• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kecamatan Karawang Timur Perubahan penggunaan lahan atau alih fungsi lahan di Kecamatan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kecamatan Karawang Timur Perubahan penggunaan lahan atau alih fungsi lahan di Kecamatan

Karawang Timur terjadi hampir setiap tahun terutama pada lahan sawah. Perubahan penggunaan lahan tersebut menjadi industri, pemukiman, maupun sarana dan prasarana seperti restoran, bengkel, dan lain-lain. Secara umum peruntukkan lahan di Kecamatan Karawang Timur adalah sawah, tegalan, pekarangan, bangunan, kolam, dan lain-lain. Sebagian besar lahan yang ada di wilayah ini merupakan lahan sawah yaitu sebesar 58,60 persen dari luas wilayah. Laju alih fungsi lahan dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Karawang 2011 Gambar 7. Laju Luasan Lahan Sawah di Kecamatan Karawang Timur

Tahun 2006 – 2011

Gambar 7 menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan jumlah lahan sawah diKecamatan Karawang Timur.Laju alih fungsi lahan sawah selama enam tahun terakhir 2006-2011 sejak terbentuknya Kecamatan Karawang Timur mengalami penurunan sebesar 0,47 persen. Adanya penambahan jumlah lahan sawah pada tahun 2009 menyebabkan peningkatan drastis terhadap luas lahan sawah di Kecamatan Karawang Timur. Berdasarkan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Karawang pertambahan luas lahan sawah disebabkan

1680 1700 1720 1740 1760 1780 1800 1820 1840 1860 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun Lua s La ha n S a w a h Lahan Sawah

karena adanya perubahan lahan dari lahan kering ke lahan sawah seluas 3.387 hektar di Kabupaten Karawang yang dilakukan pada beberapa kecamatan salah satunya Kecamatan Karawang Timur. Pertambahan luas lahan sawah oleh Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Karawang dilakukan untuk mempertahankan kondisi Kabupaten Karawang sebagai lumbung padi nasional.

Alih fungsi lahan paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 254,60 hektar. Lahan yang paling banyak mengalami alih fungsi adalah lahan sawah irigasi teknis. Penurunan luasan lahan sawah menunjukkan bahwa terjadinya pembangunan di sektor non-pertanian yang dilakukan pada lahan sawah produktif. Sebagian besar lahan yang dialifungsikan dijadikan sebagai pemukiman atau perumahan. Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No 5 Tahun 1974 bahwa lokasi pembangunan kompleks perumahan oleh perusahaan sedapat mungkin menghindari lahan pertanian subur dan mengutamakan tanah yang kurang produktif.

Penambahan luas lahan sawah yang dilakukan pada tahun 2009 tidak mampu dipertahankan oleh pemerintah daerah. Hal ini terbukti dari penurunan yang sangat drastis luas lahan sawah sebesar 5,57 persen pada tahun 2011 (Gambar 9) dibandingkan tahun sebelumnya. Adanya Undang-Undang No 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang sepertinya belum diaplikasikan sepenuhnya. Dalam undang-undang tersebut menyebutkan bahwa seharusnya dalam penyusunan RTRW mempertimbangkan budidaya tanaman pangan dimana perubahan fungsi ruang kawasan pertanian menjadi kawasan pertambangan, pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya memerlukan kajian dan penilaian

atas perubahan fungsi ruang tersebut secara lintas sektor, lintas daerah, dan terpusat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lahan yang mengalami perubahan penggunaan merupakan lahan sawah. Dalam mengimplementasikan peraturan dan kebijakan sepertinya pemerintah masih mengalami banyak kendala. Pemerintah daerah menghadapi kendala dimana disatu sisi perlu memacu pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan penduduk namun juga perlu mempertahankan lahan sawah. Inilah yang menjadi masalah di Kecamatan Karawang Timur dimana wilayah ini diperuntukan sebagai wilayah pemukiman perkotaan, tetapi penggunaan lahan dilakukan di lahan sawah.

