• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Geografis dan Administratif

Koridor Ekonomi Jawa merupakan salah satu bagian dari enam koridor ekonomi di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara maritim. Koridor Ekonomi Jawa dikelilingi oleh berbagai perairan, baik samudera, laut, maupun selat. Letak Kordior Ekonomi Jawa berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Selat Bali di sebelah Timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda.

Secara administrasi sampai dengan akhir tahun 2012 Koridor Ekonomi Jawa tercatat memiliki 6 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, dan Banten yang meliputi 119 kabupaten/kota. Pada awalnya provinsi Banten merupakan bagian dari provinsi Jawa Barat, namun saat ini telah menjadi provinsi sendiri. Ditinjau dari segi luas wilayahnya, provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama (terluas) di Koridor Ekonomi Jawa dibandingkan kelima provinsi yang lainnya, sedangkan provinsi DKI Jakarta ada di urutan terakhir (rincian luas wilayah dan pembagian daerah administrasi masing-masing provinsi di Koridor Ekonomi Jawa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Luas wilayah dan pembagian daerah administrasi masing-masing provinsi di Koridor Ekonomi Jawa tahun 2011

Provinsi/ Koridor Luas Wilayah (km2) % Luas (%) Jumlah Kabupaten Jumlah Kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa DKI Jakarta 664.01 0.03 1 5 44 0 Jawa Barat 35 377.76 1.85 18 9 625 5 227 Jawa Tengah 32 800.69 1.72 29 6 573 7 820 DIY 3 133.15 0.16 4 1 78 392 Jawa Timur 47 799.75 2.50 29 9 662 7 741 Banten 9 662.92 0.51 4 4 154 1 273 K.Jawa 129 438.28 6.77 85 34 2 136 22 453 Indonesia 1 910 931.32 100.00 410 98 6 694 69 249 Sumber: BPS, 2012 Kondisi Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam menjalankan aktivitas pembangunan. Sebagian besar penduduk Indonesia masih terpusat di Koridor Ekonomi Jawa. Jumlah penduduk Koridor Ekonomi Jawa begitu besar dan selalu bertambah setiap tahunnya, namun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk.

Tabel 5 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, rasio jenis kelamin, laju pertumbuhan, dan kepadatan penduduk provinsi di Koridor Ekonomi Jawa 2010

Provinsi/

Koridor Laki-Laki Perempuan

Rasio Jenis Kelamin Laju Pertumbuhan Penduduk 2000-2010 (%/tahun) Kepadatan Penduduk (orang/km2) DKI Jakarta 4 859 272 4 728 926 102.76 1.39 14 440 Jawa Barat 21 876 572 21 145 254 103.46 1.89 1 216 Jawa Tengah 16 081 140 16 299 547 98.66 0.37 987 DIY 1 705 404 1 746 986 97.62 1.02 1 102 Jawa Timur 18 488 290 18 987 721 97.37 0.76 784 Banten 5 440 783 5 203 247 104.57 2.79 1 102 K. Jawa 68 451 461 68 111 681 100.50 1.2 1 055 Sumber: BPS, 2011

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, persebaran penduduk di Indonesia masih terpusat di Koridor Ekonomi Jawa. Bila dilihat menurut provinsi di Koridor Ekonomi Jawa, maka provinsi yang paling padat penduduknya adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 14 440 orang per km2, sementara provinsi yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Jawa Timur sebesar 784 orang per km2. Perbandingan jumlah penduduk, rasio jenis kelamin, dan laju pertumbuhan penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 di tiap provinsi di Koridor Ekonomi Jawa disajikan pada Tabel 5.

Laju pertumbuhan penduduk di Koridor Ekonomi Jawa semakin bertambah dari tahun ke tahunnya, hal ini dikarenakan ketersediaan fasilitas yang memadai di koridor ini, sekaligus adanya ibukota Negara Indonesia yaitu DKI Jakarta yang merupakan pusat kegiatan ekonomi negara. Ketersedian fasilitas, memicu migran

untuk bermigrasi ke provinsi-provinsi di Koridor Ekonomi Jawa. Gambar 8 merupakan distribusi persentase migran seumur hidup ke provinsi-provinsi di Koridor Ekonomi Jawa. Tujuan utama migran adalah provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 18.7%, dan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang paling tidak diminati migran seumur hidup.

