• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

E. Tata Cara Penelitian

2. Formula

dengan zat aktif asam mefenamat yang berfungsi sebagai analgesik antiinflamasi pada penggunaan topikal dengan menggunakan carbopol 940 sebagai agen pembentuk gel. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa emulgel merupakan sistem penghantaran obat yang baik pada zat aktif yang bersifat hidrofobik.

Penelitian berjudul Development and Optimization of Novel Diclofenac Emulgel for Topical Drug Delivery (Bhanu et al. 2011) yang dilakukan adalah membuat emulgel dengan zat aktif diklofenak tanpa isopropil alkohol karena isopropil alkohol dapat menimbulkan iritasi pada kulit.

5

Pada penelitian Mohamed (2004) berjudul Optimization of Chlorphenesin Emulgel Formulation, yang dilakukan adalah membandingkan dua formula emulgel dengan menggunakan gelling agent yang berbeda, yaitu hydroxypropylmethyl cellulose (HPMC) and Carbopol 934 terkait dengan masalah reologi dan pelepasan zat aktif menggunakan aplikasi desain faktorial.

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis penelitian tentang Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam Emulgel Minyak Cengkeh sebagai Penyembuh Jerawat dengan Aplikasi Desain Faktorial belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai efek penambahan carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant terhadap sifat fisik dan stabilitas emulgel minyak cengkeh dan aplikasi desain faktorial dalam analisis pengaruh tersebut.

b. Manfaat metodologis

Manfaat metodologis dalam penelitian ini adalah untuk menambah informasi dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan desain faktorial dan pengujian statistika dalam mengamati efek penambahan carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant terhadap sifat fisik dan stabilitas emulgel minyak cengkeh.

c. Manfaat praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan formula optimal emulgel minyak cengkeh dengan sifat-sifat fisik yang diharapkan yang dapat diterima oleh masyarakat.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah membuat sediaan emulgel dengan zat aktif berupa minyak cengkeh (Oleum caryophilli) yang memenuhi kriteria sifat fisik yang ditentukan.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui faktor paling dominan antara carbopol 940, gliserin dan interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas emulgel minyak cengkeh.

b. Mengetahui area komposisi optimum carbopol 940 dengan gliserin yang diprediksikan sebagai formula optimum emulgel minyak cengkeh yang memiliki kriteria sifat fisik yang telah ditentukan.

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Jerawat (Acne)

Jerawat disebut juga akne, acne, atau acne vulgaris. Jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar sebasea. Penyakit ini dapat bersifat minor dengan hanya komedo atau peradangan dengan kista. Jerawar biasanya disebabkan oleh tingginya sekresi sebum. Hal-hal yang dapat mempengaruhi produksi sebum adalah hormon androgen, kosmetik, obat-obatan dan faktor mekanik. Biasanya jerawat disertai dengan sakit dan nyeri serta menjadi tidak sedap dipandang dan paling sering terdapat di wajah. Gejala klasik dari jerawat adalah hasil dari kelebihan produksi sebum oleh kelenjar sebasea (Price and Wilson, 1985).

Gambar 1. Folikel yang terinfeksi dan timbul jerawat (acne) (Bean, 2009)

Jerawat (acne vulgaris) adalah infeksi kulit yang biasanya diperparah oleh serangan bakteri pada pori-pori tersumbat. Pori-pori menjadi tersumbat ketika minyak yang diproduksi di dalamnya membeku atau dikombinasikan dengan sel-sel kulit mati-, debu, kotoran, dan kontaminan baik lainnya. Setelah pori-pori tersumbat, maka bakteri di udara memiliki kesempatan untuk bekerja, kemudian akan menghasilkan komedo, whitehead atau pustule (Singh, Yadav, Nayak and Hatwar, 2012).

Bakteri yang dapat memperparah akne adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif dan banyak ditemukan di kulit dan membran mukosa (Madigan, Martinko, Dunlap and Clark, 2009). Sekali saja aliran sebum ke permukaan dihambat oleh komedo, akan menghasilkan lipase yang mengubah sistem trigliserida menjadi asam lemak bebas yang akan menghasilkan respon peradangan pada dermis. Peradangan ini akan menyebabkan terbentuknya papula eriteatosa, pustule yang meradang dan kista yang juga meradang (Price and Wilson, 1985).

