• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

G. Gabungan Hukuman

37

Jarimah terkadang dilakukan oleh seorang diri dan kadang dilakukan oleh beberapa orang. Hanafi membagi kerjasama dalam berbuat jarimah dalam

empat kemungkinan:24

1. Pelaku melakukan jarimah bersama-sama orang lain (mengambil bagiannya dalam melaksanakan jarimah. Artinya secara kebetulan melakukan bersama-sama.

2. Pelaku mengadakan persepakatan dengan orang lain untuk melakukan

jarimah.

3. Pelaku menghasut (menyuruh) orang lain untuk melakukan jarimah.

4. Orang yang memberi bantuan atau kesempatan jarimah dengan berbagai cara tanpa turut serta melakukannya.

G. Gabungan Hukuman

Gabungan hukuman dapat terjadi manakala terdapat gabungan jarimah. Gabungan jarimah terjadi apabila seseorang melakukan beberapa macam

jarimah. Dimana masing-masing jarimah tersebut belum mandapat keputusan

terakhir.25

Gabungan jarimah adakalanya terjadi dalam lahir saja, dan adakalanya benar-benar nyata. Gabungan dalam lahir terdapat apabila pelaku melakukan sesuatu jarimah yang dapat terkena oleh bermacam-macam ketentuan.

24Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, 55.

38

Contohnya seperti seseorang melakukan penganiayaan terhadap seorang petugas yang melaksanakan tugasnya. Dalam kasus ini pelaku bisa dituntut karena

penganiayaan dan melawan petugas.26

Dari uraian tersebut terlihat dengan sangat jelas perbedaan antara gabungan dengan pengulangan, sebagaimana telah diuraikan di atas. Letak perbedaan antara keduannya adalah dalam hal apakah pelaku dalam jarimah yang pertama atau sebelumnya sudah dihukum (mendapat keputusan terakhir), itu termasuk gabungan dan kalau sudah itu termasuk pengulangan, seharusnya pelaku pada pengabungan jarimah tidak dijatui hukuman atas semua jarimah yang dilakukannya, meskipun gabungan jarimah tersebut menunjukkan jiwa kejahatannya. Hal ini oleh karena ia mengulangi suatu perbuatan jarimah, ia belum mendapatkan hukuman dan pengajaran dari jarimah sebelumnya. Berbeda denngan mengulangi kejahatan yang telah mendapatkan hukuman dan dengan hukuman itu dimakusdkan agar ia tidak mengulangi perbuatannya. Dalam hukum pidana Islam, teori tentang bergandanya hukuman sudah dikenal oleh para

fuqaha, teori tersebut dibatasi dengan dua teori yang lain yaitu teori saling

memasuki (at-tadakhul) dan penyerapan ( al-jabb). a. Teori saling memasuki (at-tadakhul)

Menurut teori at-tadakhul, ketika terjadi gabungan perbuatan, maka hukuman-hukumannya saling melengkapi (memasuki), sehingga oleh

39

karenannya semua perbuatan tersebut hanya dijatuhi satu hukuman, seperti kalau seseorang melakukan satu jarimah. Teori tersebut didasarkan atas dua

pertimbangan, yaitu:27

1) Meskipun jarimah yang dilakukan berganda, tetapi semuannya itu jenisnya sama. Maka sudah sepantasnya kalau pelaku hanya dikenakan satu macam hukuman saja

2) Meskipun perbuatan-perbuatan yang dilakukan berganda dan berbeda-beda macamnya, namun hukumannya bisa saling melengkapi, dan cukup satu hukuman yang dijatuhkan untuk melindungi kepentingan yang sama. b. Teori penyerapan (al-jabb)

Pengertian penyerapan menurut syariat Islam adalah cukup satu saja, sehingga hukuman-hukuman yang lain tidak perlu dijatuhkan. hukman dalam konteks ini tidak lain adalah hukuman mati, dimana pelaksanaannya dengan sendirinya menyerap hukuman-hukuman yang lain.

