• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Etika Bisnis Perspektif Islam

3. Fungsi Etika Bisnis Islam

Menurut buku milik Johan Arifin yang berjudul Etika Bisnis Islam pada dasarnya terdapat fungsi khusus yang diemban oleh etika bisnis Islam di antaranya adalah:

a. Etika bisnis berupaya mencari cara untuk menyelaraskan dan menyerasikan berbagai kepentingan dalam dunia bisnis.

b. Etika bisnis juga mempunyai fungsi untuk senantiasa melakukan perubahan kesadaran bagi masyarakat tentang bisnis, terutama bisnis Islami dan caranya biasanya dengan memberikan suatu pemahaman serta cara pandang baru tentang pentingnya bisnis dengan menggunakan landasan nilai-nilai moralitas dan spiritualitas, yang kemudian terangkum dalam suatu bentuk yang bernama etika bisnis.

c. Etika bisnis Islami juga berperan memberikan satu solusi terhadap berbagai persoalan bisnis modern ini yang semakin jauh dari

18 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam., 466

nilai etika, dalam arti bahwa bisnis yang beretika harus benar-benar merujuk pada sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan sunnah.19 Fungsi etika bisnis Islam tersebut sangat berpengaruh besar dalam hasil suatu usaha tingkah wirausaha yang baik akan menentukan suatu usahanya tersebut dapat ke arah yang berhasil atau gagal.

4. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam

Al-Qur’an menegaskan dan menjelaskan bahwa di dalam berbisnis tidak boleh dilakukan dengan cara kebathilan dan kedzaliman, akan tetapi dilakukan atas dasar sukarela atau keridhoan, baik ketika untung ataupun rugi, ketika membeli atau menjual dan sebagainya. irman Allah pada AL-Qur’an Surat An-Nisa ayat 29 sebagai berikut :



Atinya :”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Ayat di atas menjelaskan bahwa aturan main perdagangan Islam melarang adanya penipuan di antara kedua belah pihak yakni penjual dan pembeli harus ridha dan sepakat serta harus melaksanakan berbagai etika yang harus dilakukan oleh para pedagang Muslim dalam melaksanakan

19 Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009), 76.

20 Q.S An – Nisa (4) : 29

jual beli, dengan menggunakan dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, diharapkan suatu usaha perdagangan seorang Muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah dari Allah SWT di dunia dan di akhirat. Etika perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli masing-masing akan saling mendapat keuntungan.

B. Transaksi

Transaksi adalah pertukaran barang – barang atau atau jasa – jasa pada tingkat harga tertentu atau dalam jumlah uang tertentu.21 Pertama kali kita mengenal transaksi dngan istilah barter yaitu pertukaran barang dengan barang atau jasa dengan jasa. Kemudian transaksi mengalami perkembangan sesuai dengan konsep pemikiran dan agama yang berkembang pada suatu masyarakat.

Manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Ini berarti, setiap orang pasti butuh untuk hidup bersama dengan orang disekelilingnya. Agama Islam memberikan penjelasan tentang konsep akad transaksi secara indah dan istimewa, yang telah dijelaskan dalam QS. Al – Jatsiyah(45) : 12 - 13



21 Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, Manajemen Keuangan Satu, Edisi 3, (Jakarta: PT.

Prehanllindo, 2001), 499.



kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan mudah – mudahan kamu bersyukur. Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada – Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda – tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al – Jasiyah 12 – 13)

Dari ayat di atas dijelaskan tentang kewajiban berusaha mencari harta di jalan – Nya. Dan Allah menganugerahkan sumber daya alam untuk dikelola dalam menjadikannya sumber rezeki. Bahwa setiap orang mendapatkan rezeki dan kemudahan yang berbeda – beda. Dan Allah menjelaskan apa yang sudah menjadi milik orang, maka itu tidak boleh direbut atau diambil kecuali dengan transaksi yang dibenarkan syari’at islam. Khususnya yang terkait dengan pengelolaan dana (harta). Akad atau transaksi itu sangat penting. Transaksi inilah yang mengatur hubungan antar pihak yang terlibat atau pihak yang bertransaksi.