B. Minyak cengkeh

Minyak cengkeh berasal dari minyak essensial yang berasal dari tanaman cengkeh (Eugenia aromaticum Thund.). Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang mudah menguap (Panda, 2004). Minyak cengkeh berupa cairan berwarna kuning kecoklatan yang akan semakin gelap pada penyimpanan lama (aging), tidak larut dalam air, larut 2 bagian dalam 70% etanol; sangat larut dalam

9

alkohol kuat, eter, asam asetat glasial (Reineccius, 1998), dan bau serta rasanya bersifat mirip rempah, berbau aromatik kuat dan tahan lama (Guenther, 1990).

1. Kandungan Kimia

Kualitas minyak cengkeh dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Kandungan fenol dan bobot jenis dari minyak cengkeh ini dipengaruhi oleh kondisi dari tanaman cengkeh. Menurut Smith (1946), bobot jenis minyak cengkeh adalah 1,036-1,044 (cit., Guenther, 1990). Menurut Panda (2005), minyak cengkeh memiliki indeks bias 1,5231-1,5350 dan bobot jenis

1,036-1,046g/mL. Kandungan dalam minyak cengkeh terdiri dari eugenol (82,87%), eugenyl acetate (7,33%), α-ylangene (0,43%), 2-heptanon (0,07%), caryophyllene (9,12%), α- dan β-humulene (1,66%), m-methoxy benzaldehyde (0,39%) dan benzyl alcohol (0,07%) (Reineccius, 1998). Konstituen utama minyak cengkeh adalah eugenol dan derivat asetilnya, dan eugenol memiliki titik didih pada 255°C, tetapi karena tidak larut dalam air, maka akan terbentuk komponen dengan air, sehingga akan menguap pada suhu di bawah titik didih air (Williamson and Masters, 2010).

2. Kegunaan

Minyak cengkeh mempunyai sifat stimulan, anestetik, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik, serta karena minyak cengkeh memiliki kandungan eugenol di dalamnya, maka minyak cengkeh memiliki sifat antiseptik dan bakterisidal (Nurdjanah, 2004; Guenther, 1990). Minyak cengkeh memiliki

aktivitas sebagai antibakteri pada beberapa mikroba patogen, seperti : S. aureus, S. epidermidis, B. subtilis, B. cereus, Bacillus sp., Listeria monocytogenes, Kleibsiella sp., dan Micrococcus aerogenosa (Gupta, Garg, Uniyal and Kumari, 2008).

C. Emulgel

Emulgel adalah emulsi, baik dari jenis minyak dalam air atau air dalam minyak, yang menjadi gel setelah menambahkan gelling agent (Mohamed, 2004). Emulgel merupakan sistem penghantaran obat yang baik untuk zat aktif yang bersifat hidrofobik dan memiliki rilis sistem kontrol ganda, yaitu emulsi dan gel (Khullar, Kumar, Seth, and Saini, 2012; Deveda, Jain, Vyas, Khambete, and Jain, 2010). Emulsi yang bersifat minyak-dalam-air dapat digunakan untuk obat yang tidak larut dalam air dan dapat melindungi zat aktif di dalamnya, serta memiliki kemampuan penetrasi yang baik (Jain, Gautam, Gupta, Khambete, and Jain, 2010; Allen, 2002). Gel untuk penggunaan dermatologi memiliki sifat yang menguntungkan antara lain kental, greaseless, nonstaining, mudah menyebar, mudah dilepas, emollient, kompatibel dengan beberapa eksipien, dan larut air (Bhanu, et al., 2011).

Emulgel dibuat dengan cara mencampurkan emulsi dan gel pada perbandingan tertentu. Pada formula emulgel terdapat bahan tambahan yang digunakan agar membentuk bentuk sediaan yang stabil, yaitu :

1. Emulsifying agent untuk menghasilkan emulsi yang stabil, dengan menurunkan tegangan muak antar fase pendispersi dan fase terdispersi, yang

11

pada umumnya memiliki perbedaan polaritas sehingga tidak dapat bercampur (Pena,1990).