H. Takzir

1. Pengertian Takzir

takzir adalah bentuk masdar dari kata ُرِﺰْﻌَﯾ - َرَﺰَﻋ yang secara etimologis berarti ُﻊْﻨَﻟاَوﱡدﱠﺮﻟا yaitu menolak dan mencegah. Kata ini juga memiliki arti

40

ُهَﺮَﺼَﻧmenolong atau menguatkan.28 Dalam hal ini seperti Firman Allah SWT,

berikut:

اﻮُﻨِﻣْﺆُـﺘِﻟ

ْﻜُﺑ ُﻩﻮُﺤﱢﺒَﺴُﺗَو ُﻩوُﺮﱢـﻗَﻮُـﺗَو ُﻩوُرﱢﺰَﻌُـﺗَو ِﻪِﻟﻮُﺳَرَو ِﻪﱠﻠﻟﺎِﺑ

ﻼﻴِﺻَأَو ًةَﺮ

Artinya: Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama) Nya, membesarkkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya

diwaktu pagi dan petang. (QS. Al-Fath (48):9).29

Kata takzir dalam ayat ini juga berarti ُهاَﻮَﻗَو ُﮫَﻧﺎَﻋَأَو ُهَﺮﱠﻗَو َو ُﮫَﻤﱠﻈَﻋ, yaitu membesarkan, memperhatikan, membantu, dan menguatkan (agama Allah). Sementara itu, Al-fayyumi dalam Al-misbah Al-munir mengatakan bahwa

takzir adalah pengajaran dan tidak termasuk ke dalam kelompok hadd.30

Takzir juga diartikan dengan ٌدﱢﺮﻟاَو ُﻊْﻨَﻤﻟا, artinya menolak dan mencegah, karena ia dapat mencegah pelaku agar tidak mengulangi

perbuatannya.31

Hukuman takzir adalah hukuman pendidikan atau dosa-dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan oleh syarak. Hukuman takzir adalah sekumpulan hukuman yang belum ditentukan jumlahnya, yang dimulai dari hukuman yang paling ringan, seperti nasihat dan teguran, sampai kepada hukuman yang paling berat, seperti kurungan dan dera, bahkan sampai kepada hukuman mati dalam tindak pidana yang berbahaya. Hakim didelegasikan

28Ibid., 60.

29Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Surabaya: Cv. Karya Utama, 2000), 511.

30Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, 62.

41

wewenang untuk memilih hukuman yang sesuai dengan keadaan tindak

pidana serta diri pelakunya.32

Hukum takzir oleh Islam diserahkan sepenuhnya kepada hakim, akan tetapi dengan memperhatikan kepada hukum-hukum pidana yang sudah

positif.33Pada jarimah takzir al-Qur’an dan al-Hadith tidak menerapkan secara

terperinci, baik dari segi bentuk jarimah maupun hukumannya.34Dasar hukum

disyariatkannya sanksi bagi pelaku jarimah takzir adalah at-ta’zir yadurru

ma’a maslahah artinya, hukuman takzir didasarkan pada pertimbangan

kemaslahatan dengan tetap mengacu kepada prinsip keadilan dalam

masyarakat.35

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, jelas bahwa takzir adalah suatu istilah untuk hukuman atas jarimah yang hukumannya belum ditetapkan oleh syarak. Di kalangan fuqaha, jarimah yang hukumannya belum ditetapkan oleh syarak dinamakan jarimah takzir. Jadi, istilah takzir bisa digunakan untuk hukuman dan bisa juga untuk jarimah (tindak pidana). 2. Dasar Hukum Disyariatkannya Takzir

Dasar hukum disyariatkannya takzir terdapat dalam beberapa hadith

32Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam (Bogor: Pt.Kharisma Ilmu), 84.

33Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: Pt.Rineka Cipta, 1992), 548.

34Jaih Mubarok, Kaidah-Kaidah Fiqh Jinayah, (Badung:Pustaka Bani Quraisy, 2004), 47.

35Makhrus Munajat, Reaktualisasi Pemikiran Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta: Cakrawala, 2006), 14.

42

Nabi Saw. dan tindakan sahabat. Hadith-hadith tersebut yaitu sebagai berikut:36

Hadith pertama

ٍﺔَﻤْﻬُـﺗ ِﰲ ًﻼُﺟَر َﺲَﺒَﺣ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﷲا ﱠﻰﻠَﺻ ﱠِﱯﱠﻨﻟا ﱠنَأ ِﻩﱢﺪﺟ ﻦﻋ ِﻪﻴِﺑَأ ْﻦَﻋ ٍﻢﻴِﻜَﺣ ِﻦْﺑِﺰْﻬَـﺑ ْﻦَﻋ

Artinya: Dari Bahz Bin Hakim dari ayahnya dan kakeknya bahwasannya Nabi Saw. menahan seseorang karena disangka melakukan kejahatan. (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, Al-Nasa’I, dan Baihaqi disahihkan oleh Hakim).

