HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.2.1. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area
Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi
pada suhu 400oC
Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu
400oC dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu
400oC
Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 400oC didapatkan:
86,8939 m2/g (Data B).
4.1.2.2. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area
Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi
Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu
450oC dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu
450oC
Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 450oC didapatkan:
89,0563 m2/g (Data C).
4.1.2.3. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area
Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi
pada suhu 500oC
Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu
Gambar 4.4 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu
500oC
Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 500oC didapatkan:
88,7607 m2/g (Data D).
4.1.3. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area
Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa
4.1.3.1. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area
Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
pada Suhu 400oC dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini:
Gambar 4.5 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
pada Suhu 400oC
Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi pada Suhu 400oC didapatkan:
90,2387 m2/g (Data E).
4.1.3.2. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area
Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
pada Suhu 450oC
Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
Gambar 4.6 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
pada Suhu 450oC
Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi pada Suhu 450oC didapatkan:
92,0123 m2/g (Data F).
4.1.3.3. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area
Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
pada Suhu 500oC
Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
Gambar 4.7 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi
pada Suhu 500oC
Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi pada Suhu 500oC didapatkan:
91,1255 m2/g (Data G).
4.2. Pembahasan
4.2.1. Hasil Analisis Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data
Surface Area Analyser untuk Bentonit Alam
Hasil Analisis Foto SEM dan Data Surface Area Analyser untuk Bentonit Alam
(gambar 4.1 dan Data A) dalam Penelitian ini digunakan sebagai Pembanding
terhadap Bentonit Terpilar-Fe2O3 dan terhadap Bentonit Terpilar-Fe2O3
Hasil Etsa.
Dari Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Alam (gambar 4.1) dapat dilihat bahwa Porositas Bentonit Alam tersebut relatif masih kecil yang disebabkan oleh pori-porinya yang masih tertutup oleh pengotor-pengotor yang terdapat di dalamnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan tidak tampaknya cekungan pori berwarna hitam yang diindikasikan sebagai bagian pori-pori dari bentonit alam tersebut.
Sedangkan bagian berwarna putih yang terlihat pada gambar 4.1 tersebut dapat dijelaskan sebagai permukaan bentonit alam yang banyak mengandung SiO2 dan
masih tertutupi oleh pengotor-pengotor lainnya.
Sementara dari Data Surface Area Analyser untuk Bentonit Alam
(Data A), dapat dilihat besarnya Luas Permukaan (Surface Area) Bentonit Alam
tersebut relatif masih kecil apabila dibandingkan dengan Luas Permukaan (Surface Area) dari bentonit-bentonit lainnya (Bentonit Terpilar-Fe2O3, dan
Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa).
4.2.2. Hasil Analisis Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data
Surface Area Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi
pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC
Dari Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada
suhu 400oC, 450oC, dan 500oC (gambar 4.2, gambar 4.3, dan gambar 4.4) dapat dilihat bahwa Porositas dari ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut berbeda-beda
menurut suhu kalsinasinya masing-masing. Dari ketiga gambar tersebut terlihat bahwa ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 itu telah memiliki Porositas yang cukup besar (apabila
dibandingkan dengan Bentonit Alam sebagai Pembanding), yang ditunjukkan oleh tampaknya cekungan berwarna hitam yang diindikasikan sebagai bagian pori-pori dari
ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut. Namun, di antara ketiga
Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut, Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada
suhu 450oC menunjukkan Porositas yang paling besar. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan cekungan berwarna hitam yang tampak lebih banyak dimiliki oleh Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 450oC tersebut.
Sementara dari Data Surface Area Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3
yang dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC (Data B, Data C, dan Data D),
dapat dilihat bahwa Luas Permukaan (Surface Area) dari ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut juga berbeda-beda menurut suhu kalsinasinya
masing-masing. Dari ketiga data tersebut juga terlihat bahwa ketiga Bentonit Terpilar- Fe2O3 itu telah memiliki Luas Permukaan (Surface Area) yang cukup besar (apabila
Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut, Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu
450oC juga menunjukkan Luas Permukaan (Surface Area) yang paling besar (89,0563 m2/g).
4.2.3. Hasil Analisis Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data
Surface Area Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang
dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC
Dari Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang
dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC (gambar 4.5, gambar 4.6, dan
gambar 4.7) dapat dilihat bahwa Porositas dari ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3
Hasil Etsa tersebut berbeda-beda menurut suhu kalsinasinya masing-masing. Dari ketiga gambar tersebut terlihat bahwa ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa itu
telah memiliki Porositas yang cukup besar (apabila dibandingkan dengan Bentonit Alam dan Bentonit Terpilar-Fe2O3 sebagai Pembanding), yang ditunjukkan
oleh tampaknya cekungan berwarna hitam yang diindikasikan sebagai bagian pori- pori dari ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa tersebut. Namun, di antara ketiga
Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa tersebut, Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang
dikalsinasi pada suhu 450oC menunjukkan Porositas yang paling besar di antara ketiganya. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan cekungan berwarna hitam yang lebih banyak dimiliki oleh Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang dikalsinasi pada suhu
450oC tersebut.
Sementara dari Data Surface Area Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3
Hasil Etsa yang dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC (Data B, Data C, dan Data D), dapat dilihat bahwa Luas Permukaan (Surface Area) ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa tersebut juga berbeda-beda menurut suhu kalsinasinya
masing-masing. Dari ketiga data tersebut juga terlihat bahwa ketiga Bentonit Terpilar- Fe2O3 Hasil Etsa itu telah memiliki Luas Permukaan (Surface Area) yang cukup besar
(apabila dibandingkan dengan Bentonit Alam dan Bentonit Terpilar-Fe2O3 sebagai
Pembanding). Namun, di antara ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa tersebut,
menunjukkan Luas Permukaan (Surface Area) yang paling besar di antara ketiganya (92,0123 m2/g).
BAB V