• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Layanan Urusan Wajib a.Pekerjaan Umum

Dalam dokumen tugas Makalah Studi Kasus SisWil.docx (Halaman 27-40)

2.1. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib a.Pekerjaan Umum

Jalan nasional di NTB sepanjang 632n17 kilometer yang merupakan bagian dari jalur trans nasional Banda Aceh-Atambuan pada tahun 2009 dalam kategori mantap sebesar 72n43 % menjadi 99n69 % pada tahun 2013. Jalan provinsi pada tahun 2009 sebesar 45n40 % menjadi 67n56 % pada tahun 2013. Hal ini terlihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Kondisi Kemantapan Jalan Tahun 2009-2013

Jalan 2009 2010 2011 2012 2013

Nasional 72.43 76.74 85.57 99.66 99n69 Provinsi 45.40 46.32 53n15 66.02 67n56

Demikian pula dengan kondisi prasarana sumberdaya airn tahun 2011 jumlah bendung di Provinsi NTB sebanyak 379 buah dan belum ada penambahan bendunghingga tahun 2013n sebagaimana tabel 3.9.

Tabel 3.9

Kondisi Sarana Prasarana Sumberdaya Air Tahun 2009 – 2013

No Infrastruktur Satuan 2009 2010 2011Tahun 2012 2013

1 Bendung Bh 345 370 379 379 379

2 Bendungan Bh 9 9 9 9 9

3 Embung (Embung Skala Bendungan) Bh 166 (40) 260 248 250 263 4 Embung Rakyat/Embung Peternakan Bh 2n028 2n400 2n279 2n284 2n079 5 Saluran Suplesi/Interkoneksi Km 50.50 35.50 35.50 35.50 50n50 6

Luas Sawah Irigasi Potensial (Fungsional dan DI) Ha 210n73 5 276n801 210n285 (178.471; 354 DI) 210n285 (178.471; 354 DI) 206n787 (335 DI) -Irigasi PU < 1000 Ha Ha 97n528 136n587 97n601 (79.908; 304 DI) 97n601 (79.908; 304 DI) 94n976 (284 DI) - Irigasi PU 1000-3000 Ha Ha 71n461 71n968 69n505 (59.514; 40 DI) 69n505 (59.514; 40 DI) 68n884 (41 DI) - Irigasi PU > 3000 Ha Ha 41n746 68n246 43n179 (39.409; 10 DI) 43n179 (39.409; 10 DI) 42n927 (10 DI) 7 Luas Sawah Irigasi Non

PU Ha 25n281 25n281 100n600 100n600 45n391 8 Luas Tadah Hujan Ha 35n193 Na 58n159 58n159 32n703 9 Jaringan Irigasi Lahan

Kering Ha

3.904n

5 90n000 91n945 92n260 6n394 1

0 Pompa Air Tanah (JIAT) Bh 479

470 (8.000) 502 (10.247) 506 (10n462) 9n769

Sumber: Dinas PU Provinsi NTB

Cakupan layanan air bersih perkotaan maupun perdesaan terus menunjukkan peningkatan mulai tahun 2010 sampai dengan 2013.

Cakupan pelayanan air bersih di Provinsi NTB sudah mencapai 73n91%n yang terdiri atas : perkotaan mencapai 80n23% bila dibandingkan terhadap kondisi tahun 2009sebesar75n56%n cakupan pelayanan air bersih perdesaan baru mencapai 72n15% % dari 75% atau mencapai peningkatan 7n15% dari kondisi tahun 2009 atau 66n23% dari target.

Tabel 3.10

Cakupan Air Bersih Tahun 2009-2013

Air Bersih 2009 2010 2011 2012 2013

Perkotaan 75.56 76.85 78.30 79.35 80n23 Perdesaan 66.23 69.00 70.25 71.42 72n15 Sumber: Dinas PU Provinsi NTB

b. Perumahan

Dari total jumlah rumah sebanyak 1.045.648 unitn jumlah rumah layak huni meningkat dari tahun 2011 sebanyak 734.794 unit menjadi 759.361 unit pada tahun 2012 dengan distribusi per Kabupaten/Kota sebagimana tabel 3.11.

