BAB II DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
C. Fungsi Pengawasan
Pengertian pengawasan menurut George R. Terry (1968) adalah kegiatan untuk membuat evaluasi dan koreksi terhadap suatu hasil yang dicapai, dengan maksud agar hasil tersebut sesuai dengan rencana (Control is to determine what is accomplished evaluate it, andd apply corrective meansure, if needed to result in keeping with the plan). Dengan demikian tindakan pengawasan itu tidak dilakukan terhadap suatu proses kegiatan yang sedang berjalan, akan tetapi justru pada akhir suatu kegiatan setelah kegiatan tersebut menghasilkan sesuatu. Hendry Fanyol dalam Hendry Fanyol dan Harahap (2001) menyebutkan: “Control consist in very fiying wether everything accur in comformity with the plan asopted, the instruction issued and principles established. It has for object to point out weaknesses and errors in to rectivy then and prevent recurrance”. Adapun maksud dari pengertian pengawasan di atas adalah suatu kegiatan yang menilai apakah sesuatu telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah di tentukan, intruksi yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditegakkan. Melalui pengawasan tersebut akan dapat diperbaiki dan mencegah terulang
kembali. Sementara itu menurut newman (1963): pengawasan adalah suatu usaha untuk menjamin agar tugas yang diberikan dilaksanakan sesuai dengan rencana (control is assurance that the performance comform to plan).32 Karena itu, pengawasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan selama proses suatu kegiatan sedang berjalan.
S.P. Siagian (2002) menggambarkan pengawasan sebagai berikut:
“proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi
untuk menjamin agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan”. Pengawasan tidak dilaksanakan
pada akhir sesuatu kegiatan, justru pengawasan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berjalan untuk menilai dan mewarnai hasil yang akan dicapai oleh kegiatan yang sedang dilaksanakan tersebut. Berdasarkan definisi diatas maka dapat dilihat Siagian sependapat dengan Newman dimana pada proses yang sedang berjalan atau dilaksanakan. Pengawasan merupakan kegiatan untuk menilai suatu pelaksanaan tugas secara de facto dengan tujuan hanyalah terbatas untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditentukan sebelumnya karena di dalam pengawasan itu tidak ada kegiatan yang bersifat korektif ataupun pengaraha. Secara teoritis pengawasan berfungsi sebagai; Eksplanasi, menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program yang direncanakan berbeda; Akuntansi, menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk
32
CV Eko Jaya Jakarta 1340, Partai Politik dan Pemilihan Umum, (Jakarta: Kiwi Mitra Utama, 2003), cet. Ke-1, h. 39.
37
melakukan akuntansi atas perubahan soosial ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu; Pemeriksaan, membantu menentukan apakah sumber daya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun konsumen tertentu memang telah sampai kepada mereka dan kepatuhan, bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan dari pada administrator program, staf dan pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat oleh legislator, instansi pemerintah dan atau lembaga profesional.33
2. Jenis-jenis Pengawasan
Adapun jenis-jenis pengawasan yang dilakukan untuk proses kegiatan adalah:
a. Pengawasan intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementrian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementrian Dalam Negeri. Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang di awasi.
33
Abu Nash Muhammad Al-Iman, Membongkar Dosa-dosa Pemilu, (Jakarta: Prisma Media, 2004), h. 29.
b. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan
yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu
dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan”.
Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal. Di sisi lain, pengawasan respresif
adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah
kegiatan itu dilakukan”. Pengawasan model ini lazimnya dilakukan
pada akhir tahun anggaran di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengatahui kemungkinan terjadinya penyipangan.
c. Pengawasan Aktif dan Pasif.
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk
“pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangutan”. Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap
39
surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti
penerimaan dan pengeluaran”. Di sisi lain, pengawasan berdasarkan
pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah
“pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan
peraturan, tidak kedaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya”.
Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai
maksud tujuan pengeluaran (doelmagtigheid) adalah “pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah
mungkin”. Pengawasan kebenaran formil menurut hak
(rechtimatigheid). Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara,
pengawasan ditunjukkan untuk menghindari terjadinya “korupsi,
penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri”. Dengan dijalankannya pengawasan
tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.
Jenis dan isi pengawasan dilakukan semata-mata menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang, sehingga pengawasan tidak berlaku atau tidak diterapkan hal yang tidak ditentukan atau berdasarkan undang-undang. Mencermati pengertian pengawasan tersebut maka dapat ditarik beberapa unsur yang terkandung didalamnya, yakni:
b. Adanya aparat pengawasan; c. Adanya tindakan pengamatan; d. Adanya obyek yang diawasi. 34
3. Fungsi Pengawasan
Menurut Sule dan Saefullah bahwa fungsi pengawasan adalah identifikasi berbagai faktor yang menghambat sebuah kegiatan, dan juga pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan agar tujuan organisasi dapat tetap tercapai.
Lebih lanjut mengenai fungsi dan pengawasan, Simbolon mengemukakan bahwa, fungsi dari pengawasan yaitu:35
a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan. d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan
pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan. Selanjutnya Terry dan Leslie dalam Sule dan Saefullah mengemukakan bahwa fungsi pengawasan adalah cara menentukan,
34
Saiful Anwar, Sendi-sendi Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Glora madani Press), h. 127.
35
Simbolon, Maringan Masri, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2004), h.62
41
apakah diperlukan sesuatu penyesuaian atau tidak dan karena itu ia harus merupakan bagian integral dari sistem manajemen.36
Sementara sudarsono dan edilius mengemukakan bahwa pengawasan agar dapat diperoleh hasil produksi berupa barang dan jasa yang berkualitas dalam jangka waktu yang susuai dengan rencana yang telah ditentukan.37
Sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan supaya, rencana yang telah di tetapkan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan proses yang telah diatur.
D. Fiqih Siyasah dan Ruang Lingkupnya