• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.2 Fungsi Produksi

Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk perusahaan (keluaran), namun konsep produksi dalam industri yang modern, kegiatan produksi lebih ditekankan kepada menciptakan nilai tambah terhadap suatu barang atau jasa. J. Sudarsono (1992:9).

Fungsi produksi menggambarkan hubungan atau keterkaitan antara faktor-faktor produksi (input) dengan produk yang dihasilkan (output). Output yang dihasilkan tersebut ditentukan oleh faktor-faktor produksi berupa modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan (Sadono Sukirno, 1996:194).

Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya dalam ekonomi pertanian maka faktor produksi dapat diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal. Menurut Abdurrahman (1982: 421) bahwa faktor produksi adalah faktor-faktor yang dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu barang ekonomi. Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan skil

Pengertian–pengertian tentang faktor produksi tersebut dapat disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan skil yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu komuditi yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi.

Seorang produsen termasuk petani dalam melaksanakan setiap produksinya, tidak akan terlepas dari kewajiban melakukan pengeluaran terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian pupuk dan obat-obatan, pembayaran sewa dan lain-lain. Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan proses produksi. Pengeluaran inilah yang disebut biaya produksi.

Dalam proses produksi usaha tani dibutuhkan berbagai macam faktor produksi tesebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dikombinasikan dalam penggunaannya. Faktor produksi yang digunakan ini

15

ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh petani untuk mampu menciptakan hasil produksi dan kemudian meraih pendapatan yang memuaskan adalah memiliki dan menguasai faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang semaksimal mungkin dengan kombinasi yang setepat mungkin.

Dalam teori produksi terdapat asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu The Law of Diminishing Return atau Diminishing Marginal Physical Product (hukum hasil yang semakin berkurang). Hukum hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila pemakaian salah satu faktor produksi terus menerus ditambah sebanyak satu unit sementara faktor produksi yang lain tetap, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat produksi tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun (Sadono, 1996 : 195).

Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu,

beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources).

1. Sumber daya fisik

Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan bahan mentah (raw material).

2. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.

Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan

17

pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum.

Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir. Sementara itu, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain.

Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.

3. Modal

Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oeleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.

Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku. 4. Kewirausahaan

Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi untuk

19

menghasilkan barang dan jasa. Sebanyak dan sebagus apa pun faktor produksi alam, tenaga manusia, serta modal yang dipergunakan dalam proses produksi, jika dikelola dengan tidak baik, hasilnya tidak akan maksimal.

5. Sumber daya informasi

Sumber daya informasi adalah seluruh data yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data ekonomi lainnya.

Konsep fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, yang satu disebut variabel dependent dan yang lain disebut variabel independent. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1994:159) yang menyatakan bahwa fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu disebut variabel dependent, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independent yang menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X.

Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Duglas dapat diketahui besaran elastisitas skala produksi atau fase produksi dan dapat menganalisa efisiensinya baik efisiensi fisik, harga maupun efisiensi ekonomis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fungsi produksi Cobb Douglas dapat

digunakan untuk mengetahui skala produksi dalam proses produksi. Apakah produksi dalam keadaan Constan Return to Scale (CRTS), Increasing Return To Scale (IRTS) atau Decreasing Return To Scale (DRTS). Increasing return to scale (IRTS), merupakan laju kenaikan hasil yang semakin naik dari sebelumnya disebut efisiensi produksi skala menaik. Constant return to scale (CRTS), yaitu kenaikan hasil yang sebanding atau tetap sama dengan hasil yang sebelumnya, maka ini berarti efisiensi skala produksi tetap. Decreasing Return to Scale (DRTS) merupakan kenaikan hasil produksi yang menurun atau disebut skala produksi menurun. Model matematis umum fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis sebagai berikut:

Q = ALαK Keterangan :

Q = output produksi

A = intersep atau parameter efisiensi K = input modal

L = input tenaga kerja

α = elastisitas input produksi tenaga kerja β = elastisitas input produksi modal

Dimana Q adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan barang modal. A, α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju. Parameter α mengukur persentase kenaikan Q

21

akibat adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Demikian pula parameter β, mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi, α dan β masing-masing merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika α +β = 1, maka terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi; jika α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika α + β < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi pada fungsi produksi Cobb-Douglas (Dominic Salvatore, 2005: 147). Cara memperoleh fungsi produksi Cobb douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan, sehingga menjadi : Ln Q = Ln A + αLnK + βLnL +ε, dengan meregres persamaan fungsi produksi Cobb Douglas tersebut maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Fungsi Cobb Douglas dapat dinyatakan dalam hubungan Y dan X persamaannya sebagai berikut:

Y = f(X1,X2,X3,…Xn) Keterangan :

Y = jumlah produksi yang dihasilkan

Xi= faktor produksi yang digunakan (i = 1,2,3,…n)

Dari fungsi produksi Cobb Douglas dapat dilihat hasil berdasarkan skala, jika perusahaan menambah input dua kali lebih banyak maka output yang dihasilkan lebih dari dua kali sehingga berlaku increasing return to scale (IRTS), yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama akan memberikan tambahan kepada produksi. Apabila keadaaan output

meningkat dengan proporsi lebih kecil maka berlaku decreasing return to scale (DRTS), yang artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama justru akan menurunkan produksi, sedangkan jika output meningkat dengan proporsi yang sama dengan input maka berlaku constant return to scale (CRTS), yang artinya tambahan ke atas faktor-faktor produksi tidak memberikan dampak naik atau turun terhadap produksi melainkan tetap. 2.3Faktor Produksi Peternakan Ayam

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 2003:19).

Dalam sebuah usaha, faktor produksi merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Menurut Mubyarto (1991 : 52), faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah atau lahan, modal, tenaga kerja dan skill atau manajemen pengelolaan. Keberadaan dari sistem pengelolaan tidak akan menyebabkan proses produksi tidak berjalan atau batal. Namun pengelolaan hanya menekankan pada usahayang maju dan berorientasi pasar (keuntungan). Kemampuan pengelolaan sangat penting, karena usaha bukanlah semata-mata hanya sebagai cara hidup. Jatuh-bangunnya suatu usaha salah satunya

23

dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola faktor-faktor produksi (Rahardi dkk, 2007 : 18).

Pengelolaan usaha memerlukan faktor produksi yang sering disebut korbanan produksi untuk menghasilkan produk (Soekartawi, 1994:29). Dalam istilah ekonomi, faktor produksi disebut dengan “input”. Dalam usaha peternakan ayam ras pedaging faktor-faktor yang mempengaruhi produksi adalah:

a. Lahan

Lahan dalam peternakan berupa kandang. Berdasarkan jenisnya, kandang dibagi menjadi dua, yaitu kandang tertutup dan kandang terbuka. Yang membedakan dari kedua jenis ini adalah mengenai sirkulasi udaranya. Sirkulasi udara akan mempengaruhi suhu udara di dalam kandang. Luas kandang atau luas ruang kandang untuk ayam ras pedaging adalah 10 ekor/m2. Dengan demikian, luas ruang yang akan disediakan tinggal dikalikan dengan jumlah ayam yang akan dipelihara dalam kandang tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia diketahui bahwa antara kepadatan 8, 9, 10, 11, dan 12 ekor ayam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Rasyaf, 2002). Hal ini dapat diartikan bahwa untuk dataran rendah atau dataran pantai, kepadatan yang lebih baik adalah 8-9 ekor ayam/m2. Sedangkan untuk dataran tinggi atau pegunungan kepadatannya sekitar 11-12 ekor ayam/m2, atau dengan rata-rata 10 ekor ayam/m2. b. Modal

Bibit ayam merupakan faktor utama dalam usaha peternakan ayam. Pertumbuhan ayam pada saat masih bibit tidak selalu sama, ada bibit yang pada masa awalnya tumbuh dengan cepat, tetapi dimasa akhir biasa-biasa saja, atau sebaliknya. Perbedaan pertumbuhan ini sangat tergantung pada perlakuan peternak atau pembibit, sehingga peternak harus memperhatikan konversi pakan dan mortalitasnya.

Biaya pembelian bibit merupakan biaya terbesar kedua. Kaitannya dengan pegangan berproduksi secara teknis karena bibit akan mempengaruhi konversi ransum dan berat badan ayam. Penelitian yang dilakukan Rita Yunus (2009) menghitung rata-rata biaya bibit yang harus dikeluarkan peternak ayam sebesar 20,31% dari total biaya produksi. Dalam memilih bibit DOC yang baik ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan yakni:

a) Anak ayam berasal dari induk yang sehat.

b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya. c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

d) Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik.

e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram. f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.