 

Gambar 8 Provinsi tujuan migran seumur hidup tahun 2010

Sumber: BPS, 2011

Kondisi Perkembangan Perekonomian

Perekonomian Koridor Ekonomi Jawa mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi perekonomian nasional. Kegiatan ekonomi Indonesia dapat dikatakan terkonsentrasi di koridor ini, hal ini ditunjukkan pada Gambar 1 dimana PDRB provinsi yang ada di Koridor Ekonomi Jawa memberikan kontribusi lebih dari 50% dari PDB Indonesia.

Setiap tahunnya pendapatan provinsi-provinsi Koridor Ekonomi Jawa selalu mengalami peningkatan, total PDRB Koridor Ekonomi Jawa tahun 2011 mencapai 1 446 836 milliar rupiah atau naik sebesar 6.6% dari tahun 2010 yang hanya sebesar 1 356 704 milliar rupiah.

Tabel 6 PDRB ADHK 2000 menurut lapangan usaha berdasarkan provinsi di Koridor Ekonomi Jawa

Provinsi/ Koridor

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah)

Rata-rata Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011 DKI Jakarta 332 971 353 723 371 469 395 634 422 163 6.20 Jawa Barat 274 180 291 206 303 405 322 224 343 111 5.50 Jawa Tengah 159 110 168 034 176 673 186 995 198 226 5.70 DIY 18 292 19 212 20 064 21 044 22 130 4.70 Jawa Timur 288 404 305 539 320 861 342 281 366 984 6.20 Banten 75 350 79 701 83 454 88 526 94 222 5.70 K. Jawa 1 148 307 1 217 415 1 275 926 1 356 704 1 446 836 6.00 Sumber : BPS, 2011

DKI Jakarta merupakan provinsi dengan kontribusi PDRB terbesar di Koridor Ekonomi Jawa. Pada tahun 2011 provinsi ini berkontribusi sebesar 29.17% terhadap PDRB Koridor Ekonomi Jawa, selanjutnya diikuti oleh Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 25.36% , Jawa Barat 23.71%, Jawa Tengah 13.70%, Banten 6.51%, dan DI Yogyakarta 1.52%. Rata-rata pertumbuhan PDRB Koridor Ekonomi Jawa dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar 6.00%. Rata-rata

pertumbuhan tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur sebesar 6.20%, sedangkan Provinsi DI Yogyakarta merupakan provinsi dengan rata-rata pertumbuhan terendah yaitu sebesar 4.70% (Tabel 6).

Kondisi Perkembangan Lahan Sawah

Peranan Koridor Ekonomi Jawa dalam MP3EI sebagai pendorong industri dan jasa nasional menyebabkan kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan regional di koridor ini semakin menurun diimbangi dengan proporsi kontribusi sektor non pertanian yang bertambah besar terhadap pendapatan regional. Penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap output regional memiliki kaitan dengan semakin besarnya konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian.

Kecenderungan konversi lahan yang tinggi, selama ini terasa pada sebagian kota-kota besar di Koridor Ekonomi Jawa yang merupakan kota-kota pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Semakin besarnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah, akan menyebabkan semakin meningkatnya permintaan terhadap sumberdaya lahan. Ketersediaan lahan yang relatif tetap akan menyebabkan tingginya kompetitif penggunaan lahan dalam berbagai alternatif penggunaannya seperti sektor industri, pemukiman, sektor perdagangan maupun untuk sektor pertanian yang pada akhirnya penggunaan lahan akan di prioritaskan pada penggunaan dengan nilai kompetitif yang paling besar.

Tabel 7 Rincian luas lahan pertanian menurut provinsi di Koridor Ekonomi Jawa 2011

Provinsi/

Koridor Lahan Sawah (Ha)

Lahan Pertanian Bukan Sawah Tegal/Kebun (Ha) Ladang/Huma (Ha) Lahan Yang Sementara Tidak Diusahakan (Ha) DKI Jakarta 1 312 984 75 135 Jawa Barat 930 507 552 849 220 815 10 597 Jawa Tengah 960 970 718 428 14 573 941 DIY 55 291 94 826 - 1 033 Jawa Timur 1 106 449 1 128 083 37 331 10 814 Banten 197 165 167 297 78 401 15 195 K. Jawa 3 251 694 2 662 467 338 079 38 715 Sumber : BPS, 2011 (diolah)

Lahan pertanian terdiri dari lahan sawah dan lahan pertanian bukan sawah yang meliputi lahan tegal/kebun, ladang/huma, dan lahan yang sementara tidak diusahakan. Apabila dirinci berdasarkan penggunaan lahannya tahun 2011, lahan pertanian yang digunakan sebagai sawah sebesar 3.2 juta ha, tegal/kebun sebesar 2.6 juta ha, ladang/huma sebesar 338 ribu ha, dan lahan yang sementara tidak diusahakan sebesar 38 ribu ha. Lahan sawah merupakan lahan yang paling luas di Koridor Ekonomi Jawa (Tabel 7).

Luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa terus mengalami perubahan dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Terjadi peningkatan luas lahan sawah dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 0.69%, sedangkan terlihat bahwa dari tahun 2010 hingga tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0.058%. Luas lahan sawah di Koridor Ekonomi Jawa tahun 2011 mencapai 3 251 694 hektar. Lahan sawah terluas ada di Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 1 106 449 hektar, diikuti oleh Jawa Tengah seluas 960 970 hektar, Jawa Barat seluas 930 507 hektar, Banten

seluas 197 165 hektar, DI Yogyakarta seluas 55 291 hektar, dan DKI Jakarta seluas 1 312 hektar. Rata-rata penurunan luas lahan sawah terbesar tahun 2007- 2011 adalah Provinsi Jawa Barat dan DI Yogyakarta yaitu sebesar 0.11% (Tabel 8).

Tabel 8 Luas lahan sawah berdasarkan provinsi di Koridor Ekonomi Jawa Provinsi/

Koridor

Luas Lahan Sawah (Hektar) Rata-rata

Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011 DKI Jakarta 1 200 1 200 1 215 1 312 1 312 2.31 Jawa Barat 934 845 945 544 937 373 930 268 930 507 -0.11 Banten 196 370 195 583 195 809 196 744 197 165 0.10 Jawa Tengah 962 942 963 984 960 768 962 471 960 970 -0.05 DI Yogyakarta 55 540 55 332 55 325 55 523 55 291 -0.11 Jawa Timur 1 096 605 1 108 578 1 100 517 1 107 276 1 106 449 0.23 K.Jawa 3 247 502 3 270 221 3 251 007 3 253 594 3 251 694 0.03 Sumber : BPS, 2011 (diolah)

Perkembangan Infrastruktur Jalan

Jalan merupakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi transportasi darat. Fungsi jalan adalah sebagai penghubung satu wilayah dengan wilayah lainnya. Dalam konteks pembangunan pertanian dan ekonomi, jaringan jalan sangat dibutuhkan untuk kelancaran arus faktor produksi maupun pemasaran hasil. Jalan merupakan infrastruktur penting untuk memperlancar distribusi barang dan faktor produksi antar daerah serta meningkatkan mobilitas penduduk.

Tabel 9 Panjang jalan berdasarkan provinsi dan tingkat kewenangan di Koridor Ekonomi Jawa

Provinsi/ Koridor

Panjang Jalan (Kilometer) Rata-rata

Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011 DKI Jakarta 6 185 6 185 6 409 6 743 7 094 3.51 Jawa Barat 25 679 25 857 25 774 25 494 25 500 -0.17 Banten 4 773 4 856 6 205 6 456 6 456 8.39 Jawa Tengah 28 490 28 904 29 163 29 203 29 110 0.54 DI Yogyakarta 4 833 4 859 4 757 4 753 4 592 -1.26 Jawa Timur 37 027 37 814 39 852 44 044 45 589 5.39 K.Jawa 106 987 108 475 112 160 116 693 118 341 2.56 Sumber : BPS, 2011 (diolah)

Jika dirinci berdasarkan tingkat kewenangannya, panjang jalan di Koridor Ekonomi Jawa terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Pada tahun 2011 panjang jalan di koridor ini mencapai 118 341 kilometer, jumlah ini meningkat sebesar 1.41% dari tahun 2010 yang hanya mencapai 116 693 kilometer. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki panjang jalan terpanjang, jumlahnya sebesar 45 589 kilometer diikuti oleh Provinsi Jawa

Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan DIY. Rata-rata pertumbuhan panjang jalan di Koridor Ekonomi Jawa dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar 2.56%. Provinsi Banten merupakan provinsi dengan rata-rata pertumbuhan panjang jalan tertinggi yaitu sebesar 8.39%, sedangkan yang terendah adalah Provinsi DI Yogyakarta (Tabel 9).

Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran konsumsi pemerintah secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran lancar dan pos pengeluaran kapital. Pengeluaran rutin pada dasarnya dikeluarkan untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari, meliputi belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga), angsuran dan bunga utang pemerintah, serta pengeluaran lainnya, sedangkan pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang sifatnya menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik, yang dibedakan lagi menjadi pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek.

Tabel 10 Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan provinsi di Koridor Ekonomi Jawa

Provinsi/ Koridor

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (miliar rupiah) Rata-rata Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011 DKI Jakarta 16 087 17 453 19 277 19 417 21 171 7.18 Jawa Barat 18 114 16 806 18 703 18 721 21 085 4.20 Banten 2 849 2 070 2 332 2 357 2 641 -0.40 Jawa Tengah 20 257 20 591 22 126 22 808 26 529 7.12 DI Yogyakarta 3 537 3 811 4 099 4 215 4 582 6.71 Jawa Timur 18 654 20 816 23 398 26 547 28 158 10.88 K.Jawa 79 501 81 550 89 938 94 068 104 168 7.05 Sumber : BPS, 2011 (diolah)

Pengeluaran konsumsi pemerintah di Koridor Ekonomi Jawa terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pengeluaran konsumsi pemerintah di koridor ini pada tahun 2011 mencapai 104,168 miliar rupiah, jumlah ini meningkat sebesar 10.73% dibandingkan tahun 2010 yang hanya mencapai 94 068 miliar rupiah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terbesar ada di Provinsi Jawa Timur sebesar 28 158 miliar rupiah, diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Banten. Rata-rata pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah di Koridor Ekonomi Jawa dari tahun 2007 sampai 2011 sebesar 7.05%. Rata-rata pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah tertinggi adalah Provinsi Jawa Timur sebesar 10.88%, sedangkan yang terendah adalah Provinsi Banten (Tabel 10).

Perkembangan Net ekspor

Perdagangan internasional menjadi hal yang sangat penting untuk memperkenalkan dan memasarkan produk suatu negara ke masyarakat dunia. Selain itu, perdagangan internasional juga mempunyai peranan yang sangat penting untuk membentuk pendapatan suatu wilayah. Provinsi-provinsi yang ada di Koridor Ekonomi Jawa melakukan ekspor sebagi respon dari adanya permintaan dari luar daerah. Provinsi-provinsi di Koridor Ekonomi Jawa juga melakukan impor untuk memenuhi permintaan domestiknya. Tabel 11 menunjukkan perkembangan net ekspor di Koridor Ekonomi Jawa.

Tabel 11 Perkembangan net ekspor di Koridor Ekonomi Jawa Provinsi/

Koridor

Net ekspor (miliar rupiah) Rata-rata

Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011 DKI Jakarta 178 965 228 286 224 065 242 220 307 122 15.15 Jawa Barat 108 100 96 365 92 928 101 520 112 771 1.48 Banten 42 749 50 315 42 697 49 424 56 524 8.17 Jawa Tengah 77 805 89 267 81 777 85 036 90 916 4.31 DI Yogyakarta 7 855 8 310 8 591 9 002 9 542 4.99 Jawa Timur 139 773 135 783 144 198 163 796 165 810 4.54 K.Jawa 555 250 608 328 594 258 651 000 742 688 7.72 Sumber : BPS, 2011 (diolah)

Net ekspor di Koridor Ekonomi Jawa mengalami fluktuasi dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 volume net ekspor terus menunjukkan peningkatan. Jumlah net ekspor di koridor ini meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 14.0%. Pada tahun 2011 Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah net ekspor terbesar, yaitu mencapai 307 122 miliar rupiah, diikuti oleh Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan DIY. Rata-rata pertumbuhan net ekspor di Koridor Ekonomi Jawa dari tahun 2007 hingga 2011 sebesar 7.72%. Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan rata-rata pertumbuhan net ekspor tertinggi yaitu sebesar 15.15%, sedangkan rata-rata pertumbuhan terendah adalah Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 4.31% (Tabel 11).

Perkembangan Investasi Asing dan Investasi Dalam Negeri

Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi nasional di samping sumber daya alam dan sumber daya manusia, investasi juga cukup penting. Ini karena investasi sebagai motor penggerak perekonomian nasional, dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja dan mendorong ekonomi kerakyatan.

