• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Tinjauan Pustaka

2. Fungsi mengatur

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.15

Pajak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Mardiasmo (2011: 5) mengelompokkan pajak menjadi tiga kelompok besar yang didasarkan pada kesamaan sifat dan ciri yang dimiliki, yaitu :

1. Pajak menurut golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada oranglain. Contoh: pajak penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: pajak pertambahan nilai.

15

2. Pajak menurut sifat-sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasar pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak penghasilan.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak atas barang mewah.

3. Pajak menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai. b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.16

Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1 angka 10 yaitu :

“Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.17

Pajak daerah pada hakekatnya tidak terdapat perbedaan dengan asas pajak negara yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan

16

Mardiasmo. Op. cit. hal 5

perundang-undangan yang hasilnya dipergunakan bagi pembiayaan umum pengeluaran pemerintah yang balas jasanya tidak langsung diberikan, sedangkan pungutannya dilaksanakan secara paksa. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Tahun 2008 Tentang Otonomi Daerah (Bab VIII pasal 157) , dan mengalami perubahan yang sekarang menjadi Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan daerah agar daerah dapat melaksanakan otonominya yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, disamping penerimaan yang berasal dari pemerintah berupa subsidi/ bantuan, bagi hasil pajak dan bukan pajak. Dalam UU No 28 Tahun 2009, Pajak Daerah dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

1) Pajak Provinsi, terdiri dari:

a) Pajak Kendaraan Bermotor ;

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ; c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d) Pajak Air Permukaan; dan

e) Pajak Rokok.

2) Pajak Kabupaten/ Kota, terdiri dari: a) Pajak Hotel;

b) Pajak Restoran; c) Pajak Hiburan; d) Pajak Reklame

e) Pajak Penerangan Jalan;

g) Pajak Parkir; h) Pajak Air Tanah;

i) Pajak Sarang Burung Walet;

j) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; k) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.18 3. Pengertian Pajak Hotel dan Restoran

a. Pajak Hotel

Pajak Hotel menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai berikut: Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).19

Siahaan (2010: 300) menjelaskan bahwa dalam pemungutan pajak hotel terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui yaitu :

a. Hotel adalah bangunan yang khusus di sediakaan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali oleh pertokoan dan perkantoran.

18

Ibid. Pasal 2

b. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi apapun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan disewakan untuk umum.

c. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa penginapan.

d. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan sebagai pembayaran terhadap pemulik hotel.

e. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat melakukan pembayaran atas jasa peemakaian kamar atau tempat penginapan beserta fasilitas penunjang lainnya kepada subjek pajak.20

Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 32 yaitu:

1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

2) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.

3) Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya; 20

Marihot Pahala Siahaan. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi). Cetakan Ke-2. Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, hal 300.

c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan; d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo,

panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan

e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.21

Pasal 33

1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. 2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadiatau Badan yang mengusahakan

Hotel.22 Pasal 3423

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel.

Pasal 35

1) Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). 2) Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan Peraturan Daerah.24

Pasal 36

1) Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.

2) Pajak Hotel yang terutang dipungut diwilayah daerah tempat Hotel berlokasi.

25

b. Pajak Restoran

Pajak Restoran menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, sebagai berikut: Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.26

21Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Op. cit. Pasal32

22 Ibid. Pasal 33 23 Ibid. Pasal 34 24Ibid. Pasal 35 25 Ibid. Pasal 36 26

Siahaan (2010: 328) menjelaskan bahwa dalam pemungutan Pajak Restoran terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui yaitu :

a. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.

b. Pengusaha restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun, yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang rumah makan.

c. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan, sebagai pembayaran kepada pemilik rumah makan.

d. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembaayaran, yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan pembayaran atas pembelian makanan dan atau minuman kepada subjek pajak.27

Undang-undang No 28 tahun 2009 menjelaskan tentang Pajak Restoran yaitu :

Pasal 37

1) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran. 2) Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.

3) Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.28 27Marihot Pahala Siahaan. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi). Cetakan Ke-2. Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, hal 328

28

Pasal 38

1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran.

2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.29

Pasal 39

Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.30

Pasal 40

1) Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

2) Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah.31 Pasal 41

1) Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39.

2) Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Restoran berlokasi32

Jadi Objek Pajak yang dipungut dalam Pajak Hotel dan Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran baik di Hotel dan Restoran. Yang meliputi fasilitas penginapan misalnya cottage, motel, wisma, losmen, dan rumah penginapan. Juga pelayanan penunjangan antara lain biaya telepon, faksmail, telex, fotocopy, pelayanan cuci dan setrika dan pengangkutan lainya, juga fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan atau yang dikelolah oleh hotel. Juga jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan hotel, dan perjamuan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapannya. Adapun yang termasuk dengan subjek pajak (SP) adalah orang atau badan yang melakukan pembayaran-pembayaran atas pelayanan hotel dan restoran. 29 Ibid. Pasal 38 30Ibid. Pasal 39 31 Ibid. Pasal 40 32

Jadi wajib pajak hotel dan restoran (WP) adalah pengusaha hotel dan atau restoran. Pajak Hotel dan Restoran dipungut oleh daerah tempat hotel dan atau rumah makan atau restoran berlokasi. Adapun dasar Pengenaa Pajak (DPP) adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel dan restoran dipungut 10% dari pembayaran yang dilakukan oleh orang atau pribadi atau badan atas jasa hotel. B. Kerangka Konseptual

Dalam rangka optimalisasi Peningkatan Pajak Daerah aspek yang sangat penting untuk diteliti sebagai suatu pendekatan dalam memahami optimalisasi Penerimaan Pajak Daerah terdiri dari Potensi Pajak Daerah, yang merupakan suatu kondisi yang menggambarkan kekuatan/kemampuan dari pajak daerah di Kabupaten Toraja Utara. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berperan dalam optimalisasi penerimaan pajak hotel dan restoran di Kabupaten Toraja Utara, dilakukan melalui analisis yang mendalam terhadap Kejelasan dan Kepastian Peraturan Pajak, Tingkat Intelektualitas Masyarakat, Kualitas Aparat Pajak (Fiskus), dan sistem administrasi Perpajakan yang Tepat terhadap pemungutan Pajak Daerah di Kabupaten Toraja Utara. Dari uraian Konsep diatas disimpulkan suatu Kerangka Pemikiran Penelitian yaitu :

Gambar 1. Skema Kerangka Konseptual Faktor Yang Berperan Dalam Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel

Dan Restoran di Kabupaten Toraja Utara

Tercapainya Target Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran

1. Kejelasan dan Kepastian Peraturan Pajak

2. Tingkat Intelektualitas Masyarakat

3. Kualitas Aparat Pajak (Fiskus)

4. Sistem administrasi Perpajakan yang Tepat

BAB III

Dokumen terkait