Transaksi itu juga yang mengikat hubungan antara pihak satu yang bertransaksi dengan pihak kedua yang bertransaksi, karena dasar hubungan transaksi adalah penampakan sikap ridha dan pelaksanaan semua yang menjadi orientasi kedua transaktor (orang yang melakukan transaksi), yang dijelaskan dalam komitmen transaksionalnya, kecuali bila

22 Q.S Al- Jasiyah (45) : 12-13.

menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, atau mengandung unsur pelanggaran terhadap hukum – hukum Allah.

Transaksi didunia bisnis yang ada pada saat ini transaksi juga dikenal sebagai transaksi pinjaman. Transaksi pinjaman adalah peminjaman antara barang dan jasa. Secara realistis transaksi pinjaman tidaklah termasuk usaha pengembangan modal. Tetapi hubungan bisnis dibawah naungan ajaran syariat tidak hanya didasari oleh pertimbangan berbagai kepentingan semata, tetapi juga diselimuti oleh cahaya kasih sayang dan kesantunan.23

Transaksi dilakukan harus dengan sukarela, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Islam mewajibkan agar setiap transaksi, dilandasi dengan niat yang baik dan ikhlas karena Allah SWT. Secara rukun dan syarat merupakan faktor yang perlu diperhatikan oleh para pelaku transaksi.

Karena jika ada salah satu rukun ataupun syarat yang tidak terpenuhi maka transaksi yang dilakukanpun dianggap tidak sah menurut syari’at islam.

C. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli menurut pengertian lughawi adalah saling menukar (pertukaran).24 Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain

23 Shalah ash Shawi dan Abdullah al-Muslih, Fiqih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta : Darul Haq, 2008), 259.

24 Sayid Sabiq, Fiqh Sunah, Jilid 12, (Bandung : PT Al-Ma’arif,1998),. 46.

atas dasar saling merelakan.25 Jual beli merupakan suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara suka rela di antara kedua belah pihak.

Menurut Hendi Suhendi, jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda – benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan Syara’ dan disepakati.26 Tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.

Menurut Hanafiah yang dikutip oleh Rachmat Syafei jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).27 Menurut Ibnu Qudamah yang dikutip oleh Rachmat Syafei jual beli adalah pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik28 dengan barang yang bernilai atas dasar suka sama suka dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Dari definisi yang telah diungkapkan di atas, dapat dipahami bahwa jual beli menurut Islam adalah pertukaran suatu barang untuk mendapatkan atau memperoleh barang lainya yang berlandaskan syari’at Islam atau dapat diartikan pertukaran suatu barang dengan barang lain atau diartikan juga barang yang ditukar harta dengan harta untuk saling menjadi milik.

25 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), 67.

26 Ibid, 68.

27 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Semarang : Pustaka Setia, 2001), 73.

28 Ibid.

2. Rukun dan Syarat Jual beli a. Rukun jual beli

1) Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli).

2) Ada shighat (lafal ijab dan qabul).

3) Ada barang yang dibeli.

4) Ada nilai tukar pengganti barang.29

Menurut Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah rukun akad jual beli terdiri dari :

1) Pihak – pihak yang berakad

Pihak – pihak yang berakad adalah orang perseorangan, kelompok orang, persekutuan, atau badan usaha. Orang yang berakad harus cakap hukum, berakal dan tamyiz.30 Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila hukumnya tidak sah.

2) Objek akad

Objek akad adalah amwal atau jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan oleh masing – masing pihak. Objek akad harus suci, bermanfaat, milik sempurna dan dapat diserahterimakan.31 Objek boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.

29 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 114

30 Pusat Pengkajian Hukum Islam Dan Masyarakat Madani (PPHIMM), Komplikasi Hukum Ekonomi Syari’ah, (Jakarta : Kencana, 2006), 22

31 Ibid.

3) Tujuan pokok akad

Akad bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan usaha masing – masing pihak yang mengadakan akad.32 Akad juga bertujuan untuk memindahkan barang dari penjual kepada pembeli dengan diberi ganti.