Hadith kedua

َـﻓ ٌاﺪﺣَأ ُﺪَﻠُْﳚَﻻ ُلﻮُﻘَـﻳ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﷲا َلﻮُﺳَر َﻊَِﲰ ُﻪﱠﻧَأ ﱢيِرَﺎﺼْﻧ َْﻷا َةَدْﺮُـﺑ ِﰊَأ ْﻦَﻋ

َقْﻮ

ٍطاَﻮْﺳَأٍةَﺮَﺸَﻋ

ِﷲا ِدوُﺬُﺣ ْﻦِﻣ ﱟﺪﺣ ِﰲ ﱠﻻِإ

Artinya: Dari Abi Burdah Al-Anshari bahwa ia mendengar rasulullah Saw. bersabda “tidak boleh dicambuk lebih dari sepuluh kali, kecuali di dalam hukuman yang telah ditentukan oleh Allah Swt. (HR.Muttafaq’alaih).

Hadith ketiga

ِتﺎَﺌْﻴَْﳍا يِوَذ اﻮُﻠﻴِﻗَأ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ﷲا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ْﺖَﻟﺎَﻗ َﺎﻬْﻨَﻋ ﷲا َﻲِﺿَر َﺔَﺸِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋ

Artinya: Dari Aisyah ra.Bahwa Nabi Saw. bersabda, “ringankanlah hukuman bagi orang-orang yang tidak pernah melakukan kejahatan atas perbuatan mereka, kecuali dalam jarimah-jarimah hudud.(HR. Ahmad, Abu Daud, Al-Nasa’i, dan Al-Baihaqi).

Secara umum ketiga hadith tersebut menjelaskan tentang eksistensi

takzir dalam syariat Islam Berikut ini penjelasannya:37

1) Hadith pertama menjelaskan tentang tindakan Nabi yang menahan tersangka pelaku tindak pidana untuk memudahkan proses penyelidikan.

36M.Nurul Irfan, Fiqih Jinayah, (Jakarta:Amzah, 2013) 140.

43

Apabila tidak ditahan, dikhawatirkan orang tersebut melarikan diri, menghilangkan barang bukti, atau mengulangi perbuatan tindak pidana. 2) Hadith kedua menjelaskan tentang batasan hukuman takzir yang tidak

boleh lebih dari sepuluh kali cambukan untuk membedakannya dengan hudud. Dengan batas hukuman ini, dapat diketahui mana yang termasuk jarimah hudud dan mana yang termasuk jarimah takzir. Menurut Al-Kahlani, ulama sepakat bahwa yang termasuk jarimah hudud adalah zina,

qadzf, meminum khamr, pemberontakan, murtad, pencurian, dan

perampokan. Adapun jarimah kisas-diat terdiri atas pembunuhan dan penganiayaan. Masing-masing jarimah itu, dibedakan lagi: pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja dan pembunuhan tersalah, penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja. Selain itu jarimah-jarimah yang sudah disebutkan, termasuk kadalam jarimah-jarimah takzir. Meskipun demikian, tetap saja ada ada perselisihan, di antaranya mengenai liwath (homoseksual atau lesbian).

3) Hadith ketiga mengatur tentang teknis pelaksanaan hukuman takzir yang bisa jadi berbeda-beda penerapannya, tergantung status pelaku dan hal lainnya.

Adapun tindakan sahabat yang dapat dijadikan dasar hukum untuk hudud dan takzir, antara lain tindakan Umar Bin Khaththab ketika melihat seorang yang menelentangkan seekor kambing untuk disembelih. Setelah

44

ditelentangkan, ia baru mengasah pisau. Umar mencambuk orang itu dan berkara “asahlah dulu pisau itu”.

