• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data

4.1 Fungsi Peristiwa Tutur Sastra Lisan: Pantun dan Peribahasa .1Fungsi Peristiwa Tutur Pantun .1Fungsi Peristiwa Tutur Pantun

4.1.2 Fungsi Peristiwa Tutur Peribahasa

Nan sehasta, nan sejengkal, dan setampok sebuah jari. (TKVW, 2002: 6) Konteks tuturan:

Terjadi perselisihan antara Pendekar Sutan dengan Datuk Mantari Labih. Hal tersebut disebabkan oleh harta. Pendekar Sutan meminta izin untuk menggadai guna biaya berumah tangga, tetapi dihalangi oleh ninik mamaknya termasuk Datuk Mantari Labih. Pihak perempuan juga tidak setuju, karena seharusnya harta pusaka tersebut jatuh ke tangan mereka sesuai dengan adat Minangkabau.

S Setting -

39

E Ends Semua keputusan harus mendapat persetujuan dari musyawarah mufakat.

A Act Sequences peribahasa ini menjadi hukum adat di Minangkabau

K Key -

I Instrumentalities melalui tulisan

N Norms -

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi puitik karena menggunakan kata-kata perumpamaan dalam menyampaikan makna peribahasa itu sendiri.

Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang. (TKVW, 2002: 18)

Konteks tuturan:

Sore hari di pelabuhan Makassar, Mak Base berat melepas kepergian Zainuddin ke Padang. Dengan mengucapkan pepatah orang Makassar, Zainuddin berusaha meyakinkan Mak Base bahwa anak laki-laki memang ditakdirkan untuk berjuang dalam hidup dan tak boleh putus asa.

S Setting sore hari di pelabuhan Makassar P Participants Zainuddin dan Mak Base

E Ends Jangan pantang menyerah sebelum mencoba. A Act Sequences merupakan pepatah orang Makassar

K Key diucapkan Zainuddin dengan lantang dan tegas I Instrumentalities melalui lisan

40

Mak Base ragu melepaskannya berangkat ke Padang

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena peribahasa tersebut memotivasi pembaca agar selalu bekerja keras dan pantang menyerah dalam hidup.

Sirih nan secabik, pinang nan segetap. (TKVW, 2002: 94) Konteks tuturan:

Di rumah keluarga besar Khadijah, telah terdapat kesepakatan meminang Hayati untuk Aziz, abang Khadijah. Maka diutuslah seseorang yang bijak untuk menyampaikan maksud baik ini.

S Setting di rumah keluarga besar Aziz dan Khadijah P Participants Seluruh keluarga besar Aziz dan Khadijah E Ends sirih sebagai tanda hendak meminang. A Act Sequences membawa sedikit sirih sebagai syarat untuk

meminang dalam adat Minangkabau

K Key -

I Instrumentalities diwariskan turun-temurun

N Norms -

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi puitik karena peribahasanya bersifat imajinatif dengan pesan yang mengatur tata cara peminangan dalam budaya Minangkabau.

41

Mengebat tidak erat, memancung tidak putus, lengau di ekor kerbau, debu di atas tunggul, lecah lekat di kaki. (TKVW, 2002: 101)

Konteks tuturan:

Ninik mamak berkumpul di rumah gadang untuk bermusyawarah mengenai peminangan Hayati. Kaum semanda, yakni suami-suami dari kemenakan-kemenakan tidak diperkenankan mengikuti mufakat, mereka hanya diberi tahu keputusan akhir. Bagi masyarakat Minangkabau, kaum semanda tidak termasuk dalam suku mereka sehingga tidak dapat menentukan atau memutuskan suatu perkara, walaupun anak mereka sendiri yang akan dipertunangkan.

S Setting di rumah gadang

P Participants Ninik mamak

E Ends peribahasa tersebut menunjukkan bahwa dalam adat Minangkabau, kaum semanda tidak ikut andil dalam mufakat karena dianggap ‘diluar’ suku Minangkabau.

A Act Sequences Menggunakan kata yang sedikit sarkasme dengan topik kedudukan kaum semanda bagi kaum Minangkabau.

K Key Ninik mamak menyampaikan dengan intonasi

datar dan tenang. I Instrumentalities Melalui lisan

N Norms Berhubungan dengan cara menjelaskan makna kaum semanda bagi kaum Minangkabau.