4) Kesepakatan

Sighat akad dapat dilakukan dengan jelas, baik secara lisan, tulisan atau perbuatan.33 Sighat akad perlu diungkapkan secara jelas dalam transaksi jual beli, juga harus dilakukan atas dasar kerelaan kedua belah pihak.

b. Syarat Jual beli

Penjual dan pembeli dengan memenuhi syarat, yaitu :

1) Berakal. Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila hukumnya tidak sah.

2) Ijab Qabul. Apabila ijab dan qabul telah diucapkan dalam akad jual beli, maka pemilikan barang atau uang telah berpindah tangan dari pemilik semula.

3) Objek. Barang yang diperjual belikan dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.

4) Harga barang.34 Harga harus disepakati oleh kedua belah pihak dan harus jelas jumlahnya.

5) Bukan dipaksa (kehendaknya sendiri). Dalam jual beli hendaklah atas kemauan diri sendiri bukan karena paksaan orang lain agar jual beli yang dilakukan memenuhi syarat jual beli.

34 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah., 118

35 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah., 76

D. Pasar Tradisional

1. Pengertian Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah tempat yag dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Darah yang merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam proses transaksi jual beli secara langsung dalam bentuk eceran dengan proses tawar menawar dan bangunannya biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain situ, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar tradisional biasanya ada dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan terbatas. Pasar seperti ini umumnya dapat ditemukan di kawasan permukiman agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.

2. Konsep Pasar Tradisional

Ciri-ciri pasar tradisional sebagai berikut: 36

a. Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan atau dikelola oleh pemerintah daerah.

b. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.

c. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.

Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga

36 Nel Arianty, Analisis Perbedaan Pasar Modern dan Pasar Tradisional Ditinjau Dari Strategi Tata Letak (Lay Out) Dan Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar Tradisional, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 13 no. 01 April 2013 ISSN 1693-7619., 18

terdapat pengelompokan dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu, dan daging.

d. Harga barang-barang yang dijual di pasar ini biasanya relatif murah dan sangat terjangkau

e. Area pasar tradisional umumnya berada di tempat yang terbuka f. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.

Barang dagangan yang dijual di pasar tradisional ini adalah hasil bumi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun tidak sampai mengimport hingga keluar pulau atau Negara.

Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi pemerintah daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena di dalam pasar tradisional terdapat banyak aktor yang memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan kehidupannya baik itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya.

Pasar tradisional memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut: 37

a. Kelebihan

1) Di pasar ini tidak terjadi monopoli pasar oleh produsen tertentu.

2) Pendapatan para penjual cenderung merata, tergantung cara bernegosiasi dengan para pembeli.

3) Pemerintah tidak bisa melakukan intervensi terhadap operasional di pasar ini.

4) Penjual dapat masuk dan keluar pasar dengan mudah.

b. Kekurangan

1) Pertumbuhan ekonomi di pasar ini termasuk cukup lambat.

2) Tidak ada inovasi di dalam pasar sehingga kualitas produk dan layanan cenderung tidak berkembang.

37 Ibid.,

3) Jenis pasar ini sangat terikat dengan budaya setempat sehingga sulit untuk berubah.

4) Produk yang dijual terbatas karena bergantung pada hasil kekayaan alam, misalnya sayuran, ternak, dan bahan baku makanan lainnya.

5) Nilai atau harga satu barang pada pasar ini didasarkan pada proses tawar menawar dan tidak ada standar bakunya.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya.38 Penelitian lapangan bertujuan mempelajari secara intensif latar belakang dan keadaan sekarang dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu keadaan sosial yaitu tentang Implementasi Etika Bisnis Islam dalam Transaksi Jual Beli Pada Pedagang Pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, metode deskriptif kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.39 Penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa: “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk membuat pencandraan

38Kartono Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial. (Bandung: Penerbit Alumni, 1980), 27.