Dalam proses alih fungsi lahan sawah di Kecamatan Karawang Timur seringkali menyebabkan tumpang tindih kepentingan antara aktor-aktor terkait, yaitu petani, pemerintah, dan pihak swasta atau pembeli. Pemerintah sebagai pemberi izin, memberikan izin terhadap pembangunan yang disesuaikan dengan tata ruang wilayah. Petani sebagai pemilik lahan seringkali merasa sebagai pihak yang selalu dirugikan akibat adanya perubahan penggunaan lahan dan pihak swasta selalu menjadi pihak yang diuntungkan. Adanya bujukan dari berbagai pihak terutama makelar (calo) yang memaksa petani untuk menjual lahannya seperti harga lahan serta masih dapatnya petani menggarap lahan yang dimiliki selama lahan tersebut belum mengalami pembangunan menjadi pendorong penjualan lahan oleh petani. Adanya keterpaksaan inilah yang pada akhirnya merugikan petani. Petani menjadi kehilangan mata pencaharian.

Saat ini sebagian besar lahan sawah di Kecamatan Karawang Timur dimiliki oleh pihak swasta dan orang-orang di luar kecamatan ataupun kabupaten. Wibowo (1996) dalam Irawan (2005) mengungkapkan bahwa pelaku pembelian

tanah biasanya bukan penduduk setempat sehingga mengakibatkan terbentuknya lahan-lahan guntai yaitu lahan yang dimiliki oleh orang-orang di luar kecamatan atau kabupaten yang secara umum rentan terhadap proses alih fungsi lahan. Saat ini, hanya 14,29 persen lahan sawah di Kecamatan Karawang Timur yang dimiliki oleh petani5. Sisa lahan sawah banyak dimiliki oleh pihak-pihak swasta dan perseorangan diluar Kabupaten Karawang. Akan tetapi masih terdapat banyak lahan yang belum mengalami pembangunan. Lahan-lahan yang belum mengalami pembangunan tetap dibiarkan untuk digarap oleh petani dengan syarat bagi hasil. Sistem bagi hasil yang banyak diterapkan oleh sebagian besar petani di Kecamatan Karawang Timur adalah 1/3 dari hasil diberikan oleh pemilik dan sisanya (2/3) dimiliki petani. Namun, saat lahan tersebut akan dibangun petani harus mencari lahan baru. Inilah yang banyak merugikan petani akibat adanya alih fungsi lahan sawah di Kecamatan Karawang Timur.

Meskipun ada aturan bahwa adanya larangan penggunaan lahan sawah untuk pembangunan non-pertanian. Namun, pembangunan terutama perumahan atau pemukiman baik di lahan sawah ataupun lahan darat di Kecamatan Karawang Timur tetap terjadi. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang tentang RTRW bahwa kawasan ini memang dijadikan sebagai kawasan permukiman perkotaan dan industri. Selain itu, Kecamatan Karawang Timur memiliki akses jalan yang lebih mudah dan wilayah ini memang merupakan pusat Kabupaten Karawang. Luas pemukiman yang terbangun di Kecamatan Karawang Timur dapat dilihat pada Tabel 10.

      

5 

Tabel 10. Luas Lahan Pemukiman (Bangunan, Pekarangan) di Kecamatan Karawang timur Tahun 2006-2011

Tahun Luas Lahan Pemukiman(Bangunan, Pekarangan)

2006 646 2007 1073 2008 873 2009 227 2010 227 2011 322 Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Karawang

2011(diolah)

Tabel 10 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan luas lahan sawah pada tahun 2009 menyebabkan penurunan luas lahan pemukiman yang sangat drastis dengan laju 74,00 persen. Kemudian penurunan luas lahan yang terjadi pada tahun 2011 di wilayah ini disebabkan karena adanya peningkatan luas lahan pemukiman sebesar 41,85 persen.

