• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara bahasa Baitul Mal dibentuk dengan meng- idhafah-kan kata bait yang artinya “rumah” dan mal yang artinya “harta”. Kata

al-mal mengcakup semua jenis harta. Menutrut para jumhur ulama, al-al-mal

adalah benda berharga, seperti emas dan perak yang kemudian digunakan untuk menyebut segala yang dimiliki. Sesuatu yang sudah diketahui menurut perkataan orang arab serta apa saja yang dikumpulkan dan dimiliki juga disebut dengan mal.

Menurut Ibnu Al-Atsir, mal asalnya adalah emas dan perak yang dimiliki kemudian dimutlakkan untuk menyebutkan semua benda berharga yang di kumpulkan dan dimiliki seseorang. Dengan demikian secara harfiyah Baitul Mal dapat diartikan sebagai “rumah harta” yaitu rumah yang digunakan untuk menyimpan harta benda yang berupa semua jenis benda berharga yang dikumpulkan dan dimiliki seseorang.

Adapun secara terminologi dikemukakan didalam uraian Abdul Qadim Zallum Baitul Mal dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau pihak-pihak yang mempunyai wewenagn atau tugas khusus dalam menangani segala harta milik ummat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran suatu negara. Maka oleh karena itu semua harta baik berupa tanah, bangunan,barang tambang, uang, komuditi perdagangan, maupun harta benda lainnya. Dimana dengan harta-harta tersebut kaum muslimin berhak memilikinya sesuai dengan ketentuan hukum syara’ dan tidak ditentukan pemilik individunya walaupun telah tentu pihak-phak yang berhak menerimanya. Secara hukum harta itu adalah hak Baitul Mal,baik

yang sudah benar-benar masuk kedalam tempat penyimpanan maupun belum.

Baitul Mal dalam qanun Aceh pasal 1 ayat (6) dapat diartikan sebagai keistimewaan dan kekhususanpada pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat independen berwenang untuk menjaga, memelihara, mengelola, dan mengembangkan zakat, infak, harta wakaf, dan harta keagamaan lainya, dan

pengawasan perwalian berdasarkan syari’at Islam.54

Setiap harta yang wajib dikeluarkan untuk setiap orang-orang yang berhak menerimannya (mustahik). Hal yang demikian itu adalah untuk merealisasikan kemaslahatan ummat (kaum muslimin), dan juga untuk biaya dalam penyebarluasan dakwah. Demikian biaya tersebut dicatat sebagai pengeluaran Baitul Mal, baik sudah dikeluarkan maupun masih berada ditempat penyimpanan.

Dari makna Baitul Mal secara istilah tidak terdapat dalam nash-nash syari’ah, namun syari’ah telah memberikan ketentuan tentang harta-harta negara, pos sumber pendapatan negara, pos sumber pembelanjaan negara. Syari’ah telah menentukan atau menetapkan harta-harta yang menjadi hak milik kaum muslimin, sekalugus menetapkan pembelanjaan yang menjadi kewajiban negara dan hak bagi kaum muslimin. Syari’ah juga menetapkan ketentuan tentang zakat, baik berupa harta yang harus dikeluarkan zakatnya, besaran zakat yang harus dikeluarkan, dan juga mengenai penyaluran-penyaluran harta zakat. Syari’ah memberikan wewenang kepada badab Baitul Mal untuk mengelola dan mengatur semua harta milik negara.

54

Harta yang dikelola oleh Baitul Mal terdiri atas dua dasar bagian antara lain: bagian pemasukan dan pengeluaran. Harta-harta yang kemudian masuk ke Baitul Mal ada tiga jenis bagian antara lain:

1. Harta yang termasuk milik negara 2. Harta yang termasuk kepemilikan umum 3. Dan harta zakat.

Masing-masing harta yang disebutkan diatas tidak boleh tercampur antara satu dengan yang lainya karena setiap harta tersebut telah ditentukan pembelanjaannya masing-masing. Bagian pemasukan akan dibagikan sesuai dengan jenis harta yang diperoleh.

Harta pemasukan Baitul Mal yang menjadi milik negara meliputi ghanimah, harta-harta orang yang murtad, harta warisan yang tidak memiliki ahli waris, harta hasil pengelolaan harta milik negara, harta yang diperoleh dengan jalan yang tidak diizinkan Syari’ah, pajak dan lain sebagainya.