2. Gelling agent digunakan membentuk tiga ikatan dimensional yang akan membatasi gerak kinetik dari fase pendispersi, dengan ini maka akan meningkatkan viskositas dari suatu sediaan (Rowe et al., 2009).

D. Carbopol

Carbopol atau disebut juga carbomer merupakan salah satu gelling agent untuk menghasilkan gel maupun emulgel dengan karakteristik tertentu. Secara kimia, Carbomer merupakan polimer sintetik dengan bobot molekul tinggi dari asam akrilat (Rowe, et al., 2009).

Gambar 2. Struktur carbopol (Rowe, et al., 2009)

Adapun mekanisme pengentalan yang terjadi pada carbomer adalah reaksi netralisasi pada bagian asam karboksilat ke bentuk garamnya sehingga dapat menghasilkan bentuk gel yang jernih dengan viskositas yang optimum pada pH 7 (Conteras and Sanchez, 2001). Carbomer memiliki viskositas yang baik dan dapat memberikan pelepasan zat aktif yang baik pula (Patil 2005). Pada saat penetralan, terjadi peningkatan viskositas karena terjadi peregangan dari molekul yang disebabkan oleh gaya tolak-menolak bersifat elektrostatis dari segmen rantai

polimer yang timbul dari pembentukan ion bermuatan negatif akan menyebabkan polimer mengembang (swelling) (Bluher, Haller, Banik and Thobois, 1995; Allen, 2002).

E. Gliserin

Gliserin merupakan nama lain dari gliserol, propan-triol, 1,2,3-propantriol, 1,2,3-trihidroksipropan gliserol dan E422. Gliserin bersifat tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis, rasanya manis, dan berupa cairan viscous. Gliserin merupakan senyawa alkohol dan dapat bercampur dengan air (Parfitt, 1999). Gliserin digunakan sebagai emmolient dan humectant untuk obat-obat yang diaplikasikan secara topical pada konsentrasi 0,2 sampai 65,7% (Smolinsklie, 1992).

HO OH

OH

Gambar 3. Rumus bangun gliserin (Rowe, et al., 2009)

Gliserin (C3H8O3) berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, seperti sirup dan merupakan cairan yang higroskopik. Gliserin dapat digunakan sebagai humektan pada konsentrasi hingga 30% (Boylan, 1986). Gliserin dapat digunakan sebagai pengawet, emmolient, humectant, plasticizer dan pemanis (Rowe, et al., 2009).

13

F. Sifat Fisik dan Metode Evaluasi Sediaan Topikal 1. Indeks bias

Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa udara dengan kecepatan cahaya dalam zat. Indeks bias berguna untuk identifikasi zat dan mengetahui kemurnian zat. Indeks bias berguna untuk identifikasi zat, biasanya ini diukur pada suhu 20ºC dengan garis D sinar natrium dari = 598,3 nm (Sears, 1991).

2. Bobot jenis

Bobot jenis merupakan perbandingan massa dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu harus ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Bobot jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai jenis piknometer, hidrometer dan alat-alat lain (Sinko, 2006).

3. pH

pH adalah skala logaritmik untuk menyatakan keasaman atau kebasaan, pH dapat didefinisikan sebagai –log10C, dengan C adalah konsentrasi ion hidrogen dalam mol per dm3. pH di bawah 7 menyatakan bahwa suatu larutan asam dan pH di atas 7 menyatakan larutan basa (Daintith, 1994).

4. Viskositas

Pada pembuatan sediaan semisolid, reologi berpengaruh pada penerimaan pasien, stabilitas fisika dan ketersediaan hayati, salah satunya adalah viskositas.

Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya (Sinko, 2006). Viskositas (η) digambarkan dengan persamaan matematika :

…………..Persamaan (1)

Dari persamaan itu dapat diketahui bahwa peningkatan gaya geser (shear stress) sebanding dengan kecepatan geser (shear rate). Namun hal ini hanya berlaku untuk senyawa dengan tipe Newtonian seperti air, alkohol, gliserin, dan larutan sejati, sedangkan untuk sediaan seperti emulsi, suspense, dispersi, dan larutan polimer umumnya termasuk tipe Newtonian. Pada tipe Newtonian, viskositas tidak berbanding lurus dengan kecepatan geser. Tipe non-Newtonian meliputi plastis, pseudoplastis, dan dilatan (Liebermann, Rieger and Banker, 1996).

5. Daya sebar

Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di tempat aplikasi, dan merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab dalam keefektifan dan penerimaan konsumen dalam menggunakan sediaan semi solid. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya sebar, yaitu viskositas sediaan, lama tekanan, temperatur tempat aksi (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002).

G. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang

15

diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk mengevaluasi secara simultan efek dari beberapa faktor dan interaksi yang signifikan (Bolton, 1997).

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Desain faktorial dapat didesain suatu percoban untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon (Bolton, 1997).

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b12X1X2 ...Persamaan (2) Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati

X1, X2 = level bagian A, level bagian B

bo, b1, b2, b12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan bo = rata-rata hasil semua percobaan

b1, b2, b12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n=4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor). Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1997).

H. Landasan Teori

Minyak cengkeh (Oleum caryophilli) mengandung 82-87% eugenol (Guenther, 1990) yang dapat beraktivitas sebagai antibakteri, salah satunya adalah bakteri Staphylococcus epidermidis, yang merupakan salah satu bakteri penyebab terjadinya jerawat (Madigan, et al., 2009). Menurut Handa (2006), minyak cengkeh dapat menyebabkan iritasi pada kulit pada dosis yang tinggi, sehingga perlu dibuat dalam suatu bentuk sediaan. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2010), minyak cengkeh sebesar 15% sudah menghasilkan zona jernih terhadap Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan efektivitas minyak cengkeh dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab terjadinya jerawat, maka minyak cengkeh dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan topikal sebagai penyembuh jerawat.

Emulgel merupakan sediaan topikal gabungan dari dua sistem, yaitu sistem emulsi di dalam sistem gel. Kelebihan emulgel adalah terdiri dari emulsi yang mempunyai kemampuan penetrasi yang tinggi dan terdapat dalam sistem gel yang memiliki kandungan air tinggi, sehingga memberikan sensasi dingin di kulit dan membuat kulit terasa nyaman dan dapat menutupi sifat dari minyak cengkeh yang terasa panas apabila langsung diaplikasikan pada kulit. Pada formulasi emulgel terdapat gelling agent dan humectant sebagai komponen penyusunnya. Gelling agent dapat meningkatkan viskositas emulgel, serta humectant untuk menjaga kelembaban sediaan emulgel. Gelling agent yang digunakan adalah carbopol 940 karena carbopol 940 merupakan gelling agent yang memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi yang rendah. Humectant yang digunakan adalah

17

gliserin yang berasal dari lemak tumbuhan, sehingga gliserin aman digunakan pada sediaan topikal (Rowe, et al., 2009; Highland, 2011). Kombinasi kedua komponen tersebut sangat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan emulgel.

Diperlukan optimasi untuk dapat menentukan komposisi gelling agent dan humectant untuk dapat menghasilkan sifat fisik sediaan emulgel minyak cengkeh yang optimum. Penentuan komposisi optimum ini dilakukan dengan menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor, yaitu carbopol 940 dan gliserin, serta dua faktor, yaitu level rendah dan level tinggi.

I. Hipotesis

Ada pengaruh dari komposisi carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant dalam emulgel minyak cengkeh (Oleum caryophilli.) pada level yang diteliti terhadap respon sifat fisik (viskositas dan daya sebar), dan stabilitas emulgel (pergeseran viskositas). Dapat ditemukan area komposisi yang optimum antara carbopol 940 dengan gliserin.

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial menggunakan dua faktor dan dua level untuk menghasilkan formula optimum emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant dalam 2 level (level rendah dan level tinggi).

b. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sifat fisik emulgel minyak cengkeh : daya sebar dan viskositas.

2) Stabilitas emulgel minyak cengkeh : pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama satu bulan.

3) Iritasi primer : eritema dan edema 4) Daya antibakteri : diameter zona hambat

19

c. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kecepatan, lama, dan suhu pengadukan dalam pembuatan sediaan emulgel minyak cengkeh, lama penyimpanan, kondisi penyimpanan, sifat dari wadah penyimpanan, berat badan dan umur kelinci, suhu inkubasi, lama inkubasi, dan kepadatan Staphylococcus epidermidis.

d. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu ruangan pada saat pembuatan dan pengujian emulgel minyak cengkeh, dan kemungkinan penguapan minyak cengkeh, serta kondisi fisiologi dan patologi kelinci.

2. Definisi operasional

a. Optimasi adalah proses untuk mendapatkan formula optimum dalam level yang diteliti.

b. Minyak cengkeh adalah minyak essensial yang berasal dari daun tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dengan kandungan eugenol 74,08% yang diperoleh dari CV Indaroma Yogyakarta.

c. Emulgel minyak cengkeh adalah sediaan topikal semisolid hasil emulsifikasi dan penambahan carbopol 940 sebagai gelling agent dengan bahan aktif minyak cengkeh yang digunakan untuk mengobati jerawat (acne) yang dibuat sesuai dengan formula yang tercantum pada penelitian ini.

d. Gelling agent adalah suatu zat yang dapat membentuk suatu massa gel, yang berfungsi untuk mengentalkan dan menstabilkan emulgel minyak cengkeh. Pada penelitian ini menggunakan carbopol 940.

e. Humectant adalah suatu zat yang berfungsi sebagai pelembab, yang berfungsi untuk mempertahankan kandungan air pada emulgel minyak cengkeh. Pada penelitian ini menggunakan gliserin.

f. Desain Faktorial adalah desain penelitian yang dapat digunakan untuk mengetahui efek yang signifikan dari penambahan carbopol 940 dan gliserin dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh.

g. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini digunakan 2 faktor, yaitu penambahan carbopol 940 dan gliserin.

h. Level adalah nilai untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2 level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah penambahan carbopol 940 sebanyak 2,0 gram dan level tinggi sebanyak 5,0 gram. Level rendah penambahan gliserin sebanyak 4,0 gram dan level tinggi sebanyak 12,0 gram.

i. Respon adalah besaran yang diamati perubahan efeknya, besarnya dapat dikuantitatifkan. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisik emulgel minyak cengkeh (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas emulgel minyak cengkeh (pergeseran viskositas).

j. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan oleh variasi level dan faktor.

21

k. Sifat fisik emulgel minyak cengkeh adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik emulgel minyak cengkeh, dalam penelitian ini adalah viskositas dan daya sebar 48 jam setelah pembuatan serta stabilitas viskositas setelah 1 bulan penyimpanan.

l. Viskositas adalah suatu pertahanan dari emulgel minyak cengkeh untuk mengalir setelah adanya pemberian gaya. Semakin besar viskositas, maka emulgel minyak cengkeh akan makin tidak mudah untuk mengalir.

m. Daya sebar adalah diameter penyebaran tiap 1 gram emulgel minyak cengkeh pada alat uji daya sebar yang diberi beban 50 gram dan didiamkan selama 1 menit.

n. Pergeseran viskositas adalah selisih dari viskositas emulgel minyak cengkeh setelah 1 bulan penyimpanan dengan viskositas emulgel minyak cengkeh setelah 48 jam pembuatan yang dipersentasekan.

o. Iritasi primer adalah proses peradangan yang mungkin timbul setelah pengaplikasian sediaan emulgel minyak cengkeh yang ditandai dengan timbulnya eritema dan edema. Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran kapiler dan bersifat reversible, sedangkan edema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terkumpulnya cairan secara berlebih pada jaringan tubuh.

p. Daya antibakteri emulgel minyak cengkeh adalah kemampuan dari emulgel minyak cengkeh dalam menghambat atau membunuh bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat, ditunjukkan oleh adanya diameter zona hambat yang dihasilkan.

q. Zona hambat adalah zona jernih di mana tidak dijumpai pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis atau terdapat pertumbuhan sedikit sekali dibandingkan dengan kontrol pertumbuhan.

r. Staphylococcus epidermidis adalah salah satu bakteri penyebab jerawat yang berasal dari kultur murni Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 yang diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

C. Alat

Glasswares merk pyrex Japan, neraca, waterbath, mixer merk Phillips, pipet ukur, cawan petri, tabung reaksi, viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN), stopwatch, alat pengukur daya sebar, refractometer ABBE, piknometer, vortex, pipet mikro 5-100 L, jarum ose, alat pembuat sumuran, autoklaf, dan inkubator.

D. Bahan

Minyak cengkeh, carbopol 940 (kualitas farmasetis), gliserin (kualitas farmasetis), Tween 80 dan Span 80 (kualitas farmasetis), parafin cair (kualitas farmasetis), trietanolamin (TEA), aquadest, etanol 70%, media Muller-Hinton Broth (Merck), media Muller-Hinton Agar (Oxoid), dan bakteri uji Staphylococcus epidermidis.

23

E. Tata Cara Penelitian 1. Verifikasi minyak cengkeh

Verifikasi minyak cengkeh yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi : a. Identifikasi bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :

Minyak cengkeh (yang merupakan minyak essensial dari tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L.) yang telah diuji identitasnya, dibuktikan dengan Certificate of Analysis.

b. Verifikasi indeks bias minyak cengkeh

Indeks bias dari minyak cengkeh diukur dengan menggunakan refractometer ABBE. Minyak cengkeh diteteskan pada prisma utama, kemudian prisma ditutup dan ujung refraktometer diarahkan ke cahaya terang, sehingga melalui lensa skala sehingga dapat dilihat dengan jelas dan ditentukan nilai indeks biasnya. Refraktometer dialiri air mengalir dan diatur suhunya menjadi 20ºC. Nilai indeks bias minyak cengkeh ditunjukkan oleh garis batas yang memisahkan sisi terang dan sisi gelap pada bagian atas dan bawah. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

c. Verifikasi bobot jenis minyak cengkeh

Bobot jenis minyak cengkeh diukur dengan menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi, dengan menetapkan bobot piknometer kosong dan bobot air pada suhu 25ºC. Piknometer diisi minyak cengkeh dan suhu dikondisikan pada 25ºC, kemudian piknometer ditimbang. Bobot piknometer yang telah diisi minyak cengkeh kemudian dikurangi bobot piknometer kosong. Bobot jenis minyak

cengkeh merupakan perbandingan antara bobot jenis minyak cengkeh dengan bobot air, pada suhu 25ºC. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

2. Formula

Tabel I. Formula emulgel minyak cengkeh yang telah dimodifikasi (200 g)

Bahan Satuan (g) Minyak Cengkeh 30 Carbopol 940 1,5-5,0 Trietanolamin 1,5 Parafin cair 2 Tween 80 35 Span 80 5 Gliserin 1,5-6,5 Metil Paraben 0,36 Propil paraben 0,05 Aquadest 110

Tabel II. Level rendah dan level tinggi carbopol 940 dan gliserin pada formula emulgel minyak cengkeh (berdasarkan hasil orientasi)

Formula Carbopol 940 Gliserin

1 1,5 g 1,5 g

a 5,0 g 1,5 g

b 1,5 g 6,5 g

ab 5,0 g 6,5 g

Keterangan

F (1) = Carbopol 940 level rendah,gliserin level rendah F (a) = Carbopol 940 level tinggi, gliserin level rendah F (b) = Carbopol 940 level rendah, gliserin level tinggi F (ab) = Carbopol 940 level tinggi, gliserin level tinggi

25

Berdasarkan tabel tersebut, dibuat 4 formula emulgel minyak cengkeh sebagai berikut :

Tabel III. Formula emulgel minyak cengkeh (200 g)

Formula 1 a b ab Minyak Cengkeh 30 g 30 g 30 g 30 g Carbopol 940 1,5 g 5,0 g 1,5 g 5,0 g Trietanolamin 1,5 g 1,5 g 1,5 g 1,5 g Parafin cair 2 g 2 g 2 g 2 g Tween 80 35 g 35 g 35 g 35 g Span 80 5 g 5 g 5 g 5 g Gliserin 1,5 g 1,5 g 6,5 g 6,5 g Metil Paraben 0,36 g 0,36 g 0,36 g 0,36 g Propil paraben 0,05 g 0,05 g 0,05 g 0,05 g Aquadest 110 g 110 g 110 g 110 g

Dokumen terkait