• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Tari Lawet

Dalam dokumen EKSISTENSI TARI LAWET DI KABUPATEN KEBUMEN. (Halaman 40-81)

BAB III METODE PENELITIAN

C. Fungsi Tari Lawet

Sejak jaman kebudayaan prasejarah telah diketahui bahwa tari lahir didasari oleh kegunaannya pada masyarakat jamannya. Pada masyarakat primitif, tari sangat dirasakan sebagai sarana atau media untuk mencapai

23

suatu kebutuhan. Mereka percaya bahwa dengan menari kebutuhan bersama akan tercapai. Setelah apa yang mereka butuhkan terpenuhi, maka timbulah rasa kekurangan faktor kelengkapan hiburan sebagai santapan rohani di kala senggang. Untuk memenuhi kekurangan tersebut lahirlah tari pertunjukan dengan kaidah-kaidah yang sangat bersahaja. Sehingga fungsi tari berlaku sesuai dengan perkembangan jaman masyarakatnya (Supardjan dan Supartha, 1982:25).

Sehubungan dengan faktor yang terkait di atas, tari memiliki bermacam-macam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Beberapa fungsi tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Upacara Adat dan Keagamaan

Fungsi tari untuk upacara keagamaan merupakan fungsi tari yang utama dan tertua. Hal ini bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Tari dalam upacara adat maupun keagamaan umumnya bersifat magis dan sakral. Dalam hal ini faktor keindahan tidak diutamakan. Yang diutamakan adalah aspek kehendak sehingga perbendaharaan gerak tarinya sangat sederhana dan terbatas. Banyak dilakukan pengulangan gerak dan musiknya pun sangat sederhana (Supardjan dan Supartha, 1982:26-27).

2. Hiburan

Fungsi tari sebagai hiburan merupakan hiburan bagi para pelakunya. Tarian ini biasa disebut sebagai tari hiburan. Tari hiburan disebut tari gembira. Pada dasarnya tari gembira tidak bertujuan untuk ditonton tetapi

cenderung untuk kepuasan para penarinya. Keindahan tidak diutamakan, tetapi kepuasan individual yang utama, dan bersifat spontanitas (Supardjan dan Supartha, 1982:31).

3. Tontonan atau Pertunjukkan

Tarian jenis ini dikenal dengan istilah tari pertunjukkan. Sebagian besar tari yang sering dijumpai di masyarakat merupakan tari pertunjukkan. Tari sebagai pertunjukan lebih mementingkan bentuk estetika daripada tujuannya. Tarian ini dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat dan bertujuan untuk dipertontonkan. Salah satu ciri tari sebagai pertunjukkan yaitu adanya faktor imajinatif/kreativitas (Supardjan dan Supartha, 1982:38).

4. Pendidikan

Tari merupakan media yang baik untuk media pendidikan. Hal-hal yang bisa dipergunakan sebagai media pendidikan tidak hanya terbatas pada bentuk tarian yang mengandung banyak pesan-pesan atau nilai-nilai pendidikan, akan tetapi kegiatan menari merupakan kegiatan untuk mengasah kehalusan rasa dan keluhuran budi pekerti (Kusnadi, 2009:28).

5. Penerangan

Beberapa jenis tari, khususnya yang berbentuk drama tari tradisional lebih efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pada masyarakat. Penerangan yang dilakukan melalui drama tradisional lebih mengena di hati masyarakat karena terkesan alamiah dan tidak menggurui (Kusnadi, 2009:28)

25

6. Rekreasi dan Terapi Kesehatan

Tari merupakan media kreatif yang baik. Tari dapat dipergunakan untuk terapi kesehatan, terutama bagi penderita kelainan (autis) (Kusnadi, 2009:28). Penyalurannya dapat dilakukan langsung kepada penderit cacat tubuh, tuna wicara, tuna rungu, dan tidak langsung kepada penderita cacat mental.