Selain dari pemasukan diatas juga ada beberapa pengeluaran Baitul Mal dan sumber pembiayaanya:

1. Pengeluaran untuk dasar keperluan struktur kekhilafahan, gaji pegawai negara, dan santunan negara kepada rakyat. Dan sumper pembiayaan adalah dari harta pemasukan milik negara.

2. Pengeluaran untuk keperluan jihad yang diniayai dari seluruh harta yang diperoleh Baitul Mal.

3. Pengeluaran untuk pelayanan publik antaralain untuk pendidikan, kesehatan, fasilitas publik, sarana transportasi, saluran air, dan untuk masjid-masjid. Pembiayaan yang utama diperoleh dari pemasukan harta milik umum, tetapi juga bisa diperoleh dari harta milik negara. 4. Pengeluaran untuk pengelolaan zakat serta pendistribusiannya

5. Pengeluaran untuk penanggulangn bencana dan santunan bagi korban bencana yang mana pembiayaanyan berasal dari harta milik negara dan harta milik umum dan jika tidak mencukupi, negara dibolehkan untuk mewajibkan pajak.

Di dalam Islam oprasional Baitul Mal menjadi amanat di tangan penguasa. Oleh karena itu dalam hal ini pemerintah sebagai penguasa merupakan pengawal Baitul Mal dan bertaggung jawab menggunakanya demi kepentingan rakyat sesuai dengan petunjuk Syari’ah. Yang mana sasaran utama merupakan prinsip-prinsip alquran. Sehingga dalam pengelolaanya badan Baitul Mal terhindar

dari penumpukan kekayan di kalangan segelintir orang saja. 55

Dalam Islam oprasional Baitul Mal menjadi amanat di tengah penguasa, dalam hal ini pemerintah sebagai penguasa merupakan pengawal Baitul Mal dan bertanggung jawab menggunakannya demi kepentingan rakyat sesuai dengan ketentuan petunjuk Syari’ah. Sasaran utama prinsip-prinsip al-quran dalam pengeloleaan Baitul Mal ini adalah terhindarnya akan terjadinya penumpukan kekayaan dikalangan

sekelompok orang sebagaimana firman Allah yang artinya:

لا ِلهَا نِم هِلوُسَر ىَٰلَع َُٰ للَّا َءاَفَا ۤاَم

هَٰ لِلَف ىَٰرُق

ِنباَو ِيِكَٰسَلماَو ىَٰمَٰتَ يلاَو َٰبٰرُقلا ىِذِلَو ِلوُسَّرلِلَو

مُكنِم ِءاَيِنغَلا َيَب ًةَلوُد َنوُكَي َل ىَك ِليِبَّسلا

ُهنَع مُكَٰهَ ن اَمَو ُهْوُذُخَف ُلوُسَّرلا ُمُكَٰتَٰا ۤاَمَو

ُهَ تْ ناَف

او

ََٰ للَّا َّنِا ََٰ للَّا اوُقَّ تاَو

لا ُديِدَش

باَقِع

Harta rampasan (fai’i) dari mereka yang diberikan allah kepada Rasul-nya dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang dalam perjalanan, agar harta itu juga hannya berada di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan rasul kepada kamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.

Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah sangat keras

hukuman-nya (Qs.Al-Hasyr (59) : 7) 56

b. Sejarah Baitul Mal

Rintisan awal pembentukan lembaga formal pengelola zakat di Aceh dimulai tahun 1973 melalui keputusan gubernur kepala daerah istimewa Aceh No. 5/1973 tentang pembentukan badan penertiban harta agama (BPHA). BPHA ini kemudian dirubah pada tahun 1975 menjadi Badan Harta Agama (BHA). Sehubungan dengan adanya Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tahun 1991 tentang Pembentukan BAZIS (Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah). Perubahan BHA menjadi BAZIS di Aceh dilakukan dalam tahun 1998, dengan struktur yang agak sedikit berbeda dengan BAZIS didaerah lain secara nasional, yaitu mulai BAZIS Provinsi, Kabupaten/Kota dan

Kecamatan. Sedangkan BAZIS Aceh terdiri dari Provinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Gampong/Kelurahan. Perubahan BAZIS menjadi Badan Baitul Mal Prov. NAD dilakukan melalui Keputusan Gubernur No. 18/2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Baitul Mal Prov. NAD, yang mulai beroperasi pada bulan Januari 2004

Selanjutnya pada tahun 2007, lahirnya Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 tanggal 17 Januari 2008 tentang Baitul Mal sebagai turunan dari UUPA dimana dalam pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa Baitul Mal adalah lembaga Daerah Non Struktural yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat independen sesuai dengan ketentuan syari’at dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Adapun fungsi dan kewenangan Baitul Mal tercantum dalam Qanun Nomor 10 Tahun 2007 pasal 8 ayat 1 yaitu :

