• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralatan yang digunakan pada penelitian

Foto pemberian jarak tempu eksperimen (100 Meter)

Lanjutan lampiran 7.

Foto pengambilan data kapal jukung yang menggunakan katir (semang)

Lanjutan lampiran 7.

Foto pengambilan data kapal jukung tanpa menggunakan semang

ANTHON DAUD KILMANUN. Technical review of Ur Island Speed Boat in Soufheast Maluku. Supervised by Budhi Hascaryo Iskandar and Mohammad Imron.

This research was carried out based on the need of maximum speed of ketinting boat (dug out boat equipped with machine) using some values of horse power (HP) sechas : 5,5 HP; 6,5 HP or combination 5,5HP + 6,5 HP. In the fishing operation, this boat is equipped with long shaft to connect machine with the propeller. This arrangement produce some degrec of angles between propeller the boat. Experimental method was applied in this research. Two kinds of boat were used suchas, boat with stabilizer (katir) and the one without stabilizer.

The result show that maximum speed of boat (5-6 knot) is obtained by applying machine with 6,5 HP equipped with long or semi log shaft with cartain angles. Besides, fuel consumption on this power rate is the most efficient.

ANTHON DAUD KILMANUN. Maluku Tenggara. Di bawah Imron.

Penelitian tentang Maluku Tenggara-Propinsi 2011.penelitian ini bertujuan jukung yang digunakan di Ur panjang poros baling-baling, digunakan pada kapal jukung, terhadap kecepatan kapal adalah metode studi lapang akan dikumpulkan adalah merupakan perbandingan menggerakan kapal dan daya maju (aksial) sebenarrnya sebanyak satu putaran(variable jukung dan daya yang penambahan sejumlah beba

Berdasarkan hasil perhitungan yan dan yang tanpa semang dengan

yang tinggi, daya mesin hP+6,5 hP untuk panjang berpengaruh pada kecepatan semang dan tanpa semang masing ukuran poros baling kedua kapal lebih besar apabila sudut jatuh poros baling

Sudut 40 pada kapal semang 5, kecepatan pada sudut 3

knot dan kapal tanpa semang

daya dorong yang sangat tinggi untuk menggerakkan ka Kata kunci : Kecepatan k

KILMANUN. Kajian Teknis Kecepatan Kapal Di

Di bawah bimbingan Budi Hascaryo Iskandar dan Mohammad

tentang kecepatan kapal di perairan Ur Pulau, Kabupaten Propinsi Maluku pada bulan Januari 2011 hingga bulan ini bertujuan untuk : 1) Mengidentifikasi demensi utama digunakan di Ur Pulau, 2) Mengkaji ukuran/nomor baling-

baling, 3) Mengkaji sudut jatuh poros baling-baling kapal jukung, 4) Mengkaji sudut jatuh poros baling kecepatan kapal jukung. Metode yang digunakan dalam penelitian

studi lapang dan eksperimental eksperimental. Jenis data mpulkan adalah Dimensi utama kapal, efesiensi baling-baling perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh baling-baling

kapal dan daya yang disalurkan ke baling-baling, pitchadalah sebenarrnya yang ditempuh oleh baling-baling bila putaran(variable bebas), daya mesin yang menggerakan

yang disalurkan ke baling-baling, kondisi kapal han sejumlah beban tertentu. Kemiringan katinting, sudut jatuh por

hasil perhitungan yang diperoleh bahwa kapal jukung sema semang dengan ukuran/nomor baling-baling 6,5 memilki

mesin 5,5 hP, 6,5 hP dan kombinasi kedua daya mesin panjang poros baling-baling 2,60 m dan 2,20 m kecepatan kapal, penugukuran menunjukkan bahwa semang dengan daya 5,5 hp dan daya 6,5 hP, pada poros baling-baling mendapatkan penambahan daya 1 lebih besar apabila dibandingkan kombinasi dari daya 5,5 hP+6,5

baling-baling memberikan pengaruh terhadap kecepatan kapal semang 5,49 knot/hp dan kapal tanpa semang 5,27 sudut 30 berbeda dimana yang diperoleh kapal semang tanpa semang 5,10 knot hasil dari nilai-nilai ini dapat memberikan yang sangat tinggi untuk menggerakkan kapal bergerak maju.

i : Kecepatan kapal, daya penggerak (HP), jukung.