7. Iklan

Tari digunakan sebagai iklan produk suatu perusahaan merupakan fenomena yang baru (Kusnadi, 2009:29). Sebagai contoh yang sering kita jumpai di media visual televisi adalah iklan rokok, iklan suplemen tubuh dan sebagainya masih banyak yang menggunakan tari sebagai media iklan. Hal ini dikarenakan tari merupakan budaya yang mengakar di Indonesia.

2. Tari Lawet

Tari merupakan ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk gerakan. Bagong Kusudiarja (dalam Wahyudiyanto, 2008:11) mengatakan bahwa tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa yang harmonis. Keindahan disini bukan hanya hal-hal yang halus dan bagus, melainkan sesuatu yang memberi kepuasan batin manusia. Peneliti menyimpulkan bahwa tari adalah ungkapan perasaan manusia melalui gerak yang bersifat harmonis.

Tari Lawet merupakan tarian asal Kabupaten Kebumen yang menggambarkan gerak-gerik seekor burung lawet. Tari Lawet merupakan refleksi budaya dari ciri khas Kabupaten Kebumen yang terkenal dengan sarang burung lawetnya.

Burung Lawet merupakan burung kebanggaan Kebumen yang dapat menghasilkan sarang burung lawet yang harganya sangat mahal. Maka dari itu disebut dengan Pusaka Kebumen. Selain dijadikan sebagai tarian, burung lawet dijadikan logo dalam gambar lambang Kebumen. Hal ini menggambarkan suatu sumber penghasilan daerah dan merupakan pencerminan dari ketekunan dan kegesitan yang penuh dinamika dari rakyat daerah Kabupaten Kebumen dalam usahanya untuk membangun daerahnya (Darras, 2013:121).

Gerakan tari lawet adalah lincah dan ceria, sesuai dengan karakter burung lawet yang gesit dan trengginas. Tari Lawet ini pertama kali dipentaskan di Bumi Perkemahan Widoro Payung pada tanggal 31 Agustus 1989. Setelah pementasan di Bumi Perkemahan tersebut, Tari Lawet mengalami perkembangan yaitu tarian ini mulai dipentaskan di even-even besar seperti :

1. Perayaan HUT RI ke-46

2. Pada tahun 1991 dalam acara Pembukaan Porseni SD Kabupaten Kebumen yang ditarikan massal 300 orang penari

3. Pada tahun 1993 dalam acara Pembukaan MTQ Pelajar tingkat Jawa Tengah di alun-alun Kebumen

27

4. Pada tahun 1993 Penutupan Porseni SD tingkat Jawa Tengah 5. Pada tahun 1994 acara Peresmian Stadion Candradimuka

6. Pada tahun 1994 acara Pembukaan Porseni SD tingkat pembantu Gubernur untuk Kedu

7. Tahun 1995 festival Ngunduh Sarang Burung Lawet di TMII

8. Tahun 1996 juara 1 dalam Lomba Karya Tari Anak di STSI Surakarta Tarian tersebut mengalami kejayaan pada masa pemerintahan bupati Amir Sudibyo dengan dimasukannya Tari Lawet dalam kurikulum wajib muatan lokal Sekolah Dasar. Namun, pada tahun 2005 peraturan tersebut dihapus dan akibatnya tidak ada lagi upaya pelestarian tari lawet hingga saat ini. Imbasnya adalah banyak anak-anak yang tidak lagi mengenal tarian ini, hanya mengetahui sebatas nama.

Melestarikan Tari Lawet, bisa menjadi salah satu langkah pelestarian budaya, sekaligus harapan agar tumbuhnya kembali seni tari lawet Kebumen

B. Kerangka Berpikir

Tari adalah ungkapan atau ekspresi jiwa manusia yang dituangkan dalam serangkaian gerakan. Tari Tunggal adalah sebuah bentuk tari yang ditarikan oleh seorang penari. Tari Lawet adalah sebuah tarian tunggal yang menggambarkan kehidupan sosok burung lawet.