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena peribahasanya mengatur tingkah laku kaum semanda dalam kehidupan bermasyarakat di Minangkabau.

42

Hereng dengan gendeng, ribut nan mendingin, renggas nan melanting, dikaji adat dan lembaga, yang tidak lapuk dihujan, nan tidak lekang dipanas, jalan raya titian batu, nan sebaris tidak hilang nan sehuruf tidak lupa. (TKVW, 2002: 102) Konteks tuturan:

Seluruh keluarga besar Hayati mengadakan mufakat untuk memutuskan pinangan Aziz atau Zainuddin yang akan diterima. Datuk Garang membuka percakapan dengan menguraikan hal-hal apa saja yang harus dipertimbangkan untuk menerima pinangan, hal ini disebabkan karena kaum Minangkabau terkenal dengan adat istiadat yang kental dan kekal.

S Setting di rumah gadang milik keluarga besar Hayati P Participants Datuk Garang

E Ends peribahasa tersebut bertujuan untuk

menunjukkan adat istiadat yang kekal tak berubah masa demi masa

A Act Sequences Minangkabau terkenal dengan adatnya yang kokoh dan pantang dilanggar.

K Key Datuk Garang menyampaikan dengan serius,

tegas dan lugas.

I Instrumentalities diwariskan turun-temurun baik lisan maupun tulisan.

N Norms peribahasa tersebut digunakan sebagai landasan permusyawaratan dalam menentukan keputusan peminangan perempuan di keluarga Minangkabau.

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi

konatif karena secara langsung memerintahkan masyarakat Minangkabau untuk

43

Pinang di bawah sirih di atas. (TKVW, 2002: 102) Konteks tuturan:

Datuk Garang mengutarakan bahwa pinangan Aziz telah memenuhi syarat dan ketentuan. Mulai dari asal usulnya, sukunya, hartanya dan ternyata Aziz termasuk orang terpandang di Padang Panjang.

S Setting rumah gadang

P Participants Datuk Garang

E Ends menandakan peminangan yang sah dan disetujui A Act Sequences Bentuk ujaran yang baik dan pas dengan isi

ujaran mengenai tata cara peminangan yang telah diwariskan turun-temurun

K Key melalui lisan

I Instrumentalities sebagai penanda lamaran.

N Norms peribahasa tersebut digunakan sebagai bentuk umum peminangan dalam adat Minangkabau. G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi

konatif karena mengatur tata cara pertunangan yang sah dalam budaya

Minangkabau.

Ruas telah bertemu dengan buku, bagai janggut pulang ke dagu, sama berbangsa keduanya, satu bulan satu matahari. (TKVW, 2002: 103)

Konteks tuturan:

Setelah dibicarakan panjang lebar, seluruh peserta musyawarah hampir sepakat menerima Aziz daripada Zainuddin, karena setelah ditilik latar belakang kehidupannya ternyata ditemukan keserasian antara Aziz dan Hayati yang dilambangkan dengan pepatah tersebut.

44

S Setting Saat musyawarah di rumah gadang P Participants -

E Ends peribahasa diatas menyatakan keselarasan, kesetaraan, keseimbangan antara satu dengan lainnya. Peran peribahasa pada konteks tersebut adalah menerima pinangan Aziz kepada Hayati karena keduanya sama-sama berbangsa dan bersuku yang setara atau setingkat.

A Act Sequences penggunaan kata-kata perbandingan seperti ruas dengan buku, janggut dengan dagu, bulan dengan matahari memperkuat kedudukan yang satu dengan yang lain.

K Key -

I Instrumentalities sebagai penanda kecocokan.

N Norms -

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial yaitu membicarakan objek berupa keserasian dan keselarasan antara Hayati dan Aziz.

Mengubah cupak nan usali. (TKVW, 2002: 103) Konteks tuturan:

Mak Tengah Limah bersitegang dengan Datuk Garang. Mak Tengah Limah mengetahui bahwa cinta Hayati hanya untuk Zainuddin, sedangkan hampir seluruh ninik mamak lebih memilih menjodohkan Hayati dengan Aziz. Datuk Garang akhirnya berkata, “Lebih baik dia mati, senang kita, daripada dia memberi malu ninik mamak, merusak adat dan lembaga, mengubah cupak nan usali. Apa

45

guna dia hidup kalau akan mencorengkan arang di kening dan menggoreskan malu di muka kita?”