Kapal Di Ur Pulau dan Mohammad

Pulau, Kabupaten hingga bulan Juni demensi utama kapal -baling dan baling yang poros baling-baling dalam penelitian ini Jenis data yang baling yang baling untuk adalah jarak baling bila berputar menggerakan kapal kondisi kapal setelah

udut jatuh poros. pal jukung semang

memilki efesiensi daya mesin 5,5 2,20 m sangat menunjukkan bahwa kapal hP, pada masing- daya 1 hP pada daya 5,5 hP+6,5 hP, kecepatan kapal. semang 5,27 knot/hP, kapal semang 5,26 dapat memberikan pal bergerak maju.

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam usaha perikanan tangkap, peranan mesin penggerak kapal sangat penting. Hal ini mengingat operasi penangkapan ikan yang semakin jauh dari garis pantai, dengan waktu penangkapan lebih lama (long trip).

Saat ini nelayan tradisional Ur Pulau dalam melakukan pengoperasian penangkapan ikan demersal dan pelagis nelayan menggunakan kapal jukung yang dilengkapi dengan motor penggerak luar (out board), dengan daya motor yang dipakai adalah 5,5 HP dan 6,5 HP dengan menggunakan poros panjang. Motor penggerak yang digunakan selama ini pada kapal tradisional menggunakan beberapa jenis ukuran baling-baling, baik motor dalam (in board engine) maupun pada motor luar (out board engine).

Mesin penggerak luar yang digunakan oleh nelayan Ur Pulau bukan merupakan jenis mesin yang dirancang khusus sebagai tenaga penggerak kapal, namun jenis mesin ini digunakan untuk tenaga penggerak serbaguna yang telah dimodifikasikan menjadi mesin penggerak kapal dengan konstruksi poros baling- baling panjang sehingga terbentuk sudut antara poros baling-baling dengan permukaan air.

Harvald (1992), mengemukakan bahwa baling-baling merupakan perantara antara mesin induk dan badab kapal, dimana efesiensi total pada sistem tersebut dengan penertian bahwa penghamburan daya yang sekecil mungkin. Untuk memperoleh penghamburan daya yang kecil maka harus menggunakan ukuran baling-baling yang sesuai berdasarkan daya mesin serta ukuran kapal jukung yang dilengkapi dengan mesin tempel (katinting).

Kecepatan kapal dapat ditentukan oleh dimensi utama kapal yang diantaranya panjang seluruh kapal (LOA), lebar kapal (B), dalam/tinggi kapal (D) koefesien- koefesien bentuk, displasemen, bentuk lambung dibawah air, trim, dan pemilihan type mesin, demensi utama pada masing-masing kapal tidak sama menyebabkan

penggerak kapal berbeda-beda, dengan demikian daya dorong kapal yang diperlukan sangat besar.

Penggunaan poros baling-baling dengan panjang yang berbeda dapat mengakibatkan kehilangan daya mesin. Besar kecilnya sudut jatuh poros baling- baling yang terbentuk sangat menentukan besarnya daya dorong yang ditransmisikan oleh mesin.

Pergerakan baling-baling yang berasal dari hasil kerja mesin penggerak kapal yang ditransmisikan melalui shafting atau poros baling-baling. Posisi poros baling- baling berdasarkan kedudukan mesin utama kapal seharusnya berada di atas permukaan air sehingga posisi poros baling-baling tidak sejajar dengan mesin dan baling-baling.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan rekomendasi terkait dengan jumlah daun baling-baling dan besar sudut jatuh poros baling-baling yang memberikan kecepatan maksimum. Diharapkan dari penelitian ini operasi penangkapan ikan yang efektif dan efesien dapat tercapai.

1.2 Perumusan Masalah

Keberhasilan suatu usaha operasi penangkapan dengan menggunakan kapal jukung tergantung pada kecepatan. Kecepatan suatu kapal banyak tergantung pada ukuran kapal, besarnya tenaga penggerak yang digunakan, sudut kemiringan poros baling-baling, ukuran/nomor baling-baling, ukuran panjang poros baling-baling, jenis kapal jukung yang menggunakan semang dan tanpa semang. Dengan demikian, untuk menentukan suatu keberhasilan operasi penangkapan dengan kapal jukung yang meggunakan katir (semang) dan tanpa menggunakan semang, maka akan lebih cocok menggunakan ukuran baling-baling, sudut kemiringan poros baling-baling, panjang poros baling-baling, jenis kapal yang digunakan dan tenaga penggerak yang berkekuatan tertentu.