Keberadaan tentang Tari Lawet dibatasi oleh aspek latar belakang penciptaan atau sejarah, fungsi tari dan juga bentuk penyajian tari. Ketiga aspek tersebut merupakan pendukung adanya eksistensi sebuah sebuah tarian. Oleh karena itu, keberadaan Tari Lawet di Kabupaten Kebumen dikaji melalui tiga aspek, yaitu :

1. Aspek bentuk penyajian Tari Lawet di Kabupaten Kebumen 2. Aspek sejarah Tari Lawet di Kabupaten Kebumen

3. Aspek fungsi Tari Lawet di Kabupaten Kebumen

C. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Eksistensi Kesenian Warak Dugder Tahun 2000-2013 dalam Tradisi Dugderan di Kota Semarang, Jawa Tengah yang diangkat oleh Dian Permanasari angkatan 2009 Program Pendidikan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Persamaan penelitian ini terletak pada fokus penelitiannya yakni sama-sama membahas tentang Eksitensi sebuah kesenian. Perbedaannya yaitu terletak pada objek peneltian.

29

BAB III

METODE PENELITAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme (Sugiyono, 2009:9), digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, merupakan suatu realitas yang tidak dapat dipecah kedalam beberapa bagian (Sugiyono, 2010:17). Pada penelitian kualitatif, obyek sebagai sesuatu yang dinamis, utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Pada penelitian kualitatif, peneliti akan fokus pada keseluruhan situasi sosial yang meliputi tiga aspek yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2009:207). Begitu juga dengan penelitian Eksistensi Tari Lawet di Kabupaten Kebumen, tiga aspek tersebut dipakai peneliti sebagai acuan dalam proses penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kebumen tepatnya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kebumen yang terletak di Jalan Veteran No. 2, Timur alun-alun Kebumen.

Selain di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, peneliti juga akan mencari informan lain, seperti pencipta kesenian tari tersebut serta salah satu guru yang pernah mengikuti penataran Tari Lawet untuk perbandingan data.

Waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 bulan terhitung dari awal observasi:

1. Observasi dilakukan pada bulan Oktober 2014 2. Penelitian pada bulan Oktober-November 2014

C. Sumber Data Penelitian

Sumber penelitian dapat dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung diberikan kepada peneliti. Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung diberikan kepada peneliti, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2009:137).

Dalam penelitian ini, peneliti memakai sumber primer yaitu melalui wawancara. Narasumber dalam wawancara ini adalah penata tari Lawet. Untuk sumber sekunder adalah guru terdahulu yang pernah

31

mengikuti penataran mengenai Tari Lawet beserta dokumen-dokumen dari Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Kebumen.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti langsung survei atau mengamati objek penelitian.

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2009:145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran akan objek yang akan diteliti, terutama mengenai keberadaan dari Tari Lawet yang ada di Kebumen. Data-data hasil observasi akan didokumentasikan dalam bentuk catatan dan foto-foto. Tahap yang dipakai peneliti yang paling utama adalah melakukan pencatatan terutama kata-kata kunci yang bisa dikembangkan dengan berbagai referensi serta dari informan yang akurat.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog antara pewawancara dengan narasumber. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang apa yang ditanyakan oleh pewawancara.

Untuk mendapatkan data yang penuh makna dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terbuka atau wawancara tak terstruktur. Wawancara terbuka ini dapat secara leluasa mendapat data selengkap mungkin dan sedalam mungkin karena tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap (Sugiyono, 2009:140). Begitu juga untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan kesenian Tari Lawet ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam tak terstruktur.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dapat diartikan sebagai suatu catatan tertulis ataupun gambar yang tersimpan tentang sesuatu yang telah terjadi. Melalui studi dokumentasi dalam penelitian ini, dapat memberi peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk memperkuat data observasi dan wawancara dalam memeriksa keabsahan data. Untuk itu peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk menjaring data-data yang berhubungan dengan Eksistensi Tari Lawet di Kabupaten Kebumen.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur sebuah fenomena sosial maupun alam (Sugiyono, 2009:102). Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Begitu juga dengan penelitian tentang Eksistensi Tari Lawet di Kabupaten Kebumen.