S Setting saat musyawarah mufakat di rumah gadang. P Participants Datuk Garang dan Mak Tengah Limah

E Ends tujuan dari peribahasa tersebut adalah untuk memperingati untuk tidak melanggar adat yang sudah ada sejak dahulu kala dan diwarisi turun-temurun.

A Act Sequences menggunakan kata “usali” yang berarti usang atau tua menyatakan adat yang sudah tua dan usang tetapi masih kuat berlaku.

K Key datuk Garang mengucapkannya dengan penuh

amarah dan nada serta intonasi yang tinggi. I Instrumentalities diucapkan secara lisan.

N Norms sebagai bentuk bantahan perkataan Limah G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi

emotif karena partisipan menunjukkan kemarahannya saat menyampaikan

peribahasa tersebut.

Sudah ke laut, sudah ke darat, bukan saja sembarang orang. Kalau memang demikian bertemu dalam penglihatan, patut dibalas kita balas, patut dibalik kita balik. (TKVW, 2002: 105)

Konteks tuturan:

Mak Tengah Limah mengkhawatirkan jika Hayati dipelet oleh Zainuddin karena setiap hari Hayati hanya memikirkan pemuda itu. Datuk Garang merasa tertantang. Beliau berjanji akan membalas perbuatan Zainuddin jika memang terbukti ia telah mengguna-guna Hayati.

46

S Setting saat musyawarah mufakat di rumah gadang. P Participants Datuk Garang dan Mak Tengah Limah E Ends peribahasa ini berisi tentang balas dendam A Act Sequences penggunaan kata “patut” menandakan

kesiapsiagaan partisipan untuk membalas perbuatan yang tidak baik.

K Key datuk Garang mengucapkannya dengan nada

tinggi dan menantang. I Instrumentalities diucapkan secara lisan.

N Norms sebagai jawaban atas pertanyaan Limah G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi

emotif karena partisipan menunjukkan egonya saat menyampaikan peribahasa

tersebut.

Yang mengebat erat memancung putus. Memperkatakan baik dan buruk, hina dan mulia dari pagi, telah berkering tempat duduk, telah berhabis pinang sirih. Mencari yang akan elok. (TKVW, 2002: 105)

Konteks tuturan:

Datuk Garang memanggil Hayati untuk menyampaikan hasil akhir musyawarah mufakat dengan seluruh keluarga besar. Beliau menyatakan bahwa mereka telah rela berlama-lama duduk, mempertimbangkan baik dan buruk kedua pinangan, hingga akhirnya sepakat menerima Aziz.

S Setting saat musyawarah mufakat di rumah gadang. P Participants Datuk Garang dan Hayati

E Ends peribahasa ini menjelaskan tentang peran ninik mamak dalam masyarakat Minangkabau,

47

menilai, menimbang baik buruk dan memutuskan siapa yang berhak menjadi pendamping Hayati.

A Act Sequences menggunakan metafora yang dominan yaitu antara baik dan buruk, hina dan mulia.

K Key datuk Garang melontarkan peribahasa tersebut dengan penuh hati-hati dan berwibawa.

I Instrumentalities diucapkan secara lisan.

N Norms sebagai pembuka pembicaraan kepada Hayati atas keputusan yang diambil oleh ninik mamaknya.

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena membicarakan mengenai hasil musyawarah yang dilakukan oleh ninik mamak dan pemangku adat lainnya.

Rupanya bulat belum segolong, picak belum setapik di antara kami semuanya. (TKVW, 2002: 108)

Konteks tuturan:

Zainuddin membaca surat dari Datuk Garang yang berisi keputusan diterima atau tidaknya pinangan atas Hayati. Ternyata lamaran Zainuddin tidak dapat dikabulkan.

S Setting Zainuddin membuka surat dari Datuk Garang. P Participants Datuk Garang dan Zainuddin.

E Ends peribahasa diatas menunjukkan adanya

ketidaksepakatan diantara mereka yang bermusyawarah.

A Act Sequences penggunaan kalimat yang sopan dan baik.

K Key datuk Garang menulis peribahasa tersebut

sebagai balasan atas pinangan Zainuddin kepada Hayati

48 I Instrumentalities secara tertulis.

N Norms sebagai jawaban penolakan atas pinangan Zainuddin kepada Hayati.