3. Macam-Macam Sanksi Takzir

a. Sanksi Takzir Yang Berkaitan Dengan Badan

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sanksi

takzir itu beragam. Adapun mengenai sanksi takzir yang berkaitan dengan

badan, dibedakan menjadi dua, yaitu hukuman mati dan cambuk. 1) Hukuman Mati

Mazhab Hanafi memperbolehkan sanksi takzir dengan hukuman mati apabila perbuatan itu dilakukan berulang-ulang dan dapat membawa kemaslahatan bagi masyarakat. Contohnya, pencurian yang berulang-ulang dan menghina Nabi beberapa kali yang dilakukan oleh kafir dzimmi yang baru masuk Islam.

Kalangan Malikiyah dan sebagian Hanabilah juga membolehkan hukuman mati sebagai sanksi takzir tertinggi. Sanksi ini dapat diberlakukan terhadap mata-mata dan orang yang melakukan kerusakan dimuka bumi. Demikian pula sebagian Syafi’iyah yang membolehkan hukuman mati, seperti dalam kasus homoseks. Selain itu, hukuman mati juga boleh diberlakukan dalam kasus penyebaran

45

aliran-aliran sesat yang menyimpang dari al-Qur’an dan as-Sunnah.38

Ulama yang membolehkan hukuman mati sebagai sanksi takzir

beralasan dengan hal-hal sebagai berikut:39

2) Hadith yang diriwayatkan Imam Ahmad al-Dailami al-Hamiri, ia menceritakan,

“saya berkata kepada Rasulullah Saw, ya Rasulullah, kami berada di suatu daerah untuk melepaskan suatu tugas yang berat dan kami membawa minuman dan perasan gandum untuk kekuatan kami dalam melaksanakan pekerjaan yang berat itu. Rasulullah bertanya, apakah minuman itu memabukkan? Saya menjawab, ya, Nabi bertutur, ‘kalau demikian, jauhilah, saya berujar ‘akan tetapi orang-orang tidak meninggalkannya, Rasulullah bersabda ‘apabila tak mau meninggalkan perangilah mereka”.

3) Orang yang melakukan kerusakan di muka bumi apabila tidak ada jalan lain lagi, boleh dihukum mati

4) Hadith yang menunjukkan adanya hukuman mati selain hudud.

َأ ْﻦَﻣ

ْﻢُﻜَﺘَﻋَﺎ َﲨ َقﱢﺮَﻔُـﻳ ْوَأ ْﻢُﻛَﺎﺼَﻋ ﱠﻖُﺸَﻳ ْنَأ ُﺪﻳِﺮُﻳ ٍﺪ ِﺣاَو ٍﻞُﺟَر ﻰَﻠَﻋ ٌﻊﻴَِﲨ ْﻢُﻛُﺮْﻣَأَو ْﻢُﻛﺎَﺗ

ُﻩﻮُﻠُـﺘْـﻗﺎَﻓ

Artinya: Jika ada orang yang mendatangani kalian, ketika kalian berada dalam suatu kepemimpinan (yang salah) lalu orang tersebut ingin merusak tongkat (persatuan) atau memecah belah kalian, maka

bunuhlah orang tersebut. (HR.Muslim).40

Adapun ulama yang melarang penjatuhan sanksi hukuman mati sebagai sanksi takzir,beralasan dengan hadith berikut.

38Ibid, 147.

39Ibid., 150

46

َﻬْﺸَﻳ ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ٍئِﺮْﻣا ُمَد ﱡﻞَِﳛَﻻ

ُﺲْﻔﱠـﻨﻟا ِثَﻼَﺛ ىَﺪْﺣِﺈِﺑﱠﻻِإ ﷲا ُلﻮُﺳَر ﱢﱐَأَو ﷲا ﱠﻻِإ َﻪَﻟِإَﻻ ْنَأ ُﺪ

ِﺔَﻋﺎَﻤَﺠْﻠِﻟ ُكِرﺎﱠﺘﻟا ِﻦﻳﱢﺪﻟا ْﻦِﻣ ُقِرَﺎﻤْﻟاَو ِﱐاﱠﺰﻟا ُﺐﱢﻴﱠـﺜﻟاَو ِﺲْﻔﱠـﻨﻟﺎِﺑ

Artinya: Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah, kecuali salah sutu dari tiga sebab ini, yaitu qishas pembunuhan. Pezina muhsan, dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari

jamaah.(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).41

Berdasarkan hadith tersebut, hanya tiga jenis jarimah itulah yang dapat dijatuhi hukuman mati. Sementara itu, hadith yang diriwayatkan al-Dailami dianggap lemah.