33

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen dari beberapa panduan yakni panduan observasi, panduan wawancara mendalam dan panduan studi dokumentasi.

1. Panduan Observasi

Panduan observasi yang digunakan peneliti berupa kamera foto untuk mengabadikan hal-hal yang berhubungan dengan Tari Lawet supaya data yang didapatkan akurat.

2. Panduan Wawancara Mendalam

Panduan wawancara mendalam dilakukan peneliti dengan bertemu penata tari lawet sebagai narasumber utama, salah satu guru terdahulu, dan menemui salah satu pegawai di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kebumen untuk mendapatkan data akurat tentang penelitian ini. Peneliti menyiapkan catatan kecil sebagai garis besar pertanyaan tentang tarian ini serta menyiapkan alat bantu tape recorder untuk merekam percakapan peneliti dan narasumber.

3. Panduan Studi Dokumentasi

Panduan studi dokumentasi dilakukan peneliti untuk menjaring data-data tentang Tari Lawet. Dokumen tersebut dapat berupa foto-foto, video visual tentang Tari Lawet, Sejarah Tari Lawet serta Sejarah Kota Kebumen dan masih banyak dokumen-dokumen penting lainnya. Untuk itu instrumen nyang digunakan dalam studi dokumentasi ini berupa kamera foto dan video.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun data hasil observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi menjadi satu rangkaian sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Spradley (dalam Sugiyono, 2010:335) menyatakan bahwa analisis data adalah cara berfikir yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menetukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahapan : 1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data-data mentah dari hasil : observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang berhubungan dengan Tari Lawet.

2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok tentang Tari Lawet dan memfokuskan pada hal-hal penting. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Setelah proses pengumpulan data hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi, kemudian diklasifikasikan dengan merangkum dan mengkode hal-hal pokok tentang Tari Lawet.

35

3. Display Data

Display data merupakan proses penyajian data secara keseluruhan. Setelah melakukan reduksi data, data mengenai Eksistensi Tari Lawet ini dikelompokan dan diberi kode kemudian dijabarkan dalam bentuk tulisan deskriptif agar lebih mudah dipahami secara keseluruhan sehingga dapat menarik kesimpulan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

G. Pengujian Keabsahan Data Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, uji keabsahan data sering hanya ditekankan pada uji validitas dan realibilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah

data “yang tidak berbeda” antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono, 2009:267).

Untuk realibilitas, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang

seperti semula. Heraclites dalam Nasution (1988) menyatakan bahwa “kita

tidak bisa dua kali masuk sungai yang sama”, Air mengalir terus, waktu

terus berubah, situasi senantiasa berubah dan demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial. Dengan demikian tidak ada suatu data yang tetap/konsisten/stabil (Sugiyono, 2009:269).

Dalam sebuah uji keabsahan data banyak macam-macam uji kredibilitas. Salah satunya yaitu Triangulasi. Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu. Ada triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber yang pengujian datanya dilakukan dengan cara mengecek data dari beberapa sumber yang berbeda. Peneliti akan mengadakan interview dengan penata Tari Lawet, dengan salah satu guru yang dulu mengikuti penataran Tari Lawet serta dengan salah satu petugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kebumen. Peneliti akan membandingkan data-data yang didapat dri berbagai sumber tersebut, apakah sama atau tidak.

Gambar 3. Skema Triangulasi Sumber Penata / Pencipta Tari

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang Kebumen 1. Letak Geografis

Kabupaten Kebumen adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' Lintang Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Bagian selatan Kabupaten Kebumen merupakan dataran rendah , sedangkan pada bagian utara berupa pegunungan yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu. Di selatan daerah Gombong terdapat rangkaian pegunungan kapur yang membujur hingga pantai selatan. Daerah ini terdapat sejumlah gua dengan stalaktit dan stalakmit.

Batas Wilayah wilayah Kabupaten Kebumen antara lain: (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, (2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Wonosobo, (3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, dan (4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap.