Tabel 3.11

Proporsi Jumlah Lingkungan Layak Huni Menurut Kabupaten/ Kota

Tahun 2013

No Kabupaten Jumlah Pendud

Jumlah

uk Tangga LayakHuni Kumuhgan

(jiwa) (unit) (RT) (Unit) (Ha) Unit)(KK/

1 Lombok Barat 620.412 182.587 172.562 138.897 595 10.025 2 Lombok Tengah 881.686 189.932 262.683 117.728 430 72.751 3 Lombok Timur 1130.365 307.222 331.622 230.006 315 24.400 4 Sumbawa 426.128 72.995 110.772 45.414 472 37.777 5 Dompu 226.218 53.190 54.426 37.290 25 1.236 6 Bima 450.976 96.567 112.677 74.130 24 16.110 7 Sumbawa Barat 121.167 22.487 29.923 18.217 15 7.436 8 Kota Mataram 419.641 52.272 112.626 50.175 25 60.354 9 Kota Bima 148.645 19.858 36.362 17.787 15 16.504 10 Lombok Utara 205.064 54.099 56.779 40.232 260 2.680 Jumlah 4.630.302 1.051.209 1.280.432 769.876 2.176 249.273

Sumber: Dinas PU Provinsi NTB

Sementara itun penduduk yang mendapat akses sanitasi pada tahun 2009 sebesar 47n63% atau sebanyak 2.078.457 jiwa meningkat pada tahun 2013 sebanyak 2.362.737 jiwa atau 51n03%n sebagaiamana tabel 3.12.

Tabel 3.12

Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Tahun 2009-2013 Provinsi Nusa Tenggara Barat

No

. Uraian

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah penduduk yang

mendapatkan akses sanitasi 2.078.4 57 2.145.1 75 2.210.3 49 2.294.9 20 2.362.7 37 2 Jumlah penduduk 4.363.7 4.434.0 4.505.4 4.577.9 4.630.3

No . Uraian Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 3 Persentase penduduk berakses sanitasi (%) 47n63 48n38 49n06 50n13 51n03 4 Jumlah rumah berakses

sanitasi

519.614 536.294 552.587 573.730 661.884 Sumber: Dinas PU Provinsi NTB

c. Penataan Ruang

Provinsi NTB telah memiliki PERDA Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah. Demikian pula halnya dengan 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota se-NTB juga memiliki Perda RTRW Kabupaten/Kotan sebagaimana terlihat pada tabel 3.13.

TabeL 3.13

Perda RTRW Provinsi dan Perda RTRW Kabupaten/Kota se- NTB

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR DAN TAHUN PERDA

Nusa Tenggara Barat NO. 3 TAHUN 2010

Kota Mataram NO. 12 TAHUN 2011

Kota Bima NO. 4 TAHUN 2012

Kabupaten Lombok Barat NO. 11 TAHUN 2011

Kabupaten Lombok Tengah NO. 7 TAHUN 2011

Kabupaten Lombok Timur NO. 2 TAHUN 2012

Kabupaten Lombok Utara NO. 9 TAHUN 2011

Kabupaten Sumbawa NO. 10 TAHUN 2012

Kabupaten Sumbawa Barat NO. 2 TAHUN 2012

Kabupaten Dompu NO. 2 TAHUN 2012

Kabupaten Bima NO. 9 TAHUN 2011

Sumber: Dinas PU Provinsi NTB

d. Perencanaan Pembangunan

Proses Perencanaan Pembangunan Daerah telah dilaksanakan dengan baik dan lancar mulai dari Rapat kerja kepala Bappeda Provinsi dengan kepala Bappeda kabupaten/Kota se NTBn Forum SKPDn Pra Musrenbang Provinsin Musrenbang Provinsin Musrenbang nasional dan Pasca Musrenbang Nasional. Disamping itu berbagai tugas perencanaan lainnya seperti penyusunan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Gubernur Akhir Tahun Anggarann Penyusunan Buku Profl DaerahnBuku NTB Dalam Angkan Buku Data

Pokokn Buku PDRBn Buku Program PDT Tahun 2009n Master Plan pengembangan Industri Kreatif NTBn Strategi Partieipatory Integrated Development in Rainfed Areas (PIDRA) serta penyusunan studi – studi lainnya yang mendukung proses perencanaan dalam rangka perwujudan sasaran dan tujuan dari RPJMD tahun 2009 – 2013.