Dari uraian di atas, tampaknya yang lebih kuat adalah pendapat yang memeperbolehkan hukuman mati. Meskipun demikian, pembolehan ini disertai persyaratan yang ketat, syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

a) Jika terhukum adalah residivis di mana hukuman-hukuman sebelumnya tidak memberi dampak apa-apa baginya

b) Harus dipertimbangkan betul dampak kemaslahatan umat serta pencegahan kerusakan yang menyebar di muka bumi.

Hukuman mati sebagai sanksi takzir tertinggi, hanya diberikan kepada pelaku jarimah yang berbahaya sekali, berkaitan dengan jiwa, keamanan, dan ketertiban masyarakat. Di samping sanksi hudud tidak lagi memberi pengaruh baginya.

47

1) Hukuman Cambuk

Hukuman cambuk cukup efektif dalam menjerakan pelaku

jarimah takzir. Hukuman ini dalam jarimah hudud telah jelas

jumlahnya bagi pelaku jarimah zina ghairu muhsan dan jarimah qadzf. Namun dalam jarimah takzir, hakim diberikan kewenangan untuk menetapkan jumlah cambukan disesuaikan dengan kondisi pelaku, situasi dan tempat kejahatan.

Hukuman ini dikatakan efektif, karena memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan hukuman lainnya, yaitu sebagai berikut: a) Lebih menjerakan dan lebih memiliki daya represif, kerena

dirasakan langsung secara fisik

b) Bersifat fleksibel. Setiap jarimah memiliki jumlah cambukan yang berbeda-beda

c) Berbiaya rendah. Tidak membutuhkan dana besar dan penetapannya sangat praktis

d) Lebih murni dalam menerapkan prinsip bahwa sanksi ini bersifat pribadi dan tidak sampai menelantarkan keluarga terhukum. Apabila sanksi ini sudah dilaksanakan, terhukum dapat langsung dilepaskan dan dapat beraktivitas seperti biasanya. Dengan demikian hal ini tidak membawa akibat yang tidak perlu kepada keluargannya.

48

a. Sanksi Takzir Yang Berkaitan Dengan Kemerdekaan Seseorang

Mengenai hal ini ada dua jenis hukuman, yaitu hukuman penjara dan

hukuman pengasingan.42

1) Hukuman Penjara

Dalam bahasa arab, ada dua istilah untuk hukuman penjara, yaitu al-habsu dan al-sijnu yang keduanya bermakna al-man’u, yaitu mencegah, menahan. Menurut Ibnu al-Qayyim, al-habsu ialah menahan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum, baik itu rumah, masjid, maupun tempat lain. Demikianlah yang dimaksud dengan al-habsu di masa nabi dan Abu Bakar. Akan tetapi setelah wilayah Islam bertambah luas pada masa pemerintahan Umar, ia membeli rumah Syafwan bin Umayyah dengan harga 4.000 dirham untuk dijadikan penjara.43

Berdasarkan pemikiran ini, kebanyakan ulama membolehkan ulil amri untuk membuat penjara. Sebaliknya, ada pula ulama yang tidak membolehkannya karena Nabi dan Abu Bakar tidak membuatnya, meskipun beliau pernah menahan seseorang di rumahnya atau di masjid.

Para ulama yang membolehkan sanksi penjara, juga berdalil tindakan Ustman yang memenjarakan Zhabi’ dan Harist (seorang pencopet dari Bani

42Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam.., 74

49

Tamim), Ali memenjarakan Abdullah bin Zubair di makkah, dan Rasulullah yang menahan seseorang tertuduh untuk menunggu proses persidangan. Mengenai tindakan yang terakhir, hal itu beliau lakukan karena khawatir si tertuduh akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti, dan mengulangi melakukan kejahatan.

Hukuman penjara dapat menjadi hukuman pokok dan dapat pula menjadi hukuman tambahan, apabila hukuman pokok yang berupa hukuman cambuk tidak membawa dampak bagi terhukum. Selanjutnya, hukuman ini

dibedakan menjadi dua yakni sebagai berikut:44

2) Hukuman Penjara Terbatas

Hukuman penjara terbatas ialah hukuman penjara yang lama waktunya dibatasi secara tegas. Hukuman ini diterapkan antara lain untuk jarimah penghinaan, menjual khamr, memakan riba, berbuka puasa pada siang hari di bulan ramadhan tanpa halangan, mengairi ladang dengan air milik orang lain tanpa izin dan bersaksi palsu.