Adanya pembangunan jalan karawang bypass dengan tujuan untuk memudahkan jalur transportasi juga menjadi salah satu pemicu banyak investor yang tertarik berinvestasi di bidang property atau perumahan di Kecamatan Karawang Timur. Sampai tahun 2011, jumlah perusahaan yang membangun perumahan di Kecamatan Karawang Timur terus bertambah. Namun, jumlah perusahaan pembangun perumahan yang membangun diatas lahan sawah mencapai 29 perusahaan yang tersebar di 4 desa dan 4 kelurahan. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (2012), total luas perumahan yang dibangun diatas lahan sawah luasnya mencapai 235,54 hektar . Jumlah perusahaan pembangun perumahan di setiap desa dan kelurahan di Kecamatan Karawang timur dapat dilihat pada Tabel 11.

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun J u m la h P e n dudu k ( J iw a ) Jumlah Penduduk

Tabel 11. Jumlah Perusahaan Pembangun Perumahan di Lahan Sawah di Kecamatan Karawang Timur Tahun 2000-2011

Desa/ kelurahan Jumlah Perusahaan Luas Perumahan (Ha)

Margasari 1 8,50 Kondangjaya 12 124,94 Warungbambu 1 12,00 Karang wetan 5 25,38 Adiarsa timur 1 3,78 Palumbonsari 9 57,82 Jumlah 29 232,42

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang 2012 (diolah)

Pembangunan pemukiman di wilayah ini dipicu oleh jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun. Tahun 2006 jumlah penduduk Kecamatan Karawang Timur mencapai 90.485 jiwa dan mengalami peningkatan sebesar 27.516 jiwa sehingga pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 118.001 jiwa. Tren pertumbuhan penduduk di Kecamatan Karawang Timur dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini.

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011

Gambar 8. Tren Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Karawang Timur Tahun 2006-2010

Rata- rata peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Karawang Timur sebesar 103.293 jiwa dengn laju 5,76 persen setiap tahun. Peningkatan ini terjadi seiring dengan adanya kelahiran serta banyak penduduk pendatang yang tinggal di

wilayah ini. Letak wilayah yang strategis juga mendorong terjadinya pertambahan jumlah penduduk di wilayah ini.

Penurunan luas lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Karawang Timur terjadi tidak hanya disebabkan oleh pembangunan pemukiman atau perumahan namun juga disebabkan karena adanya pembangunan jalan, rumah sakit, gudang dan lain-lain. Pembangunan jalan karawang bypass yang baru diresmikan 17 Agustus 2009 dimana jalan ini menghubungkan Desa Warung Bambu dan Kelurahan Tanjung Pura juga menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Lahan seluas 36,0304 hektar yang digunakan untuk pembangunan jalan, sebagian besar lahan yang digunakan adalah lahan sawah yang berada di Kecamatan Karawang Barat dan Karawang Timur. Tujuan pembangunan ini sebenarnya untuk meningkatkan prasarana transportasi yang memadai dan layak di Pulau Jawa khususnya Pantai Utara Pulau Jawa6.

Selain pembangunan jalan, lahan pertanian khususnya lahan sawah juga dialihfungsikan menjadi rumah sakit umum di Kelurahan Palumbonsari. Lahan pertanian yang mengalami alih fungsi adalah lahan sawah seluas 1,70 hektar. Gudang Penyimpanan dan sumur eksploitasi yang berada di Desa Tegal Sawah dan Kelurahan Margasari juga dibangun diatas lahan sawah. Luas lahan sawah yang terbangun seluas 6,21 hektar (Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang 2012).

Adanya perubahan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Karawang Timur menyebabkan terjadinya penurunan luas lahan sawah. Selain itu, hal ini

      

6 

www.ibrd-srip.com/...karawang/TRACER%20Krwng%20Bypas.pdf. “Laporan Survai

Kaji Ulang Sosial Rencana Pembangunan Jalan Karawang By Pass”. Diakses pada 9

juga menyebabkan terjadinya perubahan kepemilikan lahan dan penurunan luas lahan sawah yang dimiliki oleh petani. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap hasil produksi dan pendapatan yang dimiliki oleh petani. Dalam jangka panjang, hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.