• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Konsep Keluarga

2.4.5 Teori Fungsi Afektif

The McMaster Model of Family Functioning (MMFF) merupakan konseptualisasi dari keluarga di dasarkan kepada klinis.Model MMFF ini mendeskripsikan perangkat struktur dan organisasi dari kelompok keluarga dan pola-pola transaksi antara anggota keluargayang dapat

membedakan antara fungsi keluarga yang baik dan fungsi keluarga yang kurang baik.(Epstein et al, 1983).

Terdapat 6 dimensi dari fungsi afektif keluarga menurut teori The McMaster Model of Family Functioning (MMFF) :

1. Pemecahan masalah

Dimensi ini menunjukkan kepada kemampuan keluarga untuk memecahkan masalah pada setiap level sehingga dapat menjaga fungsi keluarga tetap efektif. Masalah yang dihadapi dalam keluarga secara konseptual dibagi menjadi 2 tipe, yaitu

masalah instrumental dan masalah afektif. Masalah

instrumental berkaitan denganmasalah teknis dalam kehidupan sehari-hari seperti pengaturan keuangan atau memutuskan lokasi tempat tinggal. Masalah afektif merupakan masalah yang berhubungan dengan pengalaman emosi dan perasaan (Miller et al,.2000).

Dalam The McMaster Model of Family Functioning (MMFF), terdapat 7 tahapan dalam proses menyelesaikan masalah .(Epstein et al, 2003). Yaitu :

a. Mengidentifikasi masalah

b. Mengkomunikasikan masalah dengan orang yang tepat dalam keluarga

c. Mengembangkan alternative sosial yang mungkin untuk dilakukan

e. Melaksanakan keputusan

f. Melakukan monitoring terhadap langkah yang telah

dilaksanakan

g. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan proses pemecahan masalah.

Keluarga yang berfungsi dengan baik akan membuat langkah- langkah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu, mendiskusikan permasalahan, mengkomunikasikan permasalahan tersebut satu sama lain, dan memutuskan tindakan yang tepat.(Epstein et al, 2003).

1. Komunikasi

Komunikasi dalam fungsi keluarga didefinisikan sebagai pertukaran informasi secara verbal di dalam keluarga .(Epstein et al, 2003). Komunikasi disini di fokuskan pada komunikasi secara verbal yang lebih dapat diukur. Bukan berarti komunikasi nonverbal dalam keluarga menjadi tidak penting. Hanya saja komunikasi nonverbal memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kesalahpahaman. Selain itu, komunikasi nonverbal secara metodeologis sulit diukur menjadi data daalam penelitian ( Miller et al, 2000). Fokus pada The McMaster Model of Family Functioning (MMFF) adalah melihat pola komunikasi dalam keluarga .(Epstein et al, 2003).

Komunikasi dalam keluarga juga dibagi menjadi dua area komunikasi instrumental dan komunikasi Afektif. Ada dua aspek lain bisa dilihat dalam komunikasi yang jelas terselubung, dan langsung atau tidak langsung. Pada komunikasi yang jelas atau terselubung dapat di lihat

apakan isi dari pesan tersebut disampaikan melalui pernyatan yang jelas atau hanya sebagai pernyataan kamflase, samar-samar, atau ambigu. Pada komunikasi yang dilihat dalam kontinum langsung atau tidak langsung di tujukan pada orang yang tepat atau dialihkan kepada orang lain.