Tidak ada batas maksimal yang dijadikan pedoman dan hal itu diserahkan kepada hakim dengan memperhatikan perbedaan kondisi, jarimah, pelaku, tempat, waktu, dan situasi ketika jarimah itu terjadi. Hal serupa juga

terjadi pada batas minimal. Menurut Imam al-Mawardi,45 batas minimal

hukuman penjara adalah satu hari. Sementara itu menurut Ibnu Qudamah,

44Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam., 76.

50

tidak ada ketentuanyang pasti dan hal ini diserahkan kepada imam. Ia menambahkan, apabila hukuman penjara (takzir) ditentukan batasnya, maka tidak ada bedanya antara hukuman hadd dan hukuman takzir.

3) Hukuman Penjara Tidak Terbatas

Hukuman penjara tidak terbatas tidak dibatasi waktunya dan berlangsung terus sampai si terhukum meninggal dunia atau bertaubat. Hukuman ini dapat disebut juga dengan hukuman penjara seumur hidup, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam hukum positif indonesia.Hukuman seumur hidup ini dalam hukum pidana Islam dikenakan kepada penjahat yang sangat berbahaya.

4) Hukuman Salib

Dalam tindak pidana gangguan keamanan atau perampokan (hirabah), hukuman salib adalah hukuman hudud. Menurut sebagian fuqaha, pelaku salib setelah dieksekusi mati, sedangkan menurut yang lain, pelaku disalib hidup-hidup kemudian dihukum mati dalam keadaan tersalib. Adanya ketetapan bahwa hukuman salib atas perampok adalah hukuman hudud mendorong

fuqaha untuk menatakan bahwa hukuman salib dapat menjadi hukuman takzir.46

5) Hukuman Peringatan (Al-Wa’zu) Dan Hukuman Yang Lebih Ringan Darinya. Dalam hukum Islam, hukuman peringatan termasuk kategori hukuman

takzir. Hakim boleh hanya menghukum pelaku dengan hukuman peringatan

51

bila hukuman ini cukup membawa hasil, yakni memperbaiki pribadi pelaku dan mencegahnya untuk mengulangi perbuatannya (berefek jera). al-Qur’an secara jelas menyebutkan hukuman peringatan

اﻮُﻐ ْـﺒَـﺗ َﻼَﻓ ْﻢُﻜَﻨْﻌَﻃَأ ْنِﺈَﻓ ﱠﻦُﻫﻮُﺑِﺮْﺿا َو ِﻊ ِﺟﺎَﻀَﻤْﻟا ِﰲ ﱠﻦُﻫوُﺮُﺠْﻫاَو ﱠﻦُﻫﻮُﻈِﻌَﻓ ﱠﻦُﻫَزﻮُﺸُﻧ َنﻮُﻓﺎََﲣ ِﰐ ﱠﻼﻟاَو

Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka

nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS. An Nisa’[4]: 34).47

Dalam hukum Islam, masih ada hukuman takzir yang lebih ringan dari peringatan, yaitu disiarkan nama pelaku pidana atau dihadapkannya pelaku ke muka pengadilan sebagai bentuk hukuman takzir.

Hukuman semacam ini baru dapat dijatuhkan kepada pelaku apabila hal ini dapat dijatuhkan kepada pelaku apabila hal itu dapat menjadikannya baik, memiliki pengaruh, dan mencegahnya (untuk kembali mengulanginya). 6) Hukuman Pengucilan (Hajr)

Diantara hukuman takzir dalam hukum Islam adalah hukuman

pengucilan (hajr) sebagai hukuman yang dijatuhkan kepada istri,

sebagaimana termaktub dalam al-Quran, surah an-nisa’ ayat 34:48

Artinya; hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah

47Departemen Agama RI, al-Qur’an dan terjemahnya, (Surabaya: Pustaka Harapan, 2006), 201

52

mereka ditempat tidur (pisah ranjang). (QS. an-nisa’[4] 34)

Dalam sejarah Rasulullah pernah menjatuhkan hukuman pengucilan teradap tiga orang yang tidak ikut serta dalam perang tabuk, yaitu Kaáb Bin Malik, Mirarah Bin Rubaiáh Al-Amiri, Dan Hilal Bin Umaiyah. Ketiganya dikucikan selama lima puluh hari tanpa diajak berbicara.

