• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORETIS ............................................................. 15-29

C. Fungsi Tradisi Bagi Masyarakat

Berbicara mengenai tradisi, hubungan antara masa lalu dan masa kini haruslah lebih dekat. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu di masa kini ketimbang sekedar menunjukkan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Kelangsungan masa lalu di masa kini mempunyai dua bentuk: material dan gagasan, atau objektif dan subjektif. Menurut arti yang lebih lengkap, tradisi adalah keseluruhan benda material dan gagasan-gagasan yang berasal dari masa lalu, namun benar-benar masih ada hingga saat ini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang atau dilupakan. Di sini tradisi hanya berarti warisan, apa yang benar-benar tersisa dari masa lalu. Seperti yang dikatakan Shill: Tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini.20

Dilihat dari aspek benda material, yang menunjukkan dan mengingatkan kaitan khususnya dengan kehidupan masa lalu. Bangunan istana, tembok kota abad pertengahan, candi, puing-puing kuno, kereta kencana serta sejumlah benda peninggalan lainnya, jelas termasuk dalam pengertian tradisi. Dilihat dari aspek gagasan (termasuk keyakinan, kepercayaan, simbol, norma, nilai, aturan dan ideologi) haruslah yang benar-benar mempengaruhi pikiran dan perilaku yang melukiskan makna khusus atau legitimasi masa lalunya.

20Lihat Shill dalam Piotr Sztompka, The Sociology of Social Change, terj. Alimandan, Sosiologi Perubahan Sosial, (Edisi 1, Cet ke 5, Jakarta: Prenada, 2010), h. 70.

Dalam memahami tradisi adalah sikap atau orientasi pikiran tentang benda meterial atau gagasan yang berasal dari masa lalu yang dipungut orang di masa kini. Sikap atau orientasi ini menempati bagian khusus dari keseluruhan warisan historis dan mengangkatnya menjadi tradisi. Arti penting penghormatan atau penerimaan sesuatu secara sosial diterapkan sebagai tradisi menjelaskan betapa menariknya fenomena tradisi itu. Singkatnya, tradisi tidak tercipta atau berkembang dengan sendirinya secara bebas.

Dalam arti sempit, tradisi adalah kumpulan benda material dan gagasan yang diberi makna khusus yang berasal dari masa lalu. Tradisi pun mengalami perubahan. Tradisi lahir disaat tertentu ketika orang menetapkan fragmen tertentu dari warisan masa lalu sebagai tradisi. Tradisi berubah ketika orang memberikan perhatian khusus pada fragmen tradisi tertentu dan mengabaikan fragmen yang lain. Tradisi bertahan dalam jangka waktu tertentu dan mungkin lenyap bila benda material dibuang dan gagasan ditolak atau dilupakan.

Tradisi lahir melalui dua cara. Cara pertama, muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak. Karena suatu alasan, individu tertentu menemukan warisan historis yang menarik. Perhatian, kecintaan dan kekaguman yang kemudian disebarkan melalui berbagai cara memengaruhi rakyat banyak. Sikap takzim dan kagum itu berubah menjadi perilaku dalam bentuk upacara, penelitian dan pemugaran peninggalan purbakala serta menafsir ulang keyakinan lama. Semua perbuatan itu memperkokoh sikap. Kekaguman dan tindakan individual menjadi milik bersama dan berubah menjadi fakta sosial sesungguhnya. Begitulah tradisi dilahirkan. Proses kelahiran tradisi sangat mirip dengan penyebaran temuan baru. Hanya saja dalam kasus tradisi

ini lebih berarti penemuan atau penemuan kembali sesuatu yang telah ada di masa lalu ketimbang penciptaan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.

Cara kedua, muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang dianggap sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh individu yang berpengaruh atau berkuasa. Raja mungkin memaksakan tradisi dinastinya kepada rakyatnya.

Dua jalan kelahiran tradisi itu tidak membedakan kadarnya. Perbedaanya terdapat antara “tradisi asli”, yakni yang sudah ada di masa lalu dan “tradisi buatan”, yakni murni khayalan atau pemikiran masa lalu. Tradisi buatan mungkin lahir ketika orang memahami impian masa lalu dan mampu menularkan impiannya itu kepada orang banyak. Lebih sering tradisi buatan ini dipaksakan dari atas oleh penguasa untuk mencapai tujuan politik mereka.21

Begitu terbentuk, tradisi mengalami berbagai perubahan. Perubahan secara kuantitatif dapat terlihat melalui banyaknya jumlah penganut atau pendukung tradisi tersebut. Dalam masyarakat, siapapun dapat ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu yang kemudian dapat mempengaruhi seluruh rakyat baik individual maupun secara kelompok, satu negara maupun global.

Tradisi dalam masyarakat tidak bisa dipisahkan, keduanya saling terkait satu sama lain, seperti yang dikatakan Shil dalam buku “The Sosiology of Social Change” menegaskan bahwa: Manusia tak mampu hidup tanpa tradisi meski mereka sering merasa tak puas terhadap tradisi mereka.22

21 Lihat Shill dalam Piotr Sztompka, The Sociology of Social Change, terj. Alimandan, Sosiologi Perubahan Sosial, h. 74.

22 Lihat Shill dalam Piotr Sztompka, The Sociology of Social Change, terj. Alimandan, Sosiologi Perubahan Sosial, h. 74.

Dari pernyataan Shill di atas, dapat dipahami bahwa tradisi dalam masyarakat sangat dibutuhkan sehingga menyebabkan tradisi tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Tradisi adalah kebijakan turun-temurun, yang tempatnya berada dalam kesadaran, keyakinan, nilai dan norma yang dianut kini serta di dalam benda yang diciptakan di masa lalu. Tradisi pun menyediakan fragmen warisan historis yang dipandang bermanfaat. Tradisi layaknya seonggok gagasan dan material yang dapat digunakan seseorang dalam tindakannya saat ini dan untuk membangun masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu. Salah satu contohnya: tradisi mengenai peran yang harus diteladani seperti tradisi kepahlawanan, kepemimpinan seseorang atau Nabi.

b. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Salah satu sumber legitimasi terdapat dalam tradisi. Biasa dikatakan: “selalu seperti itu” atau “orang selalu mempunyai keyakinan demikian”, dengan kata lain tindakan tertentu hanya akan dilakukan karena orang lain melakukan hal yang sama di masa lalu atau keyakinan tertentu diterima semata-mata karena mereka telah menerimanya sebelumnya.

c. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok. Tradisi nasional dengan lagu, bendera, mitologi dan ritual umum adalah contoh utama.

d. Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, ketakpuasan dan kekecewaan kehidupan modern. Contohnya: tradisi kedaulatan dan kemerdekaan di masa lalu membantu suatu bangsa untuk bertahan hidup ketika berada dalam penjajahan.