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena membicarakan mengenai hasil musyawarah yang dilakukan oleh ninik mamak dan pemangku adat lainnya.

Kayu yang bercabang tidak boleh dihentakkan. (TKVW, 2002: 108) Konteks tuturan:

Zainuddin masih membaca surat Datuk Garang tentang penolakan pinangannya kepada Hayati dengan alasan banyak yang tidak sepakat jika Hayati dijodohkan dengannya lantaran ia tidak memenuhi syarat yang berlaku.

S Setting Zainuddin membuka surat dari Datuk Garang. P Participants Datuk Garang dan Zainuddin.

E Ends peribahasa diatas menyatakan bahwa ada pro dan kontra terhadap pinangan Zainuddin sehingga penolakan dianggap lebih baik daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menurut ninik mamak Hayati.

A Act Sequences penggunaan kalimat yang sopan dan baik.

K Key datuk Garang menulis peribahasa tersebut

sebagai penolakan atas pinangan Zainuddin kepada Hayati

I Instrumentalities secara tertulis.

N Norms sebagai penolakan atas pinangan Zainuddin kepada Hayati.

49

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi

referensial karena membicarakan mengenai penolakan pinangan Zainuddin

kepada Hayati.

Tiba tampak muka, berjalan tampak punggung. (TKVW, 2002: 109) Konteks tuturan:

Perasaan Zainuddin campur aduk ketika tahu lamarannya ditolak. Ia juga heran mengapa ia tidak diterima padahal ia telah meminta baik-baik kepada keluarga Hayati, bukan melalui jalur pelet atau guna-guna.

S Setting Zainuddin membaca surat Datuk Garang P Participants Zainuddin

E Ends peribahasa tersebut membicarakan tentang adab sopan santun dalam kehidupan, datang dan pulang dengan berpamitan, begitu juga jika hendak meminang perempuan.

A Act Sequences penggunaan analogi yang baik.

K Key dengan pilu Zainuddin mengumpat dalam hati I Instrumentalities secara lisan dalam benak Zainuddin.

N Norms sebagai bentuk adab yang baik. G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi referensial karena membicarakan mengenai kesantunan dalam bermasyarakat termasuk meminang perempuan.

50

Mengharapkan kejatuhan bintang di langit, umur habis badan pun payah, laba hilang rugi bertemu, melarat diangan-angan, sengsara dikira-kira. (TKVW, 2002: 113)

Konteks tuturan:

Khadijah lewat surat yang ia kirimkan kepada Zainuddin mengusulkan untuk menjauhi Hayati karena Hayati telah bertunangan dengan Aziz. Kalaupun Zainuddin hendak tetap menunggu, itu hanyalah kegiatan yang sia-sia karena Hayati sudah bersuamikan orang.

S Setting Zainuddin membaca surat yang dikirim Khadijah untuknya.

P Participants Khadijah dan Zainuddin

E Ends Khadijah berusaha menjelaskan bahwa Hayati telah menjadi milik orang lain sehingga sia-sia saja mengharapkannya kembali.

A Act Sequences penggunaan analogi yang sangat bagus K Key Khadijah menulisnya dengan bijak. I Instrumentalities melalui tulisan.

N Norms menyatakan perbuatan yang sia-sia. G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi puitik karena menyampaikan gagasan agar jangan berharap terlalu banyak untuk memiliki perempuan yang telah disunting orang.

51

Tidak boleh menohok kawan seiring, menggunting dalam lipatan, apalagi terhadap orang yang telah meminum air ayah bunda kita, dan kita pun begitu pula kepadanya. (TKVW, 2002: 116)

Konteks tuturan:

Zainuddin menceritakan semua yang dialaminya selama merantau di tanah Minangkabau, mulai dari perkenalannya dengan Hayati hingga patah hatinya pula karena Hayati yang telah direbut orang. Muluk dengan senang hati mendengarkan dan membantu semampunya, karena ia berprinsip tidak akan mengkhianati orang yang telah dianggap keluarganya sendiri termasuk Zainuddin.

S Setting Zainuddin meminta Muluk untuk membantunya, mereka berbicara di rumah Muluk.

P Participants Zainuddin dan Muluk.