Telah diselenggarakan pula berbagai kegiatan strategis yang dihajatkan dalam rangka percepatan pembangunan daerah di segala bidangn antara lain :

a. Mengembangkan kerjasama dengan Utrech University Belanda dalam bidang Good Governance dalam bentuk pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas sumberdaya perencana daerah yang dilakukan di dalam negeri maupun Negara Belanda.

b. Pembentukkan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)yang diketuai oleh Wakil Gubernur ditingkat Provinsi dan Para Wakil Bupati/Wakil Walikota di Tingkat kabupaten/Kota. Pada tahun 2012 angka kemiskinan NTB menjadi sebesar 18n02%n jumlah ini menurun dari kondisi tahun 2008 sebesar 23n81%. Pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi NTB mendapatkan penghargaan nasional terkait dengan keberhasilan menurunkan angka kemiskinan lebih dari 1%.

c. Sesuai amanat Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan pembangunan Nasional dan Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang program pembangunan berkeadilan telah ditetapkan Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millenium Development Goals (RAD-MDGs) Provinsi NTB Tahun 2011–2015.

d. Pada tahun 2011 Pemerintah Indonesia melalui Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat telah bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB Loan 1964-IND Package C.2.46) Sustainable Capacity Building for Decentralization Project/SCBDP yang bertujuan untuk melakukan penguatan kelembagaan kapasitas

dan sistim yang terdiri dari: 1) Pembuatan Regulasin 2) Sistim informasin melalui aplikasi SIPPD (Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah) n KUA-PPASn GISn Simpeg dan Simonev. 3) Peningkatan Kapasitas Aparatur melalui Diklat. Salah satu program yang diharapkan utuk mengoptimalkan perencanaan pembangunan daerah adalah melalui sistem informasi berbasis internet/Sistim Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPPD) dengan sasaran mengkoordinasikan perencanaan SKPD dalam rangka menyelaraskan program/kegiatan di Kabupaten/Kota dengan Provinsi.

e. Implementasi Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Provinsi NTB.

f. Penetapan Lombok (Rinjani) sebagai Aspiring Geopark secara Nasional oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

e. Pengembangan Sektor Pariwisata dan Industri

Pembangunan pariwisata dan industri harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga memberikan manfaat langsung untuk kesejahteraan masyarakat karena sektor pariwisata dan industri merupakan salah satu komponen dalam pembangunan ekonomi. Arah kebijakan dalam pengembangan sektor pariwisata meliputi: pemasaran pariwisata nasional dengan mendatangkan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara; pembangunan destinasi pariwisata dengan meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam dan luar negeri; pembangunan industri pariwisata dengan meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk dan jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata yang menjadi fokus pemasaran; dan pembangunan kelembagaan pariwisata

dengan membangun sumberdaya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional. Arah kebijakan dalam pengembangan sektor industri meliputi pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawan penumbuhan populasi industrin serta peningkatan daya saing dan produktivitas. Pesona keindahan alam serta keunikan budaya yang dimiliki Nusa Tenggara Barat memiliki potensi pariwisata yang diminati oleh wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pengembangan infrastruktur dan fasilitas pariwisata di NTB mengalami peningkatan secara bertahap seiring dengan dilakukannya berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata baik berskala nasional maupun internasional. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di NTB juga meningkat setiap tahunnyan Hal ini juga terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel dan akomodasi lainnya di Provinsi NTB dibandingkan Indonesia secara keseluruhan Tahun 2010-2014 (Gambar 3.3). Rata-rata jumlah tamu asing dan domestik pada hotel dan akomodasi lain di NTB sebesar 1n2 juta orang pengunjung selama tahun 2010-2014. Apabila dibandingkan dalam kurun waktu lima tahun (tahun 2010-2014)n jumlah wisatawan di NTB mengalami peningkatan sampai 200 persen.

Gambar 3.3

Sumber: BPSn 2014

Beroperasinya Bandara Internasional Lombok (BIL) yang lebih besar dan frekuensi penerbangannya yang lebih tinggi akan memudahkan akses ke Lombok dan juga Sumbawa. Hal tersebut memberikan peluang dalam memajukan kepariwisataan di NTB. Optimisme para pelaku industri pariwisata semakin tinggin karena adanya penerbangan langsung dari Negara Malaysia ke Lombok oleh salah satu perusahaan penerbangan pada akhir tahun 2012. Demikian juga rencana penambahan frekuensi penerbangan dari Singapura langsung ke Lombok akan semakin menambah berkembangnya kepariwisataan di NTB. Dalam hal ini diperlukan pengembangan ekonomi kreatif untuk meningkatkan daya tarik wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di NTB. Untuk sektor industrin pembangunan sektor industri bukan hanya mambangun pabrik dan memasarkan hasil produksinya namun membangun sistem untuk berkembang secara mandiri pada struktur ekonomi masyarakat setempat. Salah satu tantangan yang dihadapi industri nasional saat ini adalah daya saing yang rendah di pasar internasional. Faktor yang menyebabkan rendahnya daya saing tersebut antara lain adanya peningkatan biaya energin tingginya biaya ekonomin serta belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan lain

(industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri kecil dan menengah)n adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di dalam negerin keterbatasan industri berteknologi tinggin kesenjangan kemampuan ekonomi antardaerahn serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditas tertentu. Peran sektor industri pada pembentukan PDRB NTB mecukup tinggi walaupun masih berada jauh di bawah peran sektor pertanian. Dengan berkembanganya sektor industrin aktivitas di sektor- sektor lain akan turut meningkat. Karena sektor industri membutukan pasokan bahan baku baik dari sektor pertanian maupun dari sektor lainnyan termasuk hasil dari sektor industri itu sendiri. Naik turunnya sektor industri akan mempengaruhi sektor lainnya. Industri yang berkembang di NTB sebagian besar pengolahan makanan. Pada tahun 2014 jumlah perusahaan industri besar dan sedang yang aktif di Nusa Tenggara Barat tercatat sebanyak 137 unitn naik 9n76 % dari tahun 2013 yang berjumlah 123 unit perusahaan/usaha. Kenaikan jumlah perusahaan industri ini disebabkan karena ada 14 unit industri pengolahan tembakau yang kembali aktif berproduksi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Potensi sumberdaya alam NTB yang besar dalam perekonomian harus berimbas pada kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha mandirin seperti keberadaan industri rakyat. Upaya peningkatan ekonomi masyarakat harus dilakukan dalam berbagai programn diantaranya pembangunan Industri Mikro dan Kecil (IMK). IMK mempunyai peran yang sangat vital dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan jumlah investasi yang relatif keciln maka usaha IMK dapat lebih feksibel dan beradaptasi terhadap perubahan pasar. IMK tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternaln karena dapat tanggap menangkap peluang untuk subtitusi impor dan meningkatkan (supply) persediaan domestik. Pengembangan IMK dapat memberikan kontribusi pada diversifkasi industri dan percepatan perubahan

struktur sebagai pra kondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Seluruh kabupaten dan kota di NTB memiliki usaha industri dalam perekonomiannya. Terdapat lebih dari 1000 perusahaan di NTB yang mengusahakan industri baik formal maupun non formal (Gambar 3.4). Jumlah perusahaan terbanyak yang mengusahakan industri terdapat di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 716 perusahaann begitu pula dengan penyerapan tenaga kerja terbesar sebanyak orang.

Gambar 3.4

Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Formal dan Non Formal NTB Tahun 2013

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTBn 2013 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui usaha kecil dan mikron antara lain kualitas SDM bidang udaha kecil dan mikro yang masih rendahn tingkat kesejahteran masyarakat lokal yang rendahn modal usaha yang belum tersedian kurangnya kebijakan pemerintah terhadap pengembangan UKMn serta strategi pemasaran terhadap jenis usaha belum tersedia. Peran pemerintah terhadap industri kecil dan mikro adalah bagaimana menumbuhkan iklim usaha dengan menerapkan peraturan perundangan dan

usahan kemitraann perizinan usahan kesempatan berusahan promosi dagangn serta dukungan kelembagaan.

f. Pusat Pertumbuhan Wilayah

Pusat pertumbuhan wilayah banyak ditentukan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Peningkatan infrastruktur dan ketersediaan sarana mampu mendukung percepatan pembangunan. Ketersediaan infrastruktur yang lengkap di suatu wilayah juga bisa digunakan sebagai dasar dalam penetapan pusat pertumbuhann karena hierarki suatu kota yang besar akan mempercepat wilayah lain untuk berkembang. Hierarki kota dapat menentukan jenjang pelayanan terkait dengan pusat pelayanan di kota.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Isu Strategis kebutuhan Infrastruktur dan Pengembangan

Dalam dokumen tugas Makalah Studi Kasus SisWil.docx (Halaman 27-40)

Dokumen terkait