaan Data dan Informasi Berbasis Komunitas. Persiapan Desa menerapkan UU Desa dengan memperkuat keterlibatan Pekka dalam pengembangan sistem data akan menjadi fokus utama.

4. Pengembangan Forum Pemangku Kepentingan dan Jaringan Kerjasama. Ada dua forum pemangku kepentingan yang akan dikembangkan pada tahun ini yaitu forum pemangku kepentingan keadilan untuk memastikan akses identitas hukum dan forum SKPD perlindungan sosial.

5. Advokasi Berbasis Data. Menggunakan data yang sudah dikumpulkan dari lapangan oleh komunitas Pekka selama ini, akan dilakukan dialog dan komunikasi intensif dengan pemerintah lokal khususnya di tingkat Desa dan Kabupaten agar program pembangunan yang berjalan berbasis bukti data.

6. Pengembangan Inisiatif Pilot Tematik Berbasis Komunitas. Tahun 2015 akan dikembangkan pilot pembangunan kawasan di beberapa wilayah PEKKA dengan fokus pada sumberdaya penghidupan khususnya pangan dan energi.

7. Pengembangan Media Komunitas. Ditargetkan tahun 2015 akan dibuat film tentang gerakan Pekka yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan gerakan sosial perempuan miskin.

8. Selain ketujuh hal di atas, tahun 2015 juga akan dilakukan langkah transformasi organisasi Seknas PEKKA menjadi organisasi pendukung gerakan Pekka. Tim pembaharuan organisasi akan bekerja selama tahun 2015 agar organisasi Pendamping dapat ditransformasikan pada tahun 2016 yang akan datang.

o ran A k h ir 2014 MENGENAL PEKKA Apa Itu PEKKA?

PEKKA adalah sebuah inisiatif pemberdayaan perempuan kepala keluarga, yang mulai digagas pada akhir tahun 2000 dari rencana awal KOMNAS PEREMPUAN yang ingin mendokumentasikan kehidupan janda di wilayah konflik dan keinginan Bank Dunia melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merespons permintaan janda korban konflik di Aceh untuk memperoleh akses sumberdaya agar dapat mengatasi persoalan ekonomi dan trauma mereka. Semula upaya ini diberi na a Wido s Proje t ya g sepenuhnya didukung dana hibah dari Japan Social Development Fund (JSDF) melalui Trust Fund Bank Dunia. KOMNAS PEREMPUAN kemudian bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW), membentuk Sekretaris Nasional (Seknas) PEKKA untuk mengembangkan gagasan awal ini. Wido s Proje t di tra sfor asi menjadi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) oleh Nani Zulminarni yang kemudian menjadi Koordinator Nasional (Kornas) nya. Transformasi ini diharapkan membuat PEKKA menjadi lebih provokatif dan ideologis, yaitu dengan menempatkan janda lebih pada kedudukan, peran, dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Selain itu, upaya ini diharapkan mampu pula membuat perubahan sosial dengan mengangkat martabat janda dalam masyarakat yang selama ini terlanjur mempunyai

Stereotype negatif. Judul Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau

disingkat Program PEKKA kemudian ditetapkan dan disepakati untuk menamai inisiatif baru ini. Selanjutnya kata Pekka juga dipergunakan untuk menyebut secara singkat istilah Perempuan Kepala Keluarga (Pekka).

Mengapa Perempuan Kepala Keluarga (Pekka)?

Data Susenas 2011 yang dikeluarkan BPS menunjukkan 14,3% rumah tangga dikepalai perempuan. Data BPS juga menunjukkan bahwa sejak tahun 1985 terlihat konsistensi kenaikan rumah tangga yang dikepalai perempuan rata-rata 0.1% setiap tahunnya. Survei Sistem Pemantauan Kesejahteraan Berbasis Komunitas (SPKBK) yang dilaksanakan Sekretariat Nasional PEKKA di 111 desa, 17 propinsi wilayah kerja PEKKA menunjukkan bahwa dalam setiap empat keluarga, terdapat satu keluarga dikepalai oleh perempuan. Perempuan menjadi kepala keluarga karena berbagai sebab termasuk suami meninggal dunia, bercerai, ditinggal, tidak atau belum menikah, suami berpoligami, suami

merantau, suami sakit permanen dan suami yang tidak bekerja.

Sementara itu, Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 menegaskan bahwa kepala keluarga adalah suami atau laki-laki, dan hal ini tercermin dalam seluruh sistem sosial, ekonomi dan politik yang berlaku. Sebagai akibatnya perempuan tidak diakui sebagai kepala keluarga dan mendapatkan diskriminasi dalam kehidupan sosial politiknya. Survey SPKBK PEKKA juga menunjukkan hampir separuh (49 %) keluarga di kesejahteraan terendah adalah keluarga yang dikepalai perempuan. Perempuan yang menjadi kepala

o ran A k h ir 2014

keluarga berusia antara 18 – 65 tahun dengan tanggungan antara 1-6 orang anggota keluarga. Mereka bekerja di sektor informal termasuk buruh tani, pedagang dan

pengrajin dengan pendapatan rata-rata per hari Rp.10,000. Perempuan kepala keluarga berpendidikan formal rendah yaitu lebih dari separuh (57 %) buta huruf . Paling tidak 78% Pekka yang bercerai pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan hanya 41% dari mereka yang mencatatkan pernikahannya.

Mengakui keberadaan, memenuhi hak, dan memosisikan perempuan kepala keluarga setara dengan lainnya, dapat mengangkat martabat dan mengatasi kerentanan keluarga menghadapi tantangan kehidupan ekonomi, politik dan sosial yang semakin berat.

Siapa Perempuan Kepala Keluarga (Pekka)?

Kepala Keluarga adalah Pe ari afkah dala keluarga atau seseora g ya g dia ggap se agai kepala keluarga (Bada Pusat “tatistik-BPS).

Definisi Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) menurut Seknas PEKKA adalah perempuan yang melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pencari nafkah, pengelola rumah tangga, penjaga keberlangsungan kehidupan diri keluarga dan pengambil keputusan dalam

keluarganya.

Hal ini mengantarkan Seknas PEKKA pada komunitas dampingan yang mencakup:  Perempuan yang ditinggal/dicerai hidup oleh suaminya

 Perempuan yang suaminya meninggal dunia  Perempuan yang membujang atau tidak menikah

 Perempuan bersuami, tetapi oleh karena suatu hal, suaminya tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga

 Perempuan bersuami, tetapi tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin karena suaminya bepergian lebih dari satu tahun.

Apa Tujuan Pemberdayaan yang Dilakukan Seknas PEKKA?

Seknas PEKKA mempunyai visi untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender, dan bermartabat.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Seknas PEKKA mengemban misi untuk:  Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan Pekka

 Membuka akses Pekka terhadap berbagai sumberdaya penghidupan

 Membangun kesadaran kritis Pekka baik terhadap kesetaraan peran, posisi, dan status mereka, maupun terhadap kehidupan sosial politiknya.

 Meningkatkan partisipasi Pekka dalam berbagai proses kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya

o ran A k h ir 2014

 Meningkatkan kontrol Pekka terhadap proses pengambilan keputusan mulai di tingkat rumah tangga hingga negara.

Seknas PEKKA mengembangkan strategi Empat Pilar Pemberdayaan Pekka.

Dokumen terkait