2) Pakan

Pertumbuhan yang cepat sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang banyak. Terlebih ayam pedaging termasuk ayam yang

25

senang makan. Bila pakan diberikan tidak terbatas, ayam pedaging akan terus makan sepuasnya sampai kekenyangan. Oleh karena itu, sebaiknya setiap ayam sudah ditentukan taraf konsumsi pakannya pada batas tertentu sesuai dengan arah pembentukan bibit.

Pemberian pakan ada yang lebih banyak dimasa awal sedangkan dimasa akhir biasa saja atau sebaliknya. Ada juga yang relatif sedikit dari pada bibit yang lain, tetapi bobot tubuh atau pertumbuhannya agak lambat. Hal ini tentunya akan menimbulkan kelebihan dan kelemahan yang biasanya muncul bila faktor lainnya mendukung/tidak mendukung. Proporsi biaya terbesar dalam usaha ternak adalah biaya pakan, hal ini dipertegas oleh Girinsonta (1991) bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi biaya produksi adalah biaya pakan. Biaya pakan merupakan biaya terbesar yaitu sekitar 60% dari biaya total produksi.

3) Vaksin, Obat dan Vitamin

Vaksinasi perlu diberikan untuk menanggulangi dan mencegah penyakit menular, tapi minimnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap proses vaksinasi. Obat atau antibiotik dapat didefinisikan sebagai antibakteri yang diperoleh dari metabolit fungsi dan bakteri, sedangkan vitamin merupakan komponen organik yang berperan penting dalam metabolisme tubuh, walaupun ayam dalam jumlah sedikit, vitamin tetap dibutuhkan dan berperan cukup besar. Pengeluaran biaya untuk obat- obatan dan vaksin cukup besar.

4) Listrik

Penggunaan listrik dalam usaha peternakan ayam ras pedaging ini tujuannya sebagai pencahayaan. Pengaturan cahaya lampu dimalam hari sangat menunjang pemeliharaan ayam ras pedaging didaerah tropis, terutama untuk makan di malam hari, karena pengaturan cahaya akan membantu meningkatkan penampilan ayam. Daerah tropis, suhu siang hari cukup tinggi sehingga mengganggu konsumsi pakan. Untuk mengejar konsumsi pakan , ayam harus diberi kesempatan makan pada malam hari. Tata letak lampu yang benar dan cahaya lampu yang cukup dalam kandang membantu meningkatkan konsumsi pakan. Biaya pemakaian listrik tidak terlalu mempengaruhi input usaha dibidang peternakan ayam.

5) Bahan Bakar

Faktor produksi bahan bakar dalam usaha peternakan ayam pedaging ini dikaitkan dengan penggunaan indukan atau brooder. Alat ini berfungsi menyerupai induk ayam, yakni menghangatkan ayam ketika baru menetas. Sumber panas yang bisa digunakan bermacam-macam, mulai dari kompor, minyak, gas, lampu pijar, atau air panas. Tujuan utama indukan adalah memberikan kehangatan bagi ayam, agar dapat menunjang keberhasilan pemeliharaan.

27

Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Secara usaha-ternak, tenaga kerja yang berasal dari keluarga peternak merupakan sumbangan keluarga pada produksi perternakan dan tidak pernah dinilai dengan uang, sedangkan secara ekonomi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang merupakan bagian dari biaya didalam suatu usaha.

Peternakan ayam sebenarnya bukan padat karya dan tidak selalu padat modal. Peternakan cenderung mempunyai kesibukan temporer, terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu dalam suatu peternakan dikenal beberapa istilah tenaga kerja, yaitu: (i) tenaga kerja tetap yang merupakan staf teknis atau peternak itu sendiri, merekalah yang sehari-hari berada dikandang dan yang menentukan keberhasilan usaha peternakan; (ii) tenaga kerja harian, umumnya merupakan tenaga kasar pelaksana kandang, misalnya membersihkan kandang ayam yang usai produksi, membersihkan rumput, dan lain-lain. (iii) tenaga kerja harian lepas, tenaga ini hanya bekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sementara dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh berbagai hal antara lain dipengaruhi oleh mekanisme pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja dan umur tenaga kerja.

Oleh karena itu perlu distandarisasi menjadi Hari Orang Kerja (HOK) atau Hari Kerja Setara Pria (HKSP).

Dokumen terkait