2. Peran

Peran didalam keluarga didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki pola terselubung yang dikatakan oelh anggota keluarga untuk memenuhi fungsi keluarga .(Epstein et al, 2003). Terdapat beberapa fungsi dimana seluruh anggota keluarga dapat memahami fungsi tersebut untuk menciptakan keluarga yang sehat MMFF menemukan adanya 5 peran dasar keluarga yaitu :

a. Penyediaan sumber daya, meliputi fungsi dan tugas yang berkaitan dengan penyediaan uang, makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

b. Perawatan dan dukungan, meliputi penyediaan

kenyamanan, kehangatan, rasa aman, dan dukungan untuk anggota keluarga.

c. Kepuasan seksual dewasa, pasangan suami istri secara personal merasakan kepuasan dalam hubungan seksual satu sama lain.

d. Pengembangan pribadi, merupakan tugas dan fungsi

keluarga untuk mendukung anggota keluarga dalam

perkembangan fisik, emosi, sosial, dan pendidikan anak- anak, serta pengembangan karir dan perkembangan sosial dewasa.

e. Pemeliharaan dan pengelolaan system keluarga, meliputi berbagai fungsi yang melibatkan teknik dan tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan standar keluarga seperti pengambilan keputusan, bataasan dan fungsi keanggotaan dalam keluarga, implementasi dan control perilaku, pengaturan keuangan rumah tangga, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengasuhan dan kesehatan keluarga.

Fungsi keluarga dapat dikatakan baik adalah keluarga yang dapat memenuhi semua fungsi kebutuhan keluarga. Selain itu, keluarga yang sehat adalah keluarga yang memiliki proses penyebaran dan pelaksanaan tanggung jawab yang jelas dan tepat (Epstein et al., 1978).

3. Responsivitas Afektif

Responsivitas afektif didefinisikan sebagai kemampuan berespon terhadap stimulus yang ada dengan kualitas dan kuantitas perasaan yang tepat ((Epstein et al., 2003). Pada dimensi ini terdapat aspek kuantitatif yang berfokus pada derajat respon afektif berdasarkan kontinum dari ketiadaan respon sampai respon yang wajar, atau respon yang cukup dapat di terima sampai respon yang berlebihan. Sedangkan pada aspek kualitatif dapat dilihat apakah anggota keluarga dapat berespon dengan menggunakan berbagai macam variasi emosi yang

ada dan respon yang ditampilkan sesuai dengan stimulus dan konteks situasi yang terjadi (Miller, 2000).

Pada kelurga yang sehat, seluruh anggota keluarga memiliki kemampuan untuk mengekspresikan berbagai macam emosi, emosi yang di tampilkan sesuai dengan konteks situasi, dan memiliki kesesuaian sesuai intensitas dan durasi.

4. Keterlibatan afektif

Keterlibatan afek merupaka sejauh mana anggota keluarga menunjukkan keterkaitan dan penghargaan kepada aktivitas dan minat anggota keluarga lainnya (Epstein et al, 2003). Dimensi ini memfokuskan kepada seberapa banyak keterkaitan yang ditunjukkan oleh anggota keluarga satu sma lain.

5. Kontrol perilaku

Dimensi ini menjelaskan mengenai pola yang di adopsi oleh keluarga untuk menangani perilaku anggota keluarga dalam tiga area berikut ini yaitu, situasi yang membahayakan secara fisik, situasi yang melibatkan pemenuhan kebutuhan dan dorongan psikobiologis, situasi yang melibatkan perilaku sosialisasi interpersonal baik di antara anggota keluarga maupun dengan orang lain di luar keluarga.(Epstein et al, 2003).

Setiap keluarga memiliki aturan standar masing-masing tentang perilaku yang bisa diterima pada setiap anggota keluarga. Terdapat 4 kategori control perilaku dalam keluarga yang di dasarkan pada variasi standard dan perilaku yang dapat di terima :

a. Kontrol perilaku yang kaku b. Kontrol perilaku yang fleksibel c. Kontrol perilaku laisses-fire d. Kontrol perilaku tidak beraturan

Berdasarkan penjelasan di atas, fungsi keluarga yang paling baik dan efektif adalah keluarga yang menerapkan control perilaku yang fleksibel, sedangkan fungsi keluarga yang paling tidak efektif adalah keluarga dengan tipe control perilaku yang tidak beraturan.

2.5 Hubungan antara fungsi afektif keluarga dengan kecerdasan emosional

Dokumen terkait