39 Kartono Kartini, pengantar metodologi, 28.

(deskriptif) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.40 Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, sehingga peneliti dapat mengetahui secara langsung data hasil wawancara yang telah dilaksanakan serta mendapatkan bukti kebenaran dalam proses penelitian.

Penelitian bersifat deskriptif yang peneliti maksudkan adalah penelitian yang memberikan penjelasan mengenai “Implementasi Etika Bisnis Islam dalam Transaksi Jual Beli pada Pedagang Pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran”

B. Sumber Data

Sumber data subjek yang memberi data/informasi penelitian yang dibutuhkan. Sumber data bisa berupa manusia, benda, keadaan, dokumen, atau institusi.41 Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dan digali langsung dan sumber pertama atau subyek penelitian.42 Penelitian ini mendapatkan data langsung dari lokasi penelitian yang bersumber dari pedagang dan pembeli pada Pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran oleh peneliti dalam membahas

40Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2014) Cet. ke 25, 75.

41 Suraya Murcitaningrum, Pengantar Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Yogyakarta:

Prudent Media, 2013), 19.

42 Ibid. 20.

Implementasi Etika Bisnis Islam dalam Transaksi Jual Beli Pada Pedagang Pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang bersumber dari bahan-bahan bacaan seperti buku, hasil penelitian, dan lain sebagainya yang dapat mendukung data primer.43 Sumber data sekunder yang peneliti gunakan berasal dari buku-buku teori atau referensi yang berhubungan dengan Etika Bisnis Islam dan Transaksi Jual Beli. Referensi yang akan dijadikan sumber data sekunder antara lain: Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam. Pandji Anoraga, Pengantar Bisnis. Muhammad Ismail Yunanto, Menggagas Bisnis Islami. Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis dalam Islam. Ahmad Nur Zaroni, Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Aspek Keagamaan Dalam Kehidupan Ekonomi). Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah. Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.44 Pengumpulan data dilakukan langsung dengan mendekati para responden baik dengan melakukan interview

43 Rony Kountor, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 178.

44 Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 133.

(wawancara), maupun dengan jalan observasi (pengamatan).45 Pencatatan data dilakukan di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data dan harus dicatat apa adanya.

Pengumpulan data merupakan salah satu langkah awal yang harus ditempuh oleh seorang peneliti dalam sebuah penelitian. Pada hakikatnya penelitian adalah mengumpulkan data yang sesungguhnya secara objektif.

Pengumpulan data penulis menggunakan.

1. Metode Interview/ Wawancara

Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, yaitu merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.46Dengan demikian metode wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dengan tujuan mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara dua orang atau lebih, di mana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan peranan mereka masing-masing. Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari penjual dan pembeli di pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran tentang Implementasi Etika Bisnis Islam dalam Transaksi Jual Beli.

2. Metode Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti baik secara

45 Sugiyono, Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), 137.

46Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2013), 384.

langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya dengan disertai pencatatan-pencatatan.47 Lokasi observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran.

D. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi serta membuat kesimpulan agar dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.48 Dalam proses analisis data peneliti menggunakan analisis deskripstif kualitatif dengan menggunakan cara berfikir iduktif.

Analisis deskriptif kualitatif adalah menggambarkan dan menjabarkan secara jelas mengenai perilaku pedagang di Pasar Tradisional Roworejo di lapangan. Cara berfikir induktif yaitu proses induktif yang selalu digunakan pada penelitian dengan pendekatan kualitatif, penularan induktif merupakan proses berfikir yang berdasarkan kesimpulan umum pada kondisi khusus.49 Cara berfikir ini, peneliti gunakan untuk melihat implementasi etika bisnis Islam dalam transaksi jual beli pada pedagang Pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran.

47 Rony Kountor, Metode Penelitian, (Jakarta :Bumi Aksara 2005),178

48Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2013), 248.

49 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disrtasi dan Karya Ilmiah, Edisi Pertama, (Jakarta : Kencana, 2012 ), 17.

