• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Fungsi Individual

Musik merupakan atau mengekspresikan gejolak hati, jiwa,perasaan, atau kegalauan yang terpendam dalam hatinya. Melalui syair lagu misalnya seniman musik dapat mengkritik/memprotes kondisi lingkungan, rasa cinta sesama manusia, alam dan Sang Pencipta.

Musik memiliki peran besar dalam kehidupan manusia, dalam sebuah upacara adat, upacara kenegaraan, upacara keagamaan, penyambutan tamu, pesta pernikahan, dan lain-lain.

a) Media Rekreasi atau Hiburan

b) Media Komunikasi

c) Media Pendidikan

d) Media Pemujaan ( Keagamaan)

Nama Alat Musik Tradisional Khas Daerah Adat Budaya Nasional - Kebudayaan Nusantara Indonesia

Tue, 30/05/2006 - 9:30pm — godam64

1. Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh Darussalam / NAD

Alat Musik Tradisional : TT

2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut

Alat Musik Tradisional : Aramba, Doli-doli, Druri dana, Faritia, Garantung, Gonrang, Hapetan,

3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar

Alat Musik Tradisional : Saluang, Talempong Pacik

4. Provinsi Riau

Alat Musik Tradisional : TT

5. Provinsi Jambi

Alat Musik Tradisional : TT

6. Provinsi Sumatera Selatan / Sumsel

7. Provinsi Lampung

Alat Musik Tradisional : TT

8. Provinsi Bengkulu

Alat Musik Tradisional : TT

9. Provinsi DKI Jakarta

Alat Musik Tradisional : TT

10. Provinsi Jawa Barat / Jabar

Alat Musik Tradisional : Arumba, Calung, Dod-dog, Gamelan Sunda, Angklung, Rebab, Siter / Celempung

11. Provinsi Jawa Tengah / Jateng

Alat Musik Tradisional : Gamelan Jawa, Siter / Celempung

12. Provinsi DI Yogyakarta / Jogja / Jogjakarta

Alat Musik Tradisional : TT

13. Provinsi Jawa Timur / Jatim

Alat Musik Tradisional : TT

14. Provinsi Bali

Alat Musik Tradisional : Gamelan Bali

15. Provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB

Alat Musik Tradisional : Cungklik

16. Provinsi Nusa Tenggara Timur / NTT

Alat Musik Tradisional : Foi Mere, Sasando, Keloko

17. Provinsi Kalimantan Barat / Kalbar

18. Provinsi Kalimantan Tengah / Kalteng

Alat Musik Tradisional : TT

19. Provinsi Kalimantan Selatan / Kalsel

Alat Musik Tradisional : Babun

20. Provinsi Kalimantan Timur / Kaltim

Alat Musik Tradisional : TT

21. Provinsi Sulawesi Utara / Sulut

Alat Musik Tradisional : TT

22. Provinsi Sulawesi Tengah / Sulteng

Alat Musik Tradisional : TT

23. Provinsi Sulawesi Tenggara / Sultra

Alat Musik Tradisional : TT

24. Provinsi Sulawesi Selatan / Sulsel

Alat Musik Tradisional : Alosu, Anak Becing, Basi-Basi, Popondi, Keso-Keso, Lembang

25. Provinsi Maluku

Alat Musik Tradisional : Floit, Nafiri, Totobuang, Tifa

26. Provinsi Irian Jaya / Papua

Alat Musik Tradisional : Atowo, Tifa, Fu

27. Provinsi Timor-Timur / Timtim

Alat Musik Tradisional : TT

- Gerdek berasal dari daerah Dayak Kalimantan

- Kere-kere galang berasal dari daerah Goa

- Kinu berasal dari daerah Pulau Roti

- Kolintang berasal dari daerah Minahasa

- Sampek berasal dari daerah Dayak Kalimantan

- Talindo berasal dari daerah Sulawesi

- Kecapi berasal dari daerah Seluruh Nusantara Umumnya di Jawa

- Kledi berasal dari daerah Kalimantan

- Serunai berasal dari daerah Sumatera

Keterangan Singkatan :

TT = Tidak Tersedia

Keterangan :

Data ini berdasarkan jaman Indonesia masih 27 propinsi dengan provinsi terakhir masih timor timur. Timor timur kini sudah terpisah dari NKRI menjadi negara baru yang berdaulat dengan nama Timor Leste.

Daftar Nama Lagu Daerah Musik Tradisional Khas Budaya Nasional - Kebudayaan Nusantara Indonesia

Lagu Anak Kambing Saya berasal dari daerah / provinsi NTT

Lagu Angin Mamiri berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan

Lagu Anju Ahu berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Apuse berasal dari daerah / provinsi Papua

Lagu Ayam Den Lapeh berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat

Lagu Barek Solok berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat

Lagu Batanghari berasal dari daerah / provinsi Jambi

Lagu Bolelebo berasal dari daerah / provinsi Nusa Tenggara Barat

Lagu Bubuy Bulan berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat

Lagu Bungong Jeumpa berasal dari daerah / provinsi NAD

Lagu Burung Tantina berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu Butet berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Cik-Cik Periuk berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Barat

Lagu Cing Cangkeling berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat

Lagu Dago Inang Sarge berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Dayung Palinggam berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat

Lagu Dek Sangke berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan

Lagu Desaku berasal dari daerah / provinsi NTT

Lagu Esa Mokan berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara

Lagu Gambang Suling berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah

Lagu Gek Kepriye berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah

Lagu Gundul Pacul berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah

Lagu Haleleu Ala De Teang berasal dari daerah / provinsi NTB

Lagu Fluhatee berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu llir-llir berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah

Lagu Indung-Indung berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Timur

Lagu Injit-Injit Semut berasal dari daerah / provinsi Jambi

Lagu Jali-Jali berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta

Lagu Jamuran berasal dari daerah / provinsi Jawa Tengah

Lagu Kabile-bile berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan

Lagu Kalayar berasal dari daerah / provinsi Kalimatan Tengah

Lagu Kambanglah Bungo berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat

Lagu Kampung nan Jauh Di Mato berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat

Lagu Ka Parak Tingga berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat

Lagu Keraban Sape berasal dari daerah / provinsi Jawa Timur

Lagu Keroncong Kemayoran berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta

Lagu Kicir-Kicir berasal dari daerah / provinsi DKI Jakarta

Lagu Kole-Kole berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu Lalan Belek berasal dari daerah / provinsi Bengkulu

Lagu Lembah Alas berasal dari daerah / provinsi NAD

Lagu Lipang Lipangdang berasal dari daerah / provinsi Lampung

Lagu Lisoi berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Madedek Magambiri berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Malam Baiko berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat

Lagu Mande-Mande berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu Manuk Dadali berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat

Lagu Ma Rencong berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan

Lagu Mejangeran berasal dari daerah / provinsi Baii

Lagu Meriam Tomong berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Meyong-Meyong berasal dari daerah / provinsi Bali

Lagu Moree berasal dari daerah / provinsi NTB

Lagu Na Sonang Dohita Nadua berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Ngusak Asik berasal dari daerah / provinsi Bali

Lagu Nuluya berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Tengah

Lagu 0 Ina Ni Keke berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara

Lagu Ole Sioh berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu 0 Re Re berasal dari daerah / provinsi NTB

Lagu Orlen-Orlen berasal dari daerah / provinsi NTB

Lagu 0 Ulate berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu Pai Mura Rame berasal dari daerah / provinsi NTB

Lagu Pakarena berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Selatan

Lagu Palu Lempong Pupoi berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Tengah

Lagu Panon Hideung berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat

Lagu Peia Tawa-Tawa berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Tenggara

Lagu Pileuleuyan berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat

Lagu Pinang Muda berasal dari daerah / provinsi Jambi

Lagu Pitik Tukung berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta

Lagu Potong Bebek berasal dari daerah / provinsi NTT

Lagu Putri Ayu berasal dari daerah / provinsi Bali

Lagu Rambadia berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Rang Talu berasal dari daerah / provinsi Sumatra Barat

Lagu Rasa Sayang-Sayange berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu Ratu Anom berasal dari daerah / provinsi Bali

Lagu Saputanga Bapuncu Ampat berasal dari daerah / provinsi Kalimantan Selatan

Lagu Sarinande berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu Selendang Mayang berasal dari daerah / provinsi Jambi

Lagu Sengko-Sengko berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Sepakat Segenap berasal dari daerah / provinsi DI Aceh

Lagu Sinanggar Tulo berasal dari daerah / provinsi Sumatera Utara

Lagu Sing Sing So berasal dari daerah / provinsi Sumatra Utara

Lagu Sinom berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta

Lagu Sipatokahan berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara

Lagu Sitara Tillo berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara

Lagu Soleram berasal dari daerah / provinsi Riau

Lagu Suwe Ora Jamu berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta

Lagu Tahanusangkara berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Utara

Lagu Tanduk Majeng berasal dari daerah / provinsi Jawa Timur

Lagu Tanase berasal dari daerah / provinsi Maluku

Lagu Tari Tanggai berasal dari daerah / provinsi Sumatra Selatan

Lagu Tebe O Nana berasal dari daerah / provinsi NTB

Lagu Tekate Dipanah berasal dari daerah / provinsi DI Yogyakarta

Lagu Tokecang berasal dari daerah / provinsi Jawa Barat

Lagu Tondok Kadindangku berasal dari daerah / provinsi Sulawesi Tengah

Lagu Tope Gugu berasal dari daerah / provinsi SulawesiTengah

Lagu Tumpi Wayu berasal dari daerah / provinsi KalimantanTengah

Lagu Tutu Koda berasal dari daerah / provinsi NTB

Lagu Yamko Rambe Yamko berasal dari daerah / provinsi Papua

1. Instrumen Musik Perkusi.

Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah Gamelan, Kendang, Kecapi, Arumba, Talempong, Sampek dan Kolintang, Rebana, Bedung, Jimbe dan lain sebagainya.

a. Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam, gamelan berasal dari daerah Jawa tengah, Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat disebut dengan Degung dan di Bali disebut Gamelan Bali. Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slentem, bonang, peking, gender dan beberapa instrumen lainnya. Disamping itu gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.

b. Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan (kambing). Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di daerah Jawa Barat kendang mempunyai peranan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi tarian, wayang dan ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. rebana dapat dijumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.

c. Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerh Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai kecapi adalah siter dari Jawa Tengah.

d. Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daereah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bahan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pad awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.

e. Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, si, do).

f. Sampek (sampe/sapek) adlah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah Kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang dipenuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan dari daerah Tapanuli, Jungga dari Sulawesi Selatan.

g. Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa. Alat musik ini mempunyai tangga nada diatonis yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar dibuat dari kayu dan cara untuk memainkan alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik.

h. Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur, kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.

2. Instrumen Musik Gesek.

Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebab terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa. Rebab jenis ini dapat dijumpai di Bali, Jawa dan Kalimantan Selatan.

3. Instrumen Musik Tiup.

Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu hampir semua daerah di Indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di

Sumatera Utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40 - 100 cm dengan garis tengah 2 cm.

Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4 - 6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisional yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura dan Papua.

Musik

Memiliki berbagai macam seni musik dan instrumen musik salah satunya intrumen musik Kecapi atau Kacapi berbentuk seperti dayung berdawai 2 dan 3,terbuat dari bahan kayu ringan (kayu jalutung atau hanjalutung)serta bernada minor, Kacapi biasa untuk mengiringi seni vokal salah satunya seni vokal seperti pantun yang disebut Karungut dan seni tari Manganjan,juga biasa digunakan oleh umat Kaharingan sebagai alat musik dalam upacara-upacaranya. Permainan Kacapi biasa disebut Mangacaping dan lebih dinamis dalam permainannya. Kacapi berbeda dengan instrumen musik petik sejenis dari Propinsi Kalimantan lain.

Garantung, Alat Musik Tradisional

GARANTUNG atau gong merupakan salah satu alat musik yang digunakan masyarakat Suku Dayak. Selain garantung masyarakat Dayak juga menyebutnya dengan gong dan agung. Garatung diklasifikasikan sebagai salah satu alat musik dalam kelompok idiophone yang terbuat dari bahan logam; besi, kuningan, atau perunggu.

Menurut sejarah, garantung masuk ke wilayah Kalimantan, khususnya Kalimantan Tengah dibawa oleh para pedagang dari tanah Jawa, tepatnya pada saat hubungan dagang antara pedagang dari Kalimantan dan Kerajaan Majapahit.

Meski begitu, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa masuknya garantung ke daratan Kalimantan dibawa oleh para pedagang asal Yunan (Cina, Red), India dan Melayu yang pada masanya memiliki pengaruh besar bagi perkembangan kehidupan masyarakat Suku Dayak.

Di kalangan masyarakat Suku Dayak, garantung juga dipercaya sebagai salah satu benda adat yang diturunkan dari Lewu Tatau (surga atau khayangan, Red) sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi dengan roh-roh leluhur.

Dalam komunitas masyarakat Suku Dayak, garantung juga digunakan untuk memberi tahu masyarakat luas tentang adanya suatu acara atau pesta yang dilaksanakan oleh salah satu keluarga, dan dari salah satu kampung ke kampung lain.

Begitu juga ketika ada acara kematian atau upacara tiwah --khususnya para pemeluk Kaharingan, pada saat jenazah masih disemayamkan di rumah duka, garantung akan dimainkan untuk mengantarkan roh orang yang meninggal ke alam roh.

Tari kanjan sebagai salah satu tarian sakral untuk mengantarkan roh orang yang meninggal ke alam roh, garantung menjadi salah satu alat untuk mengiringi tarian tersebut. Garantung akan dimainkan dengan irama khusus dan sakral.

Selain sebagai alat musik tradisional, dalam komunitas masyarakat adat Suku Dayak, garantung juga menjadi salah satu benda berharga yang berfungsi sebagai barang adat dan dijadikan sebagai alat tukar untuk menilai sesuatu barang atau jasa.

Keperluan sebagai barang adat itu masih berlangsung hingga sekarang, khususnya pada acara adat perkawinan, garantung menjadi salah satu mas kawin atau barang permintaan yang harus diserahkan kepada pihak ahli waris mempelai perempuan.

Pada perkembangan selanjutnya, karena terbatasnya jumlah garantung, maka nilai sebuah garantung kemudian dihitung dalam bentuk nilai mata uang yang berlaku pada saat perjanjian perkawinan adat kedua mempelai dilakukan.

Selain itu, dahulu, garantung juga menjadi salah satu penanda status sosial seseorang. Semakin banyak garantung yang dimiliki oleh seseorang atau keluarga tersebut, maka akan semakin tinggi status sosial yang bersangkutan dan semakin tinggi pula ia dihormati.

Garantung Suku Dayak terdiri atas empat jenis dengan lima nada dasar atau laras, masing-masing; garantung tantawak berukuran kecil dan memiliki nada dasar G atau E, garantung lisung dengan ukuran sedang yang memiliki nada dasar D atau C, garantung papar berukuran besar dengan nada dasar A, serta sebuah garantung bandih yang berbentuk kecil tetapi memiliki nada yang tinggi. (pahit s. narottama)

enin, 2008 Februari 25

MASYARAKAT Suku Dayak mengenal dengan baik alat musik gandang sebagai salah satu alat musik dari kelompok membranophone untuk mengiringi tarian dan lagu yang dinyanyikan. Karena itu, alat musik gandang pun sangat populer sebagai sebuah bagian harmoni di kalangan masyarakat Suku Dayak.

Bebunyian gandang merupakan pelengkap perangkat musik yang terdiri atas berbagai jenis alat musik termasuk rangkaian instrumen lain di antaranya; garantung (gong, Red), dan kangkanong (kenong, Red).

Gandang dibuat dari bahan kayu dengan rongga, sementara membran atau selaput getar dibuat dari kulit hewan atau binatang dengan ukuran besar, antara lain; sapi, kerbau, kambing atau jenis kulit binatang lain untuk menutupi rongga dan diikat dengan rotan.

Sebelum kulit binatang itu dijadikan selaput getar atau membran gandang, kulit binatang itu dikeringkan dan dipasangkan menutupi semua bagian rongga dan untuk mengencangkan membran digunakan beberapa baji pada simpei (simpul, Red).

Menurut sejarah dan galian kepurbakalaan, sejumlah kalangan memercayai bahwa gandang merupakan alat musik tradisional dari daratan Cina sejak sekitar 3.000 tahun yang lalu dan kemudian berkembang ke seluruh dunia dibawa oleh para perantau yang membawa tradisi kesenian ke luar Cina.

Pada zaman purbakala, gandang itu tidak saja digunakan untuk acara persembayangan atau persembahan kepada dewa-dewa dengan tarian dan nyanyian, tetapi juga untuk menggetarkan semangat perjuangan para tentara untuk maju perang dan digunakan sebagai alat komunikasi.

Menurut catatan lainnya, gendang yang berkembang di Nusantara atau ranah Melayu, termasuk Indonesia, dipercaya dibawa oleh unsur-unsur galur dari tanah Parsi (Persia, Red) di wilayah Timur

Tengah dan dibawa oleh para pedagang Arab dan India pada kurun waktu sekitar abad ke-14 bersamaan dengan masuknya agama Islam yang lebih banyak mewarnai tradisi Melayu.

Berdasarkan rilis tersebut, sejumlah sejarawan percaya bahwa gendang lebih banyak berkembang di wilayah Timur Tengah sebagai pelengkap musik tradisional di kalangan bangsa Arab, sebelum kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Di kalangan masyarakat Suku Dayak dikenal berbagai jenis gandang, antara lain; gandang tatau, gandang manca dan gandang bontang. Ketiga jenis gandang itu memiliki ukuran yang berbeda dan penggunaan yang berbeda pula.

Gandang tatau (gendang tunggal, Red) adalah jenis gandang yang agak besar dan panjang. Panjangnya bisa mencapai satu-dua meter dengan garis tengah atau diameter mencapai lebih kurang 40 centimeter.

Pada gandang tatau, salah satu bagian ujungnya dipasang membran yang terbuat dari kulit sapi, rusa atau panganen (ular sawa atau piton, Red) dan pada bagian pangkalnya dibiarkan terbuka untuk menguatkan suara ketika membran ditabuh.

Gandang tatau biasanya digunakan pada upacara-upacara adat, antara lain acara tiwah (upacara kematian, Red) dan upacara penyambutan tamu dengan alat musik pengiring lainnya terdiri atas gong sebanyak tiga-lima buah dan seperangkat kangkanong.

Gandang manca lebih umum dikenal masyarakat Suku Dayak sebagai gandang kembar yang terdiri atas sepasang gendang, yang terdiri atas gandang panggulung dan gandang paningkah yang memiliki perbedaan ketebalan membran pada bagian penutup rongga.

Gandang manca ini juga merupakan gendang yang terdiri atas dua membran di kedua ujung rongga dengan ukuran diamater yang berbeda, dalam artian, rongga gandang ditutup oleh membran atau selaput getar yang melapisinya.

Pada gandang panggulung, membran yang melapisi ujung rongga pada diameter yang lebih besar dengan kulit yang lebih tebal dan pada ujung rongga yang lebih kecil dipasang membran dengan kulit yang lebih tipis.

Sementara gandang paningkah merupakan kebalikan dari gandang panggulung, yang pada bagian ujung diameter yang lebih besar ditutup oleh membran yang tipis, dan pada ujung lainnya dengan diameter yang lebih kecil menggunakan membran yang lebih tebal.

Gandang bontang bentuknya mirip dengan gandang tatau, tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan lebih pendek serta berukuran diameter antara 20-30 centimeter dan panjang antara 30-50 centimeter. Membran yang menutupinya pun dari kulit hewan yang tebal.

Cara membunyikan gandang bontang ini pun biasanya tidak dengan cara ditabuh menggunakan telapak tangan seperti gandang-gandang lainnya, melainkan dengan cara dipukul menggunakan rotan dan umumnya juga digunakan untuk mengiringi balian bawo atau balian dadas. (pahit s. narottama)

Tanjidor Masihkah Berbunyi ?

Dokumen terkait