Kapal jukung juga digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis, ikan-ikan demersal. Keberadaan jenis ikan-ikan tersebut dijumpai di sekitar pantai. Dari uraian tersebut diatas dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan antara ukuran/nomor

baling-baling yang sesuai dengan daya mesin yang digunakan oleh nelayan Ur Pulau yaitu :

1) Kekuatan tenaga penggerak kapal yang digunakan belum sesuai dengan ukuran baling-baling dan daya mesin.

2) Penggunaan panjang poros baling-baling yang berbeda, dan besar kecilnya sudut jatuh kemeringan poros baling-baling dapat mempengaruhi kecepatan kapal.

Dengan demikian informasi tentang kombinasi tersebut sangat dibutuhkan oleh nelayan setempat. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan dapat memberikan keuntungan secara teknis maupun ekonomis bagi masyarakat nelayan Ur Pulau Kabupaten Maluku Tenggara.

Parameter yang dapat digunakan dalam menentukan kecepatan suatu kapal adalah demensi utama kapal, besaran mesin yang digunakan dimana daya yang digunakan adalah bervariasi yaitu anatar 5,5 HP dan 6,5 HP, penggunaan panjang poros yang berbeda yaitu antara 2,60 m dan 2,20 m, sudut kemiringan poros baling- baling yang berbeda, kapal yang semang dan kapal tanpa semang, ukuran/nomor baling-baling antara no. 5-6, 6,5, dan 5.

Masyarakat nelayan Ur Pulau dalam melakukan operasi penangkapan ikan belum memperhatikan ukuran/nomor baling-baling yang sesuai dengan daya mesin, karena umumnya nelayan menentukan ukuran/nomor baling-baling berdasarkan pengalaman semata. Hal ini merupakan faktor penyebab dimana nelayan belum mengetahui ukuran baling-baling dan daya motor yang sesuai untuk dipergunakan dalam pengoperasian.

Berdasarkan anggapan yang dikemukakan diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai kajian teknis kecepatan kapal jukung berdasarkan ukuran/nomor baling-baling, poros baling-baling, sudut jatuh poros baling-baling dan daya mesin tempel pada kapal jukung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1) Menentukan sudut jatuh poros baling-baling yang menghasilkan kecepatan maksimum kapal jukung.

2) Menentukan ukuran baling-baling yang memberikan pengaruh nyata terhadap kecepatan kapal.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari Penelitian ini adalah untuk dapat memberikan manfaat berupa : 1) Memberikan informasi lapang tentang ukuran/nomor baling-baling yang

memiliki efisiensi tertinggi dan panjang poros baling-baling yang sesuai terhadap kecepatan kapal jukung berdasarkan jenis kapal yang akan digunakan. 2) Memberikan informasi tentang pertimbangan teknis dalam menggunakan

ukuran/nomor baling-baling dan ukuran poros baling-baling berdasarkan daya mesin yang digunakan pada kapal. .

3) Memberikan informasi kedepan tentang ukuran/nomor baling-baling, sudut kemiringan poros baling-baling yang digunakan pada kapal jukung berdasarkan daya mesin agar diperoleh kecepatan kapal yang maksimum pada saat pengoperasian kapal pada nelayan Ur Pulau Kabupaten Maluku Tenggara khususnya maupun pemerintah dan masyarakat perikanan tangkap pada umumnya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui daya mesin yang sesuai untuk menghasilkan kecepatan kapal di harapkan akan dilakukan pendekatan berdasarkan beberapa parameter analisis pada kapal jukung, antara lain yaitu : dimensi utama kapal, kekuatan tenaga penggerak kapal yang digunakan belum sesuai dengan ukuran/nomor baling-baling dan daya mesin, daya mesin, kemeringan poros baling-baling, poros baling-baling.

Kajian kecepatan kapal :

Langkah awal yang dilakukan yaitu untuk mengetahui langsung daya dari masing-masing mesin, ukuran baling-baling, diameter poros baling-baling, dan panjang dari masing-masing poros baling-baling.