56

1. Mengurus dan mengelola zakat, wakaf dan harta agama

2. Melakukan pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat; 3. Melakukan sosialisasi zakat, wakaf, dan harta agama lainnya; 4. Menjadi wali terhadap anak yang tidak mempunyai lagi wali

nasab, wali pengawas terhadap wali nashab, dan wali pengampu terhadap orang dewasa yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum;

5. Menjadi pengelola terhadap harta yang tidak diketahui pemilik atau ahli warisnya berdasarkan putusan Mahkamah Syari’ah; dan 6. Membuat perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga untuk

meningkatkan pemberdayaan ekonomi umat berdasarkan prinsip saling menguntungkan.

Untuk menjalankan fungsi dan kewenangan Baitul Mal Aceh didukung oleh 3 unsur utama yaitu:

1. Badan pelaksanaan adalah unsur pengelola zakat, infaq, shadaqah dan harta agamalainnya yang dipimpin oleh seseorang kepala yang bertanggung jawab kepada Gubernur Aceh.

2. Dewan pertimbangan Syari’ah adalah unsur kelengkapan Baitul Mal Aceh yang memiliki kewenangan untuk memberikan pertimbangan syar’i, pengawasan fungsional dan menetapkan pengelolaan zakat, dan harta agama lainnya kepada Baitul Mal Aceh termasuk Baitul Mal Kabupaten/Kota.

3. Sekretariat adalah unsur penyelenggara pelaksanaan tugas dan fungsi Baitul Mal Aceh serta menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh Baitul Mal Aceh.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi Visi Baitul Mal Aceh adalah merupakan suatu lembaga yang amanah, profesional dan progresif. Adapun misinya adalah agar dapat; mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi ZISWAF serta peran Baitul Mal, yaitu untuk mengembangkan kompetensi amil yang bersertifikasi, menerapkan Total Quality Manajemen dalam pengelolaan ZISWAF, mewujudkan Manajemen Data dan Informasi Berbasis Teknologi, mengoptimalkan penghimpunan zakat dan infak, mewujudkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat dan infak yang berkontribusi bagi peningkatan produktifitas dan kemandirian masyarakat, dan meningkatkan pengelolaan waqaf dan perwalian anak yatim.

c. Tugas Dan Fungsi Baitul Mal Aceh

Sekretariat Baitul Mal Aceh dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Keistimewaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Gubernur Nomor 33 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Keistimewaan Aceh. Selanjutnya Sekretariat Baitul Mal Aceh sebagai Satuan Kerja Pemerintah Aceh diatur dengan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 137 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Sekretariat Baitul Mal

Aceh. 57

Dalam Peraturan Gubernur Nomor 137 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Sekretariat Baitul Mal Aceh, pasal 5 menegaskan, tugas Sekretariat Baitul Mal Aceh adalah menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Baitul Mal Aceh dan

57 http://baitulmal.acehprov.go.id/?page_id=2256 di akses pada tanggal 6 desember

menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh Baitul Mal Aceh.

Pada pasal 6 Peraturan Gubenur tersebut menetapkan fungsi Sekretariat Baitul Mal Aceh, sebagai berikut:

a. Penyusunan program Sekretariat Baitul Mal Aceh;

b. Pelaksanaan fasilitasi penyiapan program pengembangan dan teknologi informasi;

c. Pelaksanaan fasilitasi dan pemberian pelayanan teknis di lingkungan Sekretariat Baitul Mal Aceh;

d. Pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, dan ketatausahaan di lingkungan Sekretariat Baitul Mal Aceh; e. Pelaksanaan fasilitasi dan pelayanan teknis di bidang hukum dan

hubungan umat;

f. Pelaksanaan pengelolaan perpustakaan, dokumentasi dan publikasi; g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan/atau lembaga terkait lainnya

dalam mendukung tugas pokok dan fungsi Sekretariat Baitul Mal Aceh; h. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasaan lainnya yang diberikan oleh

Pimpinan Baitul Mal Aceh. 58

d. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap-tiap bagian serta posisi-posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan oprasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan atau diinginkan. Antara lain struktur organisasi Baitul Mal Aceh sebagai berikut:

58

Gambar 1.1

Struktur organisasi Baitul Mal Aceh

B. SOP Dan Kriteria Yang Ditetapkan Oleh Baitul Mal Terhadap Fakir

Dokumen terkait