E Ends Muluk berusaha meyakinkan Zainuddin bahwa ia dapat dipercaya, ia pun mengutarakan adat istiadat yang dipegangnya yaitu tak boleh berkhianat terutama kepada orang yang telah tinggal seatap dengannya.

A Act Sequences penggunaan kalimat orang yang telah meminum air ayah bunda kita mengacu pada tamu yang tinggal atau menumpang di rumah dan disajikan makanan yang sama rupanya antara pemilik dan pendatang ke rumah tersebut.

K Key Muluk melafalkannya dengan lantang dihadapan Zainuddin.

I Instrumentalities melalui percakapan lisan.

N Norms menyatakan prinsip yang kuat dan tegas dalam memegang amanah.

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi retorikal karena melarang mengkhianati seseorang yang telah dianggap sebagai saudara sendiri.

52

Makan hati berulam jantung. (TKVW, 2002: 117) Konteks tuturan:

Zainuddin khawatir akan tabiat Aziz yang akan menyakiti Hayati dan membuat wanita yang ia cintai harus hidup dalam kesedihan, maka dari itu Zainuddin meminta Muluk agar menyelidiki Aziz lebih rinci.

S Setting Zainuddin meminta Muluk untuk membantunya menyelidiki Aziz, mereka berbicara di rumah Muluk.

P Participants Zainuddin dan Muluk.

E Ends Zainuddin tidak ingin Hayati sakit hati lantaran perbuatan Aziz yang terkenal berperangai kasar. A Act Sequences ujarannya berbentuk percakapan biasa.

K Key Zainuddin melontarkan peribahasa tersebut

dengan nada dan intonasi datar. I Instrumentalities melalui percakapan lisan.

N Norms begitu mendengar jawaban Muluk bahwa Aziz adalah seorang penjudi dan pengganggu rumah tangga orang, timbulah kekhawatiran Zainuddin kalau Hayati tidak bahagia dan akan sengsara hidup bersama Aziz.

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi

referensial karena menyampaikan rasa khawatir Zainuddin akan kelangsungan

hidup Hayati yang tidak akan bahagia karena bersuamikan Aziz.

Selebat-lebatnya hujan, akhirnya akan teduh jua. (TKVW, 2002: 128) Konteks tuturan:

Hayati sedang menulis balasan surat untuk Zainuddin. Hayati meminta agar Zainuddin melupakan hal-hal yang berkenaan dengan mereka berdua. Hayati

53

juga meminta maaf atas keputusannya menikahi Aziz. Bagi Hayati segala sakit hati yang mereka berdua rasakan akan sembuh dengan sendirinya, seperti hujan lebat yang suatu saat akan teduh.

S Setting Hayati membalas surat Zainuddin. P Participants Hayati dan Zainuddin.

E Ends Hayati meminta Zainuddin agar melupakannya dan membiarkan luka hati tersebut sembuh dengan sendirinya.

A Act Sequences Hayati mengibaratkan masalah tersebut sebagai hujan yang akan teduh pada waktunya.

K Key Hayati menulis surat tersebut dengan perasaan sedih dan kecewa.

I Instrumentalities melalui tulisan dalam sebuah surat

N Norms surat ini dibuatnya sebagai balasan akhir akan surat-surat Zainuddin.

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi

referensial karena membahas topik mengenai Hayati yang beranggapan bahwa

permasalahan hatinya dengan Zainuddin akan sembuh pada waktunya.

Rumah gedang ketirisan, adat pusaka tak berdiri, mayat terbujur tengah rumah, gadis gedang belum terlaki. (TKVW, 2002: 131)

Konteks tuturan:

Menguraikan hal-hal apa saja yang dapat dijadikan alasan menggunakan harta warisan keluarga dalam budaya Minangkabau.

S Setting -

54

E Ends peribahasa tersebut menyatakan adat

Minangkabau yang melarang memperebutkan warisan kecuali 4 hal yaitu rumah yang rusak, tidak beradat pusaka, ada kemalangan, dan perempuan yang belum menikah.

A Act Sequences bentuk ujaran yang biasa dan isi ujaran mengenai 4 poin.

K Key -

I Instrumentalities merupakan adat yang tak tertulis tapi sudah dihafal oleh semua masyarakat Minangkabau

N Norms -

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena mengandung adat istiadat yang mau tak mau harus dipatuhi oleh masyarakat Minangkabau.

