• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area

Dalam dokumen Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3 (Halaman 60-75)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.2.1. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area

Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi

pada suhu 400oC

Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

400oC dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

400oC

Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 400oC didapatkan:

86,8939 m2/g (Data B).

4.1.2.2. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area

Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi

Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

450oC dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

450oC

Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 450oC didapatkan:

89,0563 m2/g (Data C).

4.1.2.3. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area

Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi

pada suhu 500oC

Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

Gambar 4.4 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

500oC

Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 500oC didapatkan:

88,7607 m2/g (Data D).

4.1.3. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area

Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa

4.1.3.1. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area

Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

pada Suhu 400oC dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini:

Gambar 4.5 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

pada Suhu 400oC

Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi pada Suhu 400oC didapatkan:

90,2387 m2/g (Data E).

4.1.3.2. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area

Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

pada Suhu 450oC

Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

Gambar 4.6 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

pada Suhu 450oC

Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi pada Suhu 450oC didapatkan:

92,0123 m2/g (Data F).

4.1.3.3. Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data Surface Area

Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

pada Suhu 500oC

Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

Gambar 4.7 Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi

pada Suhu 500oC

Sementara Luas Permukaan (Surface Area) untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang Dikalsinasi pada Suhu 500oC didapatkan:

91,1255 m2/g (Data G).

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hasil Analisis Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data

Surface Area Analyser untuk Bentonit Alam

Hasil Analisis Foto SEM dan Data Surface Area Analyser untuk Bentonit Alam

(gambar 4.1 dan Data A) dalam Penelitian ini digunakan sebagai Pembanding

terhadap Bentonit Terpilar-Fe2O3 dan terhadap Bentonit Terpilar-Fe2O3

Hasil Etsa.

Dari Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Alam (gambar 4.1) dapat dilihat bahwa Porositas Bentonit Alam tersebut relatif masih kecil yang disebabkan oleh pori-porinya yang masih tertutup oleh pengotor-pengotor yang terdapat di dalamnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan tidak tampaknya cekungan pori berwarna hitam yang diindikasikan sebagai bagian pori-pori dari bentonit alam tersebut.

Sedangkan bagian berwarna putih yang terlihat pada gambar 4.1 tersebut dapat dijelaskan sebagai permukaan bentonit alam yang banyak mengandung SiO2 dan

masih tertutupi oleh pengotor-pengotor lainnya.

Sementara dari Data Surface Area Analyser untuk Bentonit Alam

(Data A), dapat dilihat besarnya Luas Permukaan (Surface Area) Bentonit Alam

tersebut relatif masih kecil apabila dibandingkan dengan Luas Permukaan (Surface Area) dari bentonit-bentonit lainnya (Bentonit Terpilar-Fe2O3, dan

Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa).

4.2.2. Hasil Analisis Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data

Surface Area Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi

pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC

Dari Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada

suhu 400oC, 450oC, dan 500oC (gambar 4.2, gambar 4.3, dan gambar 4.4) dapat dilihat bahwa Porositas dari ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut berbeda-beda

menurut suhu kalsinasinya masing-masing. Dari ketiga gambar tersebut terlihat bahwa ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 itu telah memiliki Porositas yang cukup besar (apabila

dibandingkan dengan Bentonit Alam sebagai Pembanding), yang ditunjukkan oleh tampaknya cekungan berwarna hitam yang diindikasikan sebagai bagian pori-pori dari

ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut. Namun, di antara ketiga

Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut, Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada

suhu 450oC menunjukkan Porositas yang paling besar. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan cekungan berwarna hitam yang tampak lebih banyak dimiliki oleh Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu 450oC tersebut.

Sementara dari Data Surface Area Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3

yang dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC (Data B, Data C, dan Data D),

dapat dilihat bahwa Luas Permukaan (Surface Area) dari ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut juga berbeda-beda menurut suhu kalsinasinya

masing-masing. Dari ketiga data tersebut juga terlihat bahwa ketiga Bentonit Terpilar- Fe2O3 itu telah memiliki Luas Permukaan (Surface Area) yang cukup besar (apabila

Bentonit Terpilar-Fe2O3 tersebut, Bentonit Terpilar-Fe2O3 yang dikalsinasi pada suhu

450oC juga menunjukkan Luas Permukaan (Surface Area) yang paling besar (89,0563 m2/g).

4.2.3. Hasil Analisis Foto SEM (Scanning Electron Microscope) dan Data

Surface Area Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang

dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC

Dari Hasil Analisis Foto SEM untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang

dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC (gambar 4.5, gambar 4.6, dan

gambar 4.7) dapat dilihat bahwa Porositas dari ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3

Hasil Etsa tersebut berbeda-beda menurut suhu kalsinasinya masing-masing. Dari ketiga gambar tersebut terlihat bahwa ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa itu

telah memiliki Porositas yang cukup besar (apabila dibandingkan dengan Bentonit Alam dan Bentonit Terpilar-Fe2O3 sebagai Pembanding), yang ditunjukkan

oleh tampaknya cekungan berwarna hitam yang diindikasikan sebagai bagian pori- pori dari ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa tersebut. Namun, di antara ketiga

Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa tersebut, Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang

dikalsinasi pada suhu 450oC menunjukkan Porositas yang paling besar di antara ketiganya. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan cekungan berwarna hitam yang lebih banyak dimiliki oleh Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa yang dikalsinasi pada suhu

450oC tersebut.

Sementara dari Data Surface Area Analyser untuk Bentonit Terpilar-Fe2O3

Hasil Etsa yang dikalsinasi pada suhu 400oC, 450oC, dan 500oC (Data B, Data C, dan Data D), dapat dilihat bahwa Luas Permukaan (Surface Area) ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa tersebut juga berbeda-beda menurut suhu kalsinasinya

masing-masing. Dari ketiga data tersebut juga terlihat bahwa ketiga Bentonit Terpilar- Fe2O3 Hasil Etsa itu telah memiliki Luas Permukaan (Surface Area) yang cukup besar

(apabila dibandingkan dengan Bentonit Alam dan Bentonit Terpilar-Fe2O3 sebagai

Pembanding). Namun, di antara ketiga Bentonit Terpilar-Fe2O3 Hasil Etsa tersebut,

menunjukkan Luas Permukaan (Surface Area) yang paling besar di antara ketiganya (92,0123 m2/g).

BAB V

Dalam dokumen Studi Pengetsaan Bentonit Terpilar Fe2O3 (Halaman 60-75)

Dokumen terkait