7) Hukuman Teguran (Taubikh)

Hukuman takzir dalam hukum Islam antara lain adalah hukuman teguran atau pencelaan (taubikh). Apabila hakim memandang bahwa hukuman teguran dapat memperbaiki dan medidik terpidana, cukup baginya untuk menjatuhkan hukuman taubikh kepadanya.

8) Hukuman Ancaman (Tahdid)

Hukuman ancaman (tahdid) juga termasuk diantara hukuman takzir, dengan syarat bukan ancaman kosong dan hukuman ini akan membawa hasil serta dapat memperbaiki keadaan terpidana dan mendidiknya. Hukuman tahdid antara lain dengan ancaman apabila terpidana mengulangi perbuatannya, ia

akan didera, dipenjara, atau dijatuhi hukuman yang lebih berat.49

9) Hukuman Penyiaran Nama Pelaku (Tasyhir)

Tasyhir adalah mengumumkan tindak piadan pelaku kepada publik.

Hukuman tasyhir dijatuhkan atas tindak pidana yang terkait dengan

53

kepercayaan, seperti kesaksian palsu dan penipuan. Pada zaman dahulu, penerapan hukuman perusakan nama baik ini dilakukan dengan cara mengumumkan perbuatan terpidana ditempat umum, sepertipasar dan tempat-tempat umum dimana pada saat itu tidak ada cara atau media lain. adapun pada

masa sekarang, hukuman tasyhir dapat dilakukan dengan cara

mengumumkannya di surat kabar atau menempelkan pengumuman tersebut ditempat-tempat umum.

10) Hukuman-Hukuman Lainnya

Hukuman takzir dalam hukum Islam tidak terbatas hanya dalam bentuk hukuman yang telah disebutkan diatas.Ini karena hukuman takzir tidak ditentukkan bentuk dan jumlahnya, tetapi diserahkan kepada penguasa atau badan Legislatif (hayáh at-tasyriíyyah) untuk memilih hukuman yang dipandang sesuai untuk memerangi tindak pidana tersebut serta dapat memperbaiki, mendidik, dan mengajari terpidana.

a) Dicabut dari hak kepegawaian (pemecatan) hukuman ini biasannya dijatuhkan kepada pegawai umum, baik yang digaji maupun yang tidak. b) Pencabutan hak-hak tertentu sebagian hak terpidana yang ditetapkan oleh

hukum Islam dicabut, seperti hak menduduki suatu jabatan, memberikan kesaksian, tercabutnya hak mendapat rampasan perang, gugurnya hak mendapatkan nafkah bagi istri yang nusyuz, dan sebagainya.

54

c) Perampasan harta atau materiil. Perampasan yang dilakukan meliputi penyitaan barang bukti tindak pidana dan barang yang terlarang.

d) Pemusnahan. Dalam hal ini termasuk pemusnahan bekas atau pengaruh tindak pidana atau perbuatan yang diharamkan, seperti melenyapkan bangunan yang berada dijalanan umum dan melenyapkan botol-botol minuman keras dan susu yang tidak murni.

a. Tujuan Dan Syarat-Syarat Sanksi Takzir

1) Preventif (pencegahan). Ditujukan bagi orang lain yang belum melakukan jarimah

2) Represif (membuat pelaku jera). Dimaksudkan agar pelaku tidak mengulagi perbuatan jarimah dikemudian hari

3) Kuratif (islah). Takzir harus mampu membawa perbaikan perilaku terpidana dikemudian hari

4) Edukatif (pendidikan). Diharapkan dapat mengubah pula hidupnya ke arah yang lebih baik.

Syarak tidak menentukan macam-macam hukuman untuk setiap jarimahtakzir. Tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman mana yang sesuai.Dengan demikian, saksi takzir tidak

memiliki batas tertentu.50

55

Takzir berlaku atas semua orang yang melakukan kejahatan.

Syaratnya adalah berakal sehat. Tidak ada perbedaan baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak, atau kafir maupun muslim, baik dengan perbuatan, ucapan, atau isyarat, perlu diberi sanksi takzir agar tidak

mengulangi perbuatannya.51

BAB III

PEMBAYARAN GANTI RUGI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI