• Tidak ada hasil yang ditemukan

51

52

53

54

PENINGKATAN KINERJA UNIT PEMBUAT GULUDAN DAN

RANGKA TARIK PADA MESIN PENANAM DAN PEMUPUK

JAGUNG TERINTEGRASI

SKRIPSI

OLEH:

L. HANIEF RAMEIDEL HADI

F14063392

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

ii

PERFORMANCE IMPROVEMENT OF RIDGER UNIT OF AN

INTEGRATED MACHINE FOR TILLAGE, CORN PLANTING AND

FERTILIZING

L. Hanief Rameidel Hadi and Wawan Hermawan

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java,

Indonesia.

Phone 63 856 1096236, e-mail: hanief_1305@yahoo.co.id

ABSTRACT

A prototype of integrated machine for tillage, planting and fertilizer application for corn cultivation has been developed. The machine was powered by a rotary tiller and could tilt the soil, form planting ridges, plant corn seeds, and apply chemical fertilizers simultaneously. However, the ridger unit was rigid and could not form various size of planting ridge. The main frame of the ridger was constructed by several pieces of steel bars connected by welding, and it was too heavy. The objective of this research was to improve the ridging capability by modifying the ridger unit and optimize the size and shape of its main frame. The moldboard part of the ridger unit was equipped by a sliding extension plate so that the side cutting angle of the moldboard part could be adjusted in forming desired planting ridge size. The ridger was also equipped by a telescopic frame so that the vertical relative position of the moldboard part could be adjusted. The size and shape of main frame was optimized, and the weight could be reduced by 3 kg for each frame. The modified prototype was tested in an actual ridging and corn planting operation in a test field. The test result showed that the prototype could make various size of trapezoidal planting ridge in the range of: 37o-47o hill angle, 15 cm – 19 cm height, and 17 cm – 24 cm width of top of the ridge. The theoretical field capacity was 0.16 ha/hour and the effective capacity was 0.13 ha/hour.

iii

RINGKASAN

L. Hanief Rameidel Hadi. F14063392. Peningkatan Kinerja Unit Pembuat Guludan dan Rangka Tarik Pada Mesin Penanam dan Pemupuk Jagung Terintegrasi. Dibimbing oleh Wawan Hermawan. 2011

Prototipe-1 mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi dengan rotary tiller telah dirancang oleh bagian Teknik Mesin Budidaya Pertanian (TMBP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB. Namun, kinerja mesin ini masih memeiliki beberapa kelemahan di antaranya: pada bagian rangka tarik dan penggulud. Rangka tarik pada prototipe-1 ini memiliki bobot terlalu berat yaitu 5.7 kg sehingga menyulitkan operator pada saat belok waktu dioperasikan di lapangan. Selain itu, pada bagian rangka banyak terdapat sambungan las sehingga dikhawatirkan kekuatan rangka tarik berkurang. Kelemahan lain dari mesin ini adalah unit pengguludbelum bisa membentuk guludan yang bervariatif sesuai dengan kebutuhan pengguna. Oleh karena itu diperlukan adanya modifikasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kinerja unit pembuat guludan dan rangka tarik ada mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi melalui modifikasi bentuk, ukuran dan bahannya. Modifikasi rangka tarik dilakukan dengan meminimalisir bobot bahan yang digunakan tanpa mengurangi kekuatan rangka dalam menahan gaya-gaya yang diterima oleh rangka tarik akibat adanya beban tekanan tanah pada singkal penggulud. Pada tahap ini diajukan beberapa bentuk penampang rangka yang dipilih kemudian dilanjutkan dengan analisis kekuatan bahan. Tahap berikutnya adalah memilih salah satu di antara alternatif tersebut yang memiliki bobot bahan paling ringan untuk dijadikan sebagai pilihan desain.

Untuk modifikasi bagian penggulud, perhitungan dilakukan berdasarkan volume tanah yang dipotong dan ditimbunkan oleh sayap singkal untuk membentuk guludan pada posisi sayap singkal yang berbeda-beda. Setelah diketahui posisi sayap singkal yang diinginkan, maka dirancanglah mekanisme yang sesuai untuk mendapatkan dimensi dan penampang guludan tersebut. Untuk menhasilkan guludan yang bervariatif dibutuhkan adanya suatu mekanisme pengatur sudut potong sayap singkal dan ketinggian mata pisau singkal dari rotary pada keadaan horizontal (level). Oleh karena itu dirancanglah selongsong dengan mekanisme teleskopis untuk mengatur tinggi singkal dan penambahan anak sayap singkal untuk mengatur sudut potong (sudut kemiringan) sayap singkal. Untuk menguji keberhasilan dari modifikasi ini dilakukan pengamatan bentuk guludan dan pengukuran dimensi guludan pada saat pengoperasian di lapangan. Dimensi guludan yang diukur meliputi tinggi, lebar puncak guludan, dan sudut kemiringan guludan.

Dari hasil analisis teknik untuk rangka tarik didapatkan bahwa penampang rangka tarik yang paling optimum adalah berbentuk kotak berlubang dengan dimensi luar 40 mm x 30 mm dan tebal 3 mm. Untuk bisa membntuk guludan dengan berbagai ukuran ditambahkan plat di belakang sayap singkal yang posisi sudutnya dapat diatur. Selain itu juga ditambahkan selongsong untuk menyatukan singkal dengan rangka tarik. Selongsong ini berfungsi untuk mengatur ketinggian singkal. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa modifikasi yang dilakukan dapat menurunkan bobot rangka tarik sebesar 6 kg yaitu dari bobot 11.5 kg menjadi 5.5 kg. Pada saat pengujian di lapangan, penggulud hasil modifikasi dapat menghasilkan guludan berpenampang trapesium dengan dimensi yang bervariatif yaitu mulai dari sudut guludan 37.34° - 46.77°, lebar puncak guludan 16.9 CM – 24.1 cm dan tinggi guludan 15.1 cm -18.5 cm. Guludan yang dibentuk ini sudah sesuai untuk penanaman benih

iv

jagung. Hasil pengujian di lapangan diperoleh kapsitas lapangan efektif sebesar 0.13 ha/jam dan efisiensi lapangan 82.04%.

1

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Di Indonesia, jagung memegang peranan kedua sesudah padi dalam hal makanan pokok. Sebagai bahan makanan, gizi jagung tidak kalah bila dibandingkan dengan beras. Jagung dapat digunakan untuk makanan ternak, bahan dasar industri, minuman dan lain-lain. Dengan terus meningkatnya pertumbuhan penduduk serta berkembangnya usaha peternakan dan industri yang menggunakan bahan baku jagung, maka kebutuhan jagung akan semakin meningkat. Pada tahun 2009, deptan menargetkan produksi jagung nasional 18 juta ton pipilan kering yang diperoleh dari luas tanam 4.28 juta ha serta luas panen 4.08 juta ha serta produktivitas 44.12 kuintal/ha (www.deptan.com).

Penanaman merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam budidaya palawija khususnya jagung. Pada umumnya penanaman masih dikerjakan secara tradisional dengan menggunakan alat seadanya, yaitu tugal. Selain melelahkan, penanaman dengan tugal memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari www.hasilbumi.com bahwa kapasitas penanaman jagung secara manual adalah 20 hari/ orang/ hektar. Jika upah 1 HOK rata-rata adalah Rp 35.000,- maka biaya penanaman jagung untuk 1 ha adalah Rp 700.000,-. Selain itu tanaman jagung membutuhkan pupuk untuk memenuhi kebutuhan unsur hara agar diperoleh hasil yang baik. Selama ini cara pemupukan masih dilakukan dengan manual yaitu dengan cara membuat goresan atau lubang di samping tanaman sepanjang barisan tanam. Namun, proses pemupukan ini membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi (Hendriadi et al, 2008).

Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibuatlah alat dan mesin penanam dan pemupuk jagung. Namun mesin penanam yang ada masih terlalu besar sehingga tidak cocok digunakan untuk lahan yang sempit. Biasanya alat tersebut digandengkan dengan traktor roda empat di mana para petani Indonesia yang rata-rata memiliki lahan yang sempit dan modal yang terbatas akan sangat kesulitan dalam memperoleh alat ini dikarenakan harganya yang mahal.

Oleh karena itu, Bagian Teknik Mesin Budidaya Pertanian Departemen Teknik Pertanian IPB mengembangkan mesin penanam dan pemupuk jagung yang diintegrasikan dengan alat pengolah tanah berupa rotary tiller. Mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi ini digandengkan dengan traktor roda dua. Mesin ini dapat melakukan pengolahan tanah, penanaman benih jagung, pemupukan awal dan membentuk alur/ guludan pada waktu yang bersamaan dalam kegiatan penanaman jagung. Untuk mengolah tanah digunakan rotary tiller yang sudah ada pada traktor, sedangkan untuk membuat guludan dibuat sepasang penggulud (kiri dan kanan) yang ditempatkan di belakang rotatry tiller. Penggulud ini befungsi untuk membentuk guludan dari tanah yang telah diolah oleh rotary tiller. Prototipe 1 mesin penanam dan pemupuk jagung ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Mesin yang dibuat ini telah dapat berfungsi dengan baik, namun masih terdapat beberapa kelemahan, di antaranya:

1. Bobot pada stang kemudi traktor lebih dari 50 kg. Bobot yang cukup berat ini menyulitkan operator untuk mengoperasikan mesin terutama pada saat belok, di mana operator harus mengangkat alat tersebut.

Gambar 1. 2. Rangka unit pembua

bagian tengah dari b tersebut disambungk tersebut. Selain itu ju

3. Belum bisa memben dan ukuran guluda membutuhkan bentu dikembangkan untuk yang beragam. Ben dapat dilihat pada Ga

1. Prototipe-1 mesin penanam dan pemupuk jagung teri uat guludan terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian p i besi pelat tebal, dan bagian ujung dari besi pipa (Gam gkan dengan las sehingga mengakibatkan berkurangny juga mengakibatkan rangka pengguludmenjadi berat y

Gambar 2. Rangka tarik dan sambungannya

entuk guludan dengan ukuran yang bervariasi, hanya dan saja. Padahal kemungkinan di beberapa lok

tuk dan ukuran guludan yang berbeda. Atau kemun tuk tanaman yang lain sehingga membutuhkan bentu entuk dan ukuran guludan yang dapat dibuat oleh pengg

Gambar 3.

2

rintegrasi

n pangkal dari besi pipa, ambar 2). Ketiga bagian nya kekuatan dari rangka

yaitu ± 5.75 kg.

a bisa untuk satu bentuk lokasi budidaya jagung ungkinan mesin ini akan tuk dan ukuran guludan ggulud yang ada saat ini

Gambar 3. Dengan melihat k jagung terintegrasi ini, p beberapa komponen sehin

B.

Tujuan

Tujuan dari penelit pembuat guludan pada m ukuran dan bahannya. D ringan tetapi tetap kuat m dengan bentuk dan ukuran

. Bentuk dan ukuran guludan yang dapat dibuat oleh pro kekurangan dan kelemahan dari prototipe-1 mesin p , perlu adanya suatu peningkatan kinerja yaitu deng

ingga diperoleh hasil yang optimal.

litian ini adalah mengurangi bobot rangka tarik dan me mesin penanam dan pemupuk jagung terintegrasi mela

Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan su menahan gaya yang bekerja serta penggulud yang dapat ran yang bervariasi.

3

prototipe-1

penanam dan pemupuk ngan cara memodifikasi

eningkatkan kinerja unit elalui modifikasi bentuk, suatu rangka tarik yang at menghasilkan guludan

4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Budidaya Jagung

Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah yang terlalu bagus karena tanaman ini dapat ditanam di hampir semua jenis tanah (Effendi, 1979). Dalamnya penanaman benih jagung sangat tergantung kepada iklim, apabila keadaan tanah cukup lembab maka penanaman jagung dapat dilakukan sedalam 2.5 cm sedangkan untuk tanah yang agak kering dapat ditanam lebih dalam lagi sampai 5 cm (Effendi, 1979).

Jumlah penanaman persatuan luas pada suatu tempat/tanah sangat bergantung kepada varietas, umur, kesuburan tanah, dan keadaan air. Jagung berumur lebih dari 90 hari dapat ditanam antara 40000-60000 tanaman per hektar, sedangkan untuk varietas-varietas genjah yang berumur kurang dari 90 hari dapat digunakan populasi tanaman antara 60000-75000 per hektar (Effendi, 1979).

Jarak tanam rapat dapat lebih efisien dalam memanfaatkan sinar matahari dan penaungan permukaan tanah sehingga mengurangi evaporasi dan meningkatkkan transpirasi. Tetapi dalam keadaan kering penaungan kurang efektif bahkan merugikan karena mengurangi transpirasi (Ananto dan Haryono, 1988)

Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara 2.5-5 cm. Untuk tanah yang cukup lembab, kedalaman tanam lubang cukup 2.5 cm. Sedangkan untuk tanah yang agak kering, kedalaman lubang tanam adalah 5 cm (Sudadi dan Suryanto, 2002).

Dosis pupuk buatan untuk jagung hibrida adalah urea sebanyak 250 kg/ha, SP-36 sebanyak 100 kg/ha, ZA sebanyak 100 kg/ha, dan KCl sebanyak 100 kg/ha. Sedangkan pupuk buatan untuk jagung non-hibrida adalah urea sebanyak 250 kg/ha, SP-36 sebanyak 75-100 kg/ha, dan KCl sebanyak 50 kg/ha (Sudadi dan Suryanto, 2002).

B.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah meliputi pekerjaan penyiapan/pengolahan lahan sehingga siap ditanami. Pengolahan tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih). Perbedaan antara pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder biasanya didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah pertama biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam (>15 cm) dengan bongkah tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah tanah lebih dangkal (< 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan permukaan tanah yang relatif rata ( http://www.teknoperta.co.cc).

Dalam budi daya tanaman, pengolahan tanah merupakan kegiatan yang paling banyak menyerap energi. Pengolahan tanah diperlukan untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman. Oisat (2001) membagi pengolahan tanah menjadi dua bagian, yaitu pengolahan konvensional dan konservasi.

Secara konvensional, pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul, bajak, garu, atau peralatan mekanis untuk menyiapkan lahan untuk budi daya tanaman. Keuntungan pengolahan tanah secara konvensional di antaranya adalah memperbaiki aerasi tanah, mengendalikan gulma, memutus siklus

5

hidup hama, dan memudahkan aktivitas budi daya lainnya. Pengolahan tanah secara konvensional juga mempunyai kelemahan, di antaranya merusak struktur permukaan tanah, meningkatkan peluang erosi, dan penguapan lengas tanah, dan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak (Oisat, 2001).

Pada pengolahan tanah konservasi, sisa tanaman sebelumnya dihamparkan di permukaan tanah. Keuntungan dari cara ini adalah menghambat evaporasi, mengurangi erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah, dan menekan biaya tenaga kerja. Kelemahan dari pengolahan tanah konservasi adalah populasi hama kemungkinan meningkat, bahan organik terkonsentrasi pada lapisan atas tanah, dan membutuhkan waktu yang lama untuk meningkatkan kesuburan tanah. Akhir-akhir ini pengolahan tanah minimum (minimum tillage) merupakan salah satu bentuk pengolahan tanah konservasi yang telah banyak diterapkan dalam budi daya jagung (Oisat 2001).

Pengolahan tanah umumnya dilakukan dua kali. Pada pengolahan tanah pertama, tanah dicangkul atau dibajak dan dibalik sehingga sisa-sisa tanaman terbenam, dan selanjutnya mengalami pembusukan. Alat yang umum digunakan adalah cangkul, garpu, dan bajak singkal/rotari. Cangkul dan garpu merupakan alat sederhana yang dioperasikan oleh tenaga manusia. Pengolahan tanah dengan cangkul membutuhkan waktu sekitar 44 jam kerja/ha. Bajak singkal dan bajak rotari umumnya digunakan untuk pengolahan pertama. Tenaga penarik bajak dapat berupa traktor tangan berkekuatan 5-10 tenaga kuda (TK), traktor mini (12,5-12 TK), dan traktor besar (30-80 TK). Jumlah bajak yang dapat digandengkan ke traktor bergantung pada sumber tenaga traktor. Traktor tangan biasanya hanya menggunakan satu bajak, traktor mini 1-2 bajak, dan traktor besar 3-8 bajak. Berbeda dengan bajak singkal, bajak rotari dilengkapi dengan komponen pemutar yang dapat langsung menghancurkan dan meratakan tanah. Namun demikian, kedalaman olah bajak rotari dangkal sehingga lebih cocok digunakan untuk mengolah tanah bertekstur ringan (Hendriadi et al, 2008).

Gill dan Berg (1968) menyatakan bahwa mekanisme pengolahan tanah merupakan sebab dan akibat dari aksi dan reaksi antara alat dan tanah yang diolah. Pada dasarnya mekanisme pengolahan tanah adalah memotong, mengangkat, menggeser, membalik dan menghancurkan tanah. Sedangkan akibat yang timbul sebagai reaksi dari tanah berupa gerakan meluncur, menggeser, memberi beban, terbalik, pecah dan hancur serta dalam kondisi tertentu terjadi kelengketan antara tanah dan bajaknya.

Daywin et al. (1985) menyatakan bahwa terdapat empat perilaku yang menggambarkan proses pengolahan tanah yaitu gesekan antara tanah dan metal, keruntuhan geser tanah, gaya percepatan gerak tanah dan tahanan pemotongan tanah. Hasil akhir dari pengolahan tanah berupa kondisi tanah dan tenaga untuk menggerakkan alatnya. Secara keseluruhan tenaga yang diperlukan dalam pengolahan tanah meliputi tenaga untuk pemotongan tanah, tenaga untuk mengatasi gaya kohesi dan gaya geser termasuk dalamnya pemampatan, penggeseran, pembalikan dan penghancuran tanah, serta tenaga untuk mengatasi gaya gesek antara tanah-bajak, dan tanah-land side.

Gil dan Berg (1968) menyatakan bahwa faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tenaga dalam pengolahan tanah adalah tegangan normal pada permukaan bajak, luas permukaan bajak, sudut kemiringan bajak dengan permukaan horizontal, serta sudut geser tanah di permukan bajak.

C.

Traktor Roda Dua

Menurut Koga (1988), traktor yang biasa digunakan di lahan pertanian yaitu traktor roda empat dan traktor roda dua (traktor tangan). Klasifikasi traktor biasanya didasarkan pada tujuan penggunaannya. Penggunaan traktor di lahan disesuaikan dengan luas lahan, jenis tanaman, dan jenis lahan. Daya traktor yang digunakan berkisar antara 12 sampai 80 hp.

Traktor roda dua mempunyai banyak nama, seperti traktor berporos tunggal, traktor tangan, traktor kebun, traktor jalan, traktor pejalan kaki, dsb. Traktor roda sua merupakan sumber tenaga tarik

6

mekanis yang dikendalikan dengan tangan. Walaupun produktivitas traktor roda dua lebih rendah dari traktor roda empat, tetapi masih lebih tinggi debanding produktivitas tenaga ternak, dan petani dapat menikmati kecepatan dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan pertanian dan kerja lebih ringan. Traktor roda dua dilengkapi dengan peralatan-peralatan pertanian dan menggunakan sumber tenaga motor Diesel silinder tunggal horizontal dengan kisaran tenaga antara 5 kW hingga 12 kW (Liljedahl et al., 1989).

Traktor roda dua mempunyai mekanisme penggandengan di bagian belakang traktor dan kadang-kadang ditambah titik gandeng di depan traktor. Kedua titik gandeng tersebut biasanya mempunyai dimensi yang sama. Dimensi dan spesifikasi dari titik gandeng dan pin gandeng dibuat menurut standar dari masing-masing Negara produsen (Sakai et al., 1998).

D.

Rotary Tiller

Rotary tiller yang juga dikenal dengan sebutan rototiller, rotavator, rotary hoe, power tiller, atau rotary plought adalah implemen pengolah tanah yang mengolah tanah dengan memanfaatkan putaran dari bilah atau pisaunya (Gambar 4). Alat ini dapat digandengkan dengan traktor roda dua ataupun dengan traktor roda empat. Untuk traktor roda dua, implemen ini terpasang secara tetap dan menggunakan transmisi coupling untuk mentransmisikan daya dari motor penggerak traktor. Sedangkan pada traktor roda empat, implement ini dihubungkan (digandengkan) melalui three point hitch dan digerakkan oleh Power Take Off(PTO) dari traktor (www.wikipedia.com).

Gambar 4. Rotary tiller

Menurut Daywin et al. (1975) jenis-jenis dari rotary tiller adalah pull auxiliary rotary engine,

pull Power Take Off driven rotary, self propelled garden type rotary. Pull auxiliary rotary engine

adalah alat pembajakan di mana terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerakan maju ditarik oleh traktor. Pull power take off driven rotary adalah rotary tiller yang digerakkan oleh tenaga traktor melalui PTO. Propelled garden type rotary adalah traktor kecil yang menggunakan bajak rotari. Bajak digerakkan oleh tenaga motor traktor setelah melalui system penyaluran tenaga. Pada beberapa hand tracktor alat ini langsung dipasang pada as roda setelah roda- rodanya dilepas sehingga bajak ini selain berfungsi sebagai bajak juga sebagai roda agar traktor dapat bergerak.

Garu rotari merupakan garu yang berupa pisau-pisau yang dipasang pada suatu poros yang berputar karena digerakkan oleh suatu motor (Daywin et al., 1985). Kedalaman garu rotary berkisar

7

antara 10-25 cm dan mempunyai kelebihan untuk membajak dan menggaru pada waktu yang bersamaan (Koga, 1988).

Keuntungan dari penggunaan rotary adalah:

1.

Pengolahan tanah dan penghancuran bongkahan dilakukan berurutan.

2.

Tanah tidak berpindah bila menggunakan rotary.

3.

Pencampuran pupuk bisa lebih seragam dengan tanah.

4.

Biaya pengolahan menjadi lebih murah.

5.

Tidak memerlukan banyak adjusment alat.

E.

Furrower

Menurut Boers (2003) fungsi furrower antara lain membuat alur tanam, menutup benih dan membuat alur untuk irigasi. Furrower terutama digunakan di daerah tropis dan subtropis karena banyak tanaman yang tumbuh di daerah tersebut, seperti kapas, jagung, kentang, tebu dan sayuran, dibudidayakan dalam suatu alur baris tanaman. Kelebihan furrower antara lain : a) dapat digunakan untuk satu atau lebih alur baris, b) dapat menggunakan hewan maupun traktor sebagai tenaga penarik, c) dapat dikombinasikan dengan implemen yang lain, dan d) dapat digunakan sebagai alat penyiang.

Bagian-bagian furrower adalah sebagai berikut:1) mata bajak yang berfungsi sebagai ujung bajak yang memulai menembus tanah, 2) pisau bajak yang berfungsi untuk membelah, 3) sayap majemuk yang berfungsi untuk mengangkat dan membalik tanah ke kanan dan ke kiri, 4) rangka batang penarik yang berfungsi sebagai tempat menempelnya bajak dan berhubungan dengan kerangka utama (Mushoffa, 2006).

Menurut McKyes (1985) konstruksi alat pemindah tanah dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) blade, 2) ripper dan 3) shovel. Blade digunakan seperti pada alat road grader, hauling

scraper, snowplow dan semua alat yang mempunyai bidang pisau yang lurus. Tipe blade memotong

dan mendorong tanah atau material lain yang berbentuk granular pada suatu kedalaman yang secara umum lebih pendek dari lebarnya. Tipe ripper biasanya lebih digunakan untuk operasi yang berhubungan dengan kedalaman, dan kadang ditambahkan pada alat grader dan bulldozer untuk

Dokumen terkait