1.6 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Ukuran/nomor baling-baling dan panjang poros baling-baling menentukan efisiensi yang tinggi pada kecepatan kapal jukung;

2) Panjang poros baling-baling dapat mempengaruhi kecepatan kapal; dan

3) Sudut jatuh poros baling-baling dapat memberikan pengaruh terhadap kecepatan kapal jukung.

Mulai

Selesai

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pendekatan Studi Permasalahan:

Kecepatan kapal katinting yang sangat bervariasi pada daya kekuatan mesin, baling-

baling dan sudut jatuh poros yang sama

Kekuatan mesin, ukuran baling-baling, dan sudut jatuh poros tertentu yang menghasilkan kecepatan mesin Analisis dimensi utama

kapal dan kecepatan kapal

Analisis kecepatan berdasarkan kekuatan mesin, ukuran baling-baling dan sudut

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Perairan dan Perikanan di Tempat Penelitian

Laut dipandang sebagai pemersatu gugusan kepulauan dan juga menjadi media integrasi determinan pembangunan secara utuh, baik sosio ekonomi, sosio politik, institusional dan lingkungan, serta hukum. Rangkaian dasar pikir dan kenyataan yang diuraikan di atas menjadi fenomena umum untuk Maluku. Secara geografis Kabupaten Maluku Tenggara terletak pada koordinat 131o – 133o5’ Bujur Timur dan 5o – 6,5o00’ Lintang Selatan, dengan batasannya Sebelah Utara dengan Papua Bagian Selatan,Sebelah Selatan Berbatasan dengan Laut Arafura, Sebelah barat berbatasan dengan Laut Banda dan bagian Utara Kepulauan Tanimbar, Sebelah Timur berbatasan dengan Kepulauan Aru.

Secara administrasi pemerintahan Ur Pulau terletak wilayah Kecamatan Kei Kecil Barat, cakupan wilayah dibatasi pada titik koorninat 505'45'' Bujur Timur dan 132032'30'' Lintang Selatan, sedangkan secara geografis di sebelah utara berbetasan dengan pulau-pulau Sepuluh (10) sebelah timur berbatasan dengan Pulau Warbal, sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Nuhuta. Kedalaman perairan antara 2 sampai 20 meter, dasar perairan berpasir terutama dibagian dekat pantai.

2.2 Kapal Perikanan

Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), yang dimaksud dengan kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam dunia usaha perikanan yang pelaksaannya atau kegiatannya dalam usaha penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengengelolaan usaha budidaya perairan serta penggunaan dalam beberapa kegiatan (seperti untuk research, traning, dan inspeksi sumberdaya perairan). Kapal merupakan suatu bangunan atau konstruksi terapung yang berfungsi sebagai wadah, tempat bekerja (working area) dan sarana transportasi, dimana kapal ikan termasuk didalamnya (Iskandar & Novita 1997). Ayodhyoa (1972) mengartikan bahwa kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan pada usaha penangkapan

ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, kegiatan-kegiatan riset, guidance, traning, control dan sebagainya yang berkaitan dengan usaha tersebut.

Ayodhyoa (1972) mengartikan bahwa kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan pada usaha penangkapan ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, kegiatan-kegiatan riset, guidance, traning, control dan sebagainya yang berkaitan dengan usaha tersebut. Fyson (1985), menyatakan bahwa kapal perikanan adalah kapal yang dibangun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha penangkapan ikan dengan ukuran, rancangan bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin serta berbagai perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi.

Iskandar dan Imron (1993), mengemukakan bahwa kapal yang dibangun oleh suatu usaha perikanan tergantung dari besar kecilnya usaha tersebut. Besar kecilnya dari kapal yang dibuat, juga seringkali disebabkan berdasarkan tujuan dari daerah penangkapan serta fasilitas di “ fishing base ”.

Menurut Iskandar dan Pujiati (1995), berpendapat bahwa kapal penangkapan ikan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok berdasarkan teknik pengoperasian alat yang digunakan, diantara :

1) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap yang diam/statis (static gear), contohnya gillnet, trammel net dan pancing;

2) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap yang ditarik (towed gear/dragged gear), contohnya pancing tonda, trawl, pukat ikan dan lainnya;

3) Kapal yang mengoperasikan alat yang tangkap dilingkarkan (encircling gear), seperti purse seine, paying dan dogol;

4) Kapal yang mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap yang berbeda (multipurpose).

Menurut Gunawan (1987), kapal ikan tradisional di Indonesia umumnya primitif sekali, tetapi modernisasinya dapat dipercepat terutama dengan adanya sistim motorisasi perikanan di indonesia. Motorisasi perikanan ini secara lambat laun akan merubah desain dan konstruksi kapal serta akan menggantikan kapal ikan tradisional di seluruh pelosok wilayah Indonesia. Untuk mengetahui kecepatan kapal jukung

yang sesuai dengan daya mesin yang digunakan akan dilakukan pendekatan berdasarkan beberapa parameter analisis.

Pasaribu (1986), menyatakan bahwa lebih dari 90 % kapal penangkap ikan yang ada di Indonesia beroperasi di perairan pantai dan pada umumnya sebagian besar dari kapal-kapal tersebut dibangun berdasarkan pengalaman tanpa menggunakan perhitungan-perhitungan yang pasti sebagaimana pembuatan kapal- kapal kayu yang dibangun secara modern, demikian juga dengan pembangunan kapal yang digerakan dengan motor atau tanpa motor. Kapal jukung merupakan salah salah satu jenis alat transportasi nelayan tradisional yang biasanya digunakan untuk melakukan usaha penangkapan ikan.

2.3 Dimensi Utama Kapal

Menurut Dohri dan Soedjana (1983) dimensi utama kapal yang terdiri dari : 1) Panjang kapal (Length/L)

Panjang kapal dapat dibedakan dalam 3 bagian yaitu LOA, LPP dan LWL.

 Panjang total atau LOA (Length Over All) adalah jarak tegak lurus kapal yang diukur mulai dari titik terdepan dari linggi haluan sampai dengan titik terbelakang dari buritan. Panjang total ini merupakan panjang yang terbesar dari sebuah kapal dan diukur sejajar dengan lunas kapal seperti ditunjukkan pada Gambar 2

LOA

 Jarak sepanjang garis tegak atau LPP/LBP (Length Perpendicular/Length Between Perpendicular) adalah jarak horizontal yang dihitung dari garis tegak haluan sampai dengan garis tegak buritan. Garis tegak haluan atau FP (Fore Perpendicular) ialah garis khayal yang terletak tegak lurus pada perpotongan antara Lwl dan badan kapal pada bagian haluan. Sedangkan yang dimaksud dengan garis tegak buritan atau AP (After Perpendicular) ialah sebuah garis khayal yang terletak pada badan kapal bagian buritan atau berada di belakang poros kemudi (bagi kapal yang memiliki poros kemudi) (Gambar 3).

AP LPP FP

Gambar 3 Ukuran panjang garis tegak (LPP)

 Panjang garis air atau LWL (Length of Water Line) adalah jarak horizontal pada kapal yang dihitung dari titik perpotongan antara garis air (water line) dengan linggi haluan sampai dengan titik perpotongan antara garis air dengan

linggi buritan (Gambar 4). LWL

2) Lebar kapal (Breadth/B)

Lebar kapal pada umumnya dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

 Lebar terbesar atau Bmax (Breadth maximum), adalah jarak horizontal pada lebar kapal yang terbesar, dihitung dari salah satu sisi terluar (sheer) yang satu ke sisi (sheer) lainnya yang berhadapan (Gambar 5).

 Lebar dalam atau Bmoulded (Breadth moulded), adalah jarak horizontal pada lebar kapal yang terbesar, diukur dari bagian dalam kulit kapal yang satu ke bagian dalam kulit kapal lainnya yang berhadapan (Gambar 5).

Gambar 5 Lebar kapal

(sumber : Dahri dan Soedjana, 1983 digambar ulang)

3) Dalam kapal (Depth)

Dalam suatu kapal dibedakan atas :

 Dalam atau D (Depth), adalah jarak vertikal yang diukur dari dek terendah kapal sampai titik terendah badan kapal (Gambar 6).

 Sarat kapal atau d (draft), adalah jarak vertikal yang diukur dari garis air (water line) tertinggi sampai dengan titik terendah badan kapal (Gambar 6)  Lambung bebas (freeboard), adalah jarak vertikal/tegak yang diukur dari garis

Gambar 6 Dalam kapal

(sumber : Dahri dan Soedjana, 1983 digambar ulang)

Menurut Fyson (1985), dalam desain sebuah kapal karakteristik perbandingan dimensi-dimensi utama (L, B, D) merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Perbandingan tersebut meliputi :

1) Perbandingan antara panjang dan lebar (L/B), merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tahanan gerak dan kecepatan kapal;

2) Perbandingan antara lebar dan dalam (B/D), merupakan faktor yang berpengaruh terhadap stabilitas; dan

3) Perbandingan antara panjang dan dalam (L/D), merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal.

Iskandar dan Novita (2000) mengemukakan, bahwa rasio dimensi utama kapal penangkap ikan tradisional di Indonesia memiliki beberapa perbedaan nilai parameter pada badan kapal apabila dibandingkan dengan kapal Jepang, dengan demikian nilai kisaran yang dimiliki oleh kapal Jepang sebagian besar lebih besar dari parameter kapal Indonesia. Menurut Iskandar (2007), mengatakan bahwa apabila nilai L/B semakin mengecil maka nilai rasio akan berpengaruh terhadap kecepatan kapal, nilai L/D semakin membesar mengakibatkan kekuatan memanjang kapal menjadi lemah, sedangkan nilai dari B/D makin membesar maka akan memberikan stabilitas kapal yang baik namun propulsive abilityakan memburuk.

2.4 Koefisien Balok (Coeffisien of block)

Koefisien bentuk suatu kapal erat hubungannya dengan stabilitas kapal, menurut Fyson (1985), stabilitas kapal ikan didefenisikan sebagai kemampuan kapal tersebut untuk kembali ke posisi semula setelah mengalami momen temporal. Momen ini dapat disebabkan oleh angin, gelombang, sebaran muatan di kapal, air di dek dan lain-lain.

Muckel (1975) menyatakan bahwa stabilitas kapal tergantung pada beberapa faktor antara lain dimensi kapal, bentuk kapal badan kapal yang ada di dalam air, distribusi benda-benda yang ada diatas kapal dan sudut kemiringan kapal terhadap bidang horizontal.

Fyson (1985) mengemukakan bahwa coefficient of fineness akan menunjukkan bentuk badan kapal berdasarkan hubungan antara luas area badan kapal yang berbeda dan volume badan kapal terhadap masing-masing dimensi utama kapal, coefficient of fineness untuk kapal yang tidak bergerak (V = 0 m/det).

2.5 Parameter Hidrostatis

Menurut Iskandar dan Novita (1997), parameter hidrostatis merupakan parameter yang menyangkut kemampuan kapal untuk mengapung ditas air. Parameter hidrostatis juga menggambarkan kondisi awal kapal (by design) selama kapal mengalami perubahan berat, variasi trim dan draf. Beberapa parameter hidrostatis yang perlu diketahui antara lain (Derret & Barras 2006) :

1) Volume displasement(∇), menunjukan kapasitas/volume badan kapal dibawah water line (WL) atau volume air yang dipindahkan pada saat kapal berada dalam air pada drafttertentu.

2) Ton displacement (Δ), menunjukkan berat badan kapal di bawah WL atau berat air laut yang dipindahkan pada saat kapal berada dalam air pada draft tertentu.

3). Coefficient of block (Cb), menunjukkan perbandingan antara nilai volume displacement kapal dengan volume bidang balok yang mengelilingi badan kapal. Cb juga dikenal sebagai koefisien kegemukan badan kapal (Gambar 7).

(Sumber : Is 4) Coefficient of prismatic

displacement kapal dengan melintang tengah kapal Cp juga dikenal sebagai secara horizontal (Gambar 5) Coefficient vertical prismatic

volume displacementkapal pada WL tertentu secara juga dikenal sebagai koefisien vertikal (Gambar 8).

Gambar 8 Coefficient o

(Sumber : Is

Gambar 7 Coefficient of block(Cb)

(Sumber : Iskandar dan Novita, 1997 digambar ulang)

prismatic (Cp), menunjukkan perbandingan antara

kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area penampang tengah kapal (A) dan panjang kapal pada garis air tertentu

sebagai koefisien yang menunjukkan bentuk badan secara horizontal (Gambar 7).

al prismatic (Cvp), menunjukkan perbandingan kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area ka tertentu secara horizontal-longitudinal (Aw) dan draft kapal.

Dokumen terkait