Kabupaten Kebumen memiliki luas wilayah sebesar 1.581,11 Km2 dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan pegunungan, namun sebagian besar merupakan dataran rendah. Dari luas wilayah tersebut, jumlah penduduk Kabupaten Kebumen sekitar 1.433.813 jiwa.

Daftar kecamatan di Kabupaten Kebumen beserta data lainnya: Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2) Jumlah Kelurahan Jumlah Desa Adimulyo 46. 634 jiwa 48,4 km2 22 Alian 44. 723 jiwa 67,7 km2 16 Ambal 48. 963 jiwa 60,4 km2 32 Ayah 50. 371 jiwa 11,64 km2 18 Bonoworo 19. 321 jiwa 30,8 km2 11 Buayan 44. 472 jiwa 86,4 km2 20 Buluspesantren 50. 072 jiwa 48,7 km2 20 Gombong 66. 593 jiwa 29,5 km2 12 Karanganyar 92. 758 jiwa 62,8 km2 12 Karanggayam 42. 547 jiwa 149,2 km2 19 Karangsambung 32. 441 jiwa 75,1 km2 14 Kebumen 118. 956 jiwa 52,04 km2 24 Klirong 53. 246 jiwa 43,2 km2 23 Kutowinangun 46. 562 jiwa 38,7 km2 18 Kwarasan 30. 811 jiwa 43,8 km2 22 Mirit 40. 609 jiwa 54,53 km2 22 Padureso 13. 795 jiwa 38,5 km2 9 Pejagoan 42. 991 jiwa 44,7 km2 13 Petanahan 52. 018 jiwa 44,8 km2 19

39 Poncowarno 15. 479 jiwa 37,4 km2 11 Prembun 36. 289 jiwa 32,9 km2 12 Puring 41. 433 jiwa 61,9 km2 23 Rowokele 32. 568 jiwa 73,7 km2 11 Sadang 16. 422 jiwa 64,2 km2 7 Sempor 53. 346 jiwa 130,2 km2 16 Sruweng 54. 111 jiwa 53,6 km2 21

Tabel 1. Daftar Kecamatan di Kabupaten Kebumen

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kebumen#Penduduk, Januari 2015)

2. Bahasa

Bahasa adalah suatu bentuk alat komunikasi yang dipakai manusia untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Adanya bahasa dapat mempersatukan segalanya. Setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda-beda.

Masyarakat Kebumen sebagian besar menggunakan bahasa dengan dialek ngapak untuk berkomunikasi sehari-hari. Beberapa contoh sebagai berikut

Dialek Ngapak Bahasa Indonesia

Apa jenenge Apa namanya

Lumah Terlentang

Keprimen/kepriben Gimana

Mengko disit Nanti dulu Mbejud/mbajug nakal Dengklang Pincang Gigal Jatuh Rowas-rawes Berantakan Kencot Laper Cempulek Alamak

Tabel 2. Dialek Ngapak

(http://risanputtra.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-bahasa-aspek-dan-fungsinya/)

3. Adat istiadat

Adat istiadat adalah segala aturan atau tindakan yang menjadi kebiasaan secara turun temurun. Beberapa contoh adat istiadat yang ada di Kabupaten Kebumen antara lain yaitu :

a. Kenduren

Kenduren adalah tradisi yang sudah turun temurun pada zaman dahulu berupa doa bersama yang dihadiri para tetangga dan dipimpin oleh pemuka adat atau orang yang dituakan. Tradisi ini dilengkapi beberapa sajian seperti tumpeng beserta lauk pauknya. Tumpeng tersebut dibagikan kepada semua orang yang hadir dan biasa disebut dengan carikan ataupun berkat.

41

Gambar 4. Nasi Kenduren

(Foto https://gareng88.wordpress.com/seni-dan-budaya/, Januari 2015)

b. Ritual Ngunduh Sarang Burung Lawet

Ritual Ngunduh Sarang Burung Lawet merupakan upacara adat yang diadakan di Desa Karangbolong, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Upacara adat ini diadakan pada bulan ke Sembilan di pananggalan atau kalender jawa. Waktu tersebut dipilih karena waktu ke Sembilan adalah waktu yang paling tepat untuk panen sarang burung lawet.

