• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 7-24

D. Formulasi Sabun

Lemak dan minyak merupakan bahan dasar dalam pembuatan sabun, dimana asam lemak yang bereaksi dengan basa akan menghasilkan gliserin dan sabun, yang dikenal dengan proses saponifikasi. Perbedaan mendasar pada lemak dan minyak adalah pada bentuk fisiknya, lemak berbentuk padatan, sedangkan minyak berbentuk cairan. Lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah tallow, sedangkan minyak yang digunakan pada pembuatan sabun antara lain coconut oil, palm kernel oil, dan palm stearin (Maharani, 2010: 6-7).

Salah satu bahan dasar pembuatan sabun yang sangat mempengaruhi tekstur sabun terutama dalam kekerasan adalah asam stearat yang berfungsi untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Asam stearat adalah asam lemak tidak jenuh, tidak ada ikatan rangkap antara atom karbonnya. Asam lemak jenis ini dapat ditemukan pada minyak atau lemak nabati dan hewani (Sari, 2015: 2).

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak dan minyak yang sebagian besar terdiri atas asam oktadekonat dan asam heksadekonat, berupa zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin. praktis tidak larut dalam air, larut dalam bagian (Febriyanti, 2014: 3).

Minyak kelapa diperoleh sebagai hasil ekstraksi kopra atau daging buah kelapa segar. Daging kelapa segar mengandung 35-50% minyak dan jika dikeringkan (dijadikan kopra), kadar minyaknya akan naik menjadi 63-65%. Asam-asam lemak

dominan yang menyusun minyak kelapa adalah laurat dan miristat, yang merupakan asam-asam lemak berbobot molekul rendah, minyak kelapa memiliki sekitar 90% kandungan asam lemak jenuh. Minyak kelapa memiliki sifat mudah tersaponifikasi (tersabunkan) dan cenderung mudah menjadi tengik (rancid). Minyak kelapa sebagai salah satu jenis minyak dengan kandungan asam lemak yang paling kompleks.

Asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa adalah asam laurat (HC12H23O2). Asam laurat sangat diperlukan dalam pembuatan sabun karena asam laurat mampu memberikan sifat pembusaan yang sangat baik untuk produk sabun. Asam-asam lemak yang lain yang terdapat dalam minyak kelapa adalah asam kaproat (HC16H11O), kaprilat (HC8H15O2) dan kaprat (HC10H19O2). Semua asam lemak tersebut dapat larut dalam air dan bersifat mudah menguap jika didestilasi dengan menggunakan air atau uap panas. Menurut Karo (2011:6-7) Komposisi asam lemak yang terdapat dalam minyak kelapa dapat dilihat pada:

Tabel 2.3.Komposisi asam lemak yang terdapat dalam minyak kelapa.

Asam Lemak Jumlah (%)

Asam Lemak Jenuh

Laurat (C12H24O2) 44 – 52 Miristat (C14H28O2) 13 – 19 Palmitat (C16H32O2) 7,5 – 10,5 Kaprilat (C8H16O2) 5,5 – 9,5 Kaprat (C10H20O2) 4,5 – 9,5 Stearat (C18H36O2) 1 – 3 Kaproat (C6H12O2) 0 – 0,8 Arachidat (C20H40O2) 0 – 0,04

Asam Lemak Tak Jenuh

Oleat (C18H34O2) 5 – 8

Linoleat (C18H32O2) 1,5 – 2,5

Palmitoleat (C16H30O2) 0 – 1,3

Asam laurat merupakan asam lemak jenuh yang memiliki sifat pembusaan yang baik dan sering digunakan dalam formulasi sabun. Penggunaan asam laurat sebagai bahan baku akan menghasilkan sabun dengan kelarutan yang tinggi dan karakteristik busa yang baik. Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen bukan minyak, misalnya fosfatida, gum sterol (0.06-0.08%), tokoferol (0.003%) dan asam lemak bebas (kurang dari 5%). Sterol yang terdapat dalam minyak nabati disebut fitosterol. Sterol bersifat tidak berwarna, tidak berbau, stabil dan berfungsi sebagai penstabil dalam minyak. Persenyawaan tokoferol bersifat tidak dapat disabunkan dan berfungsi sebagai antioksidan (Karo, 2011: 6-7).

Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang terbentuk. Menurut Usmania, (2012:6) Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada:

Tabel 2.4. Jenis sifat lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan Asam Lemak Sifat yang ditimbulkan pada sabun

Laurat (C12H24O2) Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa lembut Miristat (C14H28O2) Mengeraskan, membersihkan,

menghasilkan busa lembut Palmitat (C16H32O2) Mengeraskan, menstabilkan busa Stearat (C18H36O2) Mengeraskan, menstabilkan busa,

melembabkan Oleat (C18H34O2) Melembabkan Linoleat (C18H32O2) Melembabkan

2. Natrium Hidroksida (NaOH)

Soda kaustik (NaOH) merupakan bahan penting dalam pembuatan sabun karena menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi dimana minyak atau lemak akan diubah menjadi sabun. Tanpa bantuan NaOH maka proses kimia sabun tidak akan terjadi. Setelah menjadi sabun maka NaOH akan terpecah menjadi unsur penyusunnya yang netral. Konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap kualitas sabun yang dibuat karena dapat mempengaruhi pH sabun, asam lemak bebas, alkali bebas, kadar fraksi tak tersabunkan, asam lemak sabun, dan kadar air. Tinggi rendahnya konsentrasi NaOH akan mempengaruhi kesempurnaan proses saponifikasi pada sabun sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kualitas sabun yang dihasilkan (Maripa, 2013: 3).

3. Bahan Tambahan Pembentuk Sabun Transparan a. Gliserin

Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis. Dapat bercampur dengan air dan etanol. Sebagai suatu pelarut, dapat disamakan dengan etanol, tapi karena kekentalannya, zat terlarut dapat larut perlahan-lahan didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan. Gliserin

bersifat sebagai bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu dalam hubungannya dengan air dan etanol. Gliserin digunakan sebagai emollient dan humectant dalam sediaan topikal dengan rentang konsentrasi 0,2-65,7%. Gliserin pada konsentrasi tinggi menimbulkan efek iritasi pada kulit dan lebih disukai konsentrasi gliserin 10-20 %. Dalam sabun yang dibuat, gliserin berfungsi sebagai humektan. Humektan adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengontrol perubahan kelembaban suatu sediaan dalam wadah atau kemasannya dan mengontrol kelembaban kulit ketika sediaan tersebut diaplikasikan. Gliserin termasuk dalam tipe humektan organik, dimana gliserin merupakan humektan yang paling banyak digunakan dalam industri kosmetik karena kestabilan harga dan presentasenya relatif sedikit dari jumlah total penggunaan produk (Budianto, 2010: 10).

b. Etanol (C2H5OH)

Alkohol adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga sabun menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar-benar larut (Priani, 2010: 40). Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna. Merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak (Arita, 2009: 51).

c. Asam Sitrat

Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2 hidroksi – 1, 2, 3 – propana trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau hasil fermentasi.

Asam sitrat merupakan senyawa organik yang pertama kali diisolasi dan dikristalkan oleh Scheele pada tahun 1784 dari sari buah jeruk kemudian dibuat secara komersial pada tahun 1860 di Inggris. Keasaman asam sitrat disebabkan oleh adanya tiga gugus karboksil (COOH), dimana dalam bentuk larutan masing-masing gugus akan melepaskan ion protonnya. Jika ini terjadi maka akan terbentuk ion sitrat. Sitrat membuat penyangga yang sangat baik untuk mengendalikan pH (Bunta, 2013: 3).

d. Dietanolamida (DEA)

Dietanolamida (DEA) merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. DEA dalam formula sediaan kosmetik berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air (Sinatrya, 2009: 10). e. Natrium Klorida (NaCl)

Natrium klorida merupakan hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih dengan kelarutan mudah larut dalam air, larut dalam gliserin. Dalam sabun, NaCl berfungsi sebagai elektrolit dan turut berperan dalam meningkatkan kekentalan. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun, sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol. Untuk menghasilkan sabun yang berkualitas tinggi, NaCl yang digunakan harus bebas dari unsur besi, kalsium, dan magnesium (Wirianti, 2015: 21).

Sukrosa merupakan senyawa nonionik dalam bentuk bebas dan mempunyai sifat pengemulsi, pembusaan, deterjensi dan pelarutan yang sangat baik. Kekerasan sabun dipengaruhi oleh adanya asam lemak jenuh dalam sabun. Semakin banyak jumlah asam lemak jenuh dalam sabun, maka sabun akan menjadi semakin keras. Sukrosa dapat mengemulsi minyak yang digunakan, sehingga mempengaruhi asam lemak bebas yang terdapat pada sabun padat transparan. Sukrosa berfungsi sebagai transparent agent dan humektan dalam formulasi sabun padat transparan (Hardian, 2014: 2)

Dokumen terkait