Tak kayu jenjang dikeping, tak emas bungkal diasah. (TKVW, 2002: 132) Konteks tuturan:

Menyatakan agar menggunakan harta warisan dengan benar sesuai dengan adat istiadat Minangkabau.

S Setting -

P Participants -

E Ends peribahasa tersebut menyatakan adat

Minangkabau yang mengatakan bahwa jika terdapat 4 poin yaitu rumah rusak, tak berpusaka, ada kemalangan, dan perempuan yang tak juga bersuami maka apalah guna warisan dipertahankan maka hendaklah harta tersebut digunakan untuk kepentingan hal-hal tadi.

A Act Sequences bentuk ujaran yang biasa dan isi ujaran mengenai anjuran untuk menggunakan harta warisan jika memang dibutuhkan sesuai dengan adat yang berlaku.

55

K Key -

I Instrumentalities merupakan adat yang tak tertulis tapi sudah dihafal oleh semua masyarakat Minangkabau.

N Norms -

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena mengandung adat istiadat yang mau tak mau harus dipatuhi oleh masyarakat Minangkabau.

Laksana roda pedati, turun naik silih berganti. (TKVW, 2002: 182) Konteks tuturan:

Aziz mengirim surat kepada Zainuddin yang isinya meminta maaf dan menyerahkan Hayati ke tangan Zainuddin karena ia sendiri tidak bisa menjadi suami yang baik. Aziz telah sadar bahwa keadaan bisa berbalik kapan saja seperti roda yang selalu berputar.

S Setting pada sebuah surat yang ditulisan Aziz untuk Zainuddin.

P Participants Aziz dan Zainuddin.

E Ends peribahasa tersebut diasosiasikan seperti kehidupan yang akan silih berganti dari susah ke senang begitu juga sebaliknya.

A Act Sequences bentuk ujaran yang sopan dan baik.

K Key dengan datar.

I Instrumentalities melalui jalur tulisan Aziz meminta maaf kepada Zainuddin yang telah ia kecewakan dan dirampas pengharapannya yaitu Hayati.

N Norms cara Aziz meminta maaf melalui surat karena malu telah ditolong Zainuddin padahal dahulu ia pernah menzaliminya.

56

G Genres berbentuk peribahasa

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena mengandung nasihat agar tidak sombong dan serakah dengan apa yang dimiliki sekarang karena mungkin akan diganti dengan kebalikannya.

Pinang akan disurutkannya ke tampuk, sirih akan dipulangkannya ke gagang. (TKVW, 2002: 184)

Konteks tuturan:

Aziz melalui suratnya meminta maaf kepada Hayati atas perbuatannya yang tidak pantas sebagai suami, ia juga menjatuhkan talaknya kepada Hayati dan menyarankan Hayati agar kembali ke pelukan Zainuddin, cinta sejatinya. Aziz menikahi Hayati secara sah menurut agama, maka ia pun akan menceraikan Hayati dengan cara yang sah pula menurut agama.

S Setting pada sebuah surat yang ditulisan Aziz untuk Hayati.

P Participants Aziz dan Hayati.

E Ends mengingatkan agar mengembalikan sesuatu ke asalnya semula, menikah secara agama maka harus bercerai secara agama juga.

A Act Sequences ujaran berorientasi pada perangkat tunangan yaitu pinang dan sirih

K Key Aziz menuliskannya dengan perasaan menyesal dan memelas.

I Instrumentalities melalui tulisan pada sebuah surat.

N Norms peribahasa tersebut sebagai jalur Aziz

menceraikan Hayati dengan bercerai secara baik-baik sebagaimana ia menikahinya dahulu. G Genres berbentuk peribahasa

57

Dari sisi fungsi bahasa menurut Jakobson, peribahasa tersebut mengandung fungsi konatif karena secara tidak langsung Aziz menjatuhkan talak kepada Hayati.

Segenap daun kehidupanku kau regas, segenap pucuk pengharapanku kau patahkan! (TKVW, 2002: 187)

Konteks tuturan:

Hayati mendatangi kamar tulis Zainuddin. Amarah mendadak menguasai Zainuddin, ketika Hayati meminta maaf atas segala kesalahannya dan berkata akan kembali menjadi Hayati dahulu yang mencintainya. Zainuddin membentak

Dokumen terkait