Menurut kepercayaan, sarang burung lawet yang ada di Karangbolong dikuasai oleh Nyi Roro Kidul. Maka dari itu, sebelum mengunduh sarang burung lawet harus mengadakan rangkaian ritual yang bertujuan sebagai upacara keselamatan supaya tidak terkena musibah pada waktu pengunduhan. Upacara ini dipimpin oleh pak mandor.

Unduhan (pengambilan sarang burung lawet) dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun :

Unduhan ke I, pada mangsa karo,sekitar bulan Agustus Unduhan ke II, pada mangsa kapat, sekitar bulan Oktober Unduhan ke III, pada mangsa kapitu, sekitar bulan Januari Unduhan ke IV, pada mangsa kasanga, sekitar bulan Maret

Bilangan hitungan Jawa yang bisa diartikan masa kedua, keempat, ketujuh, dan kesembilan tersebut sudah ditentukan sejak jaman dahulu karena masyarakat menggenggam tradisi turun temurun yang kuat. Hal tersebut terjadi sejak era Adipati Surti (Joko Sangkrip) hinga era kini (Daras, 2013:31-32).

Sebelum melakukan pengunduhan, semua warga melakukan upacara (slametan) untuk memohon izin kepada Nyi Ratu Kidul sebagai penguasa pantai selatan dan kepada penunggu goa yang mbaureksa yaitu Kyai Surti, Joko Suryo, Dewi Suryawati, Den Bagus Cemeti, Kyai Bekel, Kyai Pengarengan, Kyai Sangkur, mbok Lara Kenanga. Semua itu dilakukan supaya para pengunduh selamat.

Dalam prosesi ritual, sesaji selalu ada dan tidak bisa dilewatkan. Ritual ngunduh sarang burung lawet terdapat 2 macam sesaji yaitu sesaji yang berupa hidangan dan sesaji barang yang disajikan kepada Nyi Roro Kidul.

Sesaji yang dihidangkan di acara kenduri berupa nasi rasulan, nasi tumpeng 5 macam, Cokbang (daging mentah, darah dan cabai

43

diletakkan di tikar), Ampo (tanah dibakar), 7 macam bubur (bubur merah, putih, hijau, kuning, biru, hitam dan bubur baro-baro), Jajan pasar, Rokok dan candu, Parem gadung, 4 macam wedang, Bunga telon (kantil, kenanga, mawar), Kelapa muda (degan), Air kendi, Pengilon (kaca), Cemara, Sisir, Komoh bunga mawar, dan dupa kemenyan.

Sesaji perlengkapan yang diletakkan di tempat tidur yang dianggap sebagai persinggahan Ratu Kidul yaitu, kain lurik hijau gadung, selendang modang, kebaya warna hijau, kain parang rusak, kain barong, celana cindai kembang, kain lurik brongsongan byur, iket kepala wulung/hitam jarak ngore jumputan, sabuk/stagen putih/kuning. Perlengkapan tersebut diyakini sebagai perlengkapan yang sering dikenakan oleh Ratu Kidul sehingga para wisatawan dilarang memakai kain-kain yang disebutkan di atas ketika berkunjung ke Karangbolong karena ini pantangan Nyi Roro Kidul dan dipercaya dapat berakibatkan pada hal-hal yang tidak diinginkan (Sardjoko, 1996:30).

Semua sesaji di atas selalu ada dalam upacara ngunduh sarang lawet dan bertujuan untuk memohon izin, mendapatkan perlindungan, serta mendapat hasil yang melimpah dalam pengambilan sarang burung lawet (Daras, 2013:32).

4. Kesenian Daerah

Setiap daerah di Indonesia memiliki berbagai kesenian. Begitu juga

Dalam dokumen EKSISTENSI TARI LAWET DI KABUPATEN KEBUMEN. (Halaman 40-81)

Dokumen terkait