28 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Sejarah Pasar Tradisional Roworejo

Pasar tradisional Roworejo berada di Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran. Pasar ini di buka mulai tahun 1947 dan dibangun sejak tahun 1958. Pemerintah membangun dengan luas lahan 7000 m2.

Pasar tradisional Roworejo secara administrative terletak di KecamatanNegerikaton. Pasar Tradisional Roworejo berada di pinggir Jalan utama Roworejo, sehingga menjadi sentra ekonomi utama disana.

Pasar tradisional Roworejo digolongkan sebagai pasar wilayah dibawah naungan Dinas Pasar yang dinaungi oleh PEMDA (Pemerintah Daerah), pasar ini buka mulai pagi hingga siang hari. Barang-barang yang dijual beraneka ragam diantaranya kebutuhan pokok, sayur mayur, ikan, bumbu, buah-buahan, peralatan rumah tangga, dan pakaian. Mayoritas pedagang yang berada di Pasar Roworejo berasal dari sekitar Kecamatan Negerikaton.50

2. Letak Geografis Pasar Tradisional Roworejo

Pasar Tradisional Roworejo mempunyai batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Desa Sidomulyo b. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Dengan Lumbirejo

50Wawancara kepada Bapak M Yusuf, Kepala Pasar Tradisional Roworejo pada hari Rabu 11 Desember 2019

c. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Way Sekampung d. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Pekon Panggungrejo

Kabupaten Pringsewu

3. Sarana dan Prasarana yang ada di Pasar Tradisional Roworejo a. Toko, kios :50 unit

b. Tendensasi : 10 unit c. Grobok sampah : 2 unit

d. Kamar mandi dan mushola : 1 unit e. Petugas kebersihan : 2 orang

f. Satpam dan penjaga malam : 2 orang51

51Wawancara dengan Bapak M Yusuf, Kepala Pasar Tradisional Roworejo pada hari Rabu 11 Desember 2019.

4. Susunan Kepengurusan Dinas Pasar Tradisional Roworejo STRUKTUR KEPENGURUSAN

PASAR TRADISIONAL ROWOREJO

KECAMATAN NEGERIKATON KABUPATEN PESAWARAN52

52Dokumen Struktur Kepengurusan Pasar Tradisional Roworejo dikutip pada 11 Desember 2019.

5. Denah Pasar Tradisional Roworejo53

53Dokumen Denah Pasar Tradisional Roworejo dikutip pada hari Rabu 11 Desember 2019.

54Wawancara kepada Bapak M. Yusuf Kepala Pasar Tradisional Roworejo, pada hari Rabu 11 Desember 2019

h. Pedagang daging : 2

i. Toko ikan : 10

j. Warung nasi : 3 k. Toko jamu : 3 l. Toko pertanian : 5 m. Hamparan pedagang sayuran: 15

Jadi jumlah keseluruhannya mencapai 83 pedagang.

B. Implementasi Etika Bisnis Islam dalam Transaksi Jual Beli Pada Pedagang Pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran

1. Pelaksanaan Transaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Roworejo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran (Studi Kasus Pedagang Beras, Pedagang Daging, dan Pedagang Buah)

Transaksi adalah pertukaran barang – barang atau atau jasa – jasa pada tingkat harga tertentu atau dalam jumlah uang tertentu.55 Pertama kali kita mengenal transaksi dngan istilah barter yaitu pertukaran barang dengan barang atau jasa dengan jasa. Kemudian transaksi mengalami perkembangan sesuai dengan konsep pemikiran dan agama yang berkembang pada suatu masyarakat.

Transaksi adalah pertukaran barang – barang atau atau jasa – jasa pada tingkat harga tertentu atau dalam jumlah uang tertentu.55 Pertama kali kita mengenal transaksi dngan istilah barter yaitu pertukaran barang dengan barang atau jasa dengan jasa. Kemudian transaksi mengalami perkembangan sesuai dengan konsep pemikiran dan agama yang berkembang pada suatu masyarakat.

Dokumen terkait