Peningkatan investasi diharapkan akan berperan salam transfer teknologi dan manajerial yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap meningkatnya produksi dan produktivitas, serta daya saing ekonomi suatu bangsa. Gambar 9 menggambarkan jumlah investasi dalam negeri di Koridor Ekonomi Jawa.

Investasi dalam negeri di Koridor Ekonomi Jawa terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Penanaman modal dalam negeri

(PMDN) di koridor ini meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 0.06%. PMDN di Koridor Ekonomi Jawa tahun 2011 mencapai 37 196 173 juta rupiah. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang paling diminati oleh investor dalam negeri, diikuti oleh Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan DIY (Gambar 9).

Gambar 9 Perkembangan penanaman modal dalam negeri di Koridor Ekonomi Jawa

Sumber: BKPM, 2011 (diolah)

Investasi asing sangat diperlukan dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi regional di Koridor Ekonomi Jawa. Kegiatan investasi asing dapat memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong kinerja laju pertumbuhan ekonomi, proses alih teknologi dan manajemen, serta manfaat bagi investor lokal. Manfaat yang paling menonjol adalah berkembangnya kolaborasi yang saling menguntungkan dan terjalin antar investor asing dan investor domestik.

Penanaman modal asing (PMA) di Koridor Ekonomi Jawa cukup berfluktuasi dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Tahun 2009 PMA di koridor ini mengalami penurunan sebesar 0.32% dari tahun 2008, sedangkan pada tahun 2011 mengalami kenaikan dari tahun 2010 sebesar 0.07%. Pada tahun 2011 Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling diminati oleh investor asing diikuti oleh Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta (Gambar 10).

Gambar 10 Perkembangan penanaman modal asing di Koridor Ekonomi Jawa

Perkembangan Inflasi

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang kerap terjadi pada perekonomian suatu negara. Gejala-gejala inflasi pada perekonomian ditandai dengan kenaikan harga-harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus, ini akan memengaruhi dan berdampak luas dalam berbagai bidang baik ekonomi, sosial, maupun politik (Rakhman 2012).

Setiap wilayah masing-masing memiliki perbedaan tingkat komoditi yang dikonsumsi. Perbedaan tersebut mencakup harga serta kualitas komoditi tersebut yang membedakan tiap wilayah. Hal ini dapat terjadi akibat perbedaan struktur biaya pada masing-masing wilayah seperti biaya hidup, biaya transportasi, pajak regional, tingkat upah, termasuk juga kondisi infrastruktur dan sebagainya (Rakhman 2012).

Tabel 12 Perkembangan tingkat inflasi di Koridor Ekonomi Jawa

Provinsi Tingkat Inflasi (%)

2007 2008 2009 2010 2011 DKI Jakarta 6.04 11.11 2.34 6.21 3.97 Jawa Barat 5.1 11.11 3.09 6.46 3.1 Banten 6.24 9.55 3.32 6.88 2.68 Jawa Tengah 7.99 9.88 2.93 7.38 3.88 DI Yogyakarta 6.48 9.66 3.62 6.96 4.09 Jawa Timur 6.31 11.47 2.86 6.1 3.45 Sumber : BPS, 2011 (diolah)

Tingkat inflasi di semua provinsi yang ada di Koridor Ekonomi Jawa pada tahun 2008 menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun 2007. Hal ini dikarenakan adanya krisis finansial yang terjadi di Amerika dan Eropa, sehingga berdampak pada kestabilan harga domestik. Tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2008 adalah Provinsi Jawa Timur sebesar 11.47%, diikuti oleh DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Banten. Pada tahun 2011 tingkat inflasi di semua provinsi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010. Inflasi tertinggi tahun 2011 adalah Provinsi DIY, sedangkan yang terendah adalah Provinsi Banten (Tabel 12).

Perkembangan Jumlah Industri Besar dan Sedang

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor industri terhadap pembangunan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Peran Koridor Ekonomi Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu, dan juga diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi koridor lainnya.

Jumlah industri besar dan sedang di Koridor Ekonomi Jawa cukup berfluktuasi dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Pada tahun 2011 jumlah industri besar dan sedang di Koridor Ekonomi Jawa sebanyak 23 486 perusahaan, naik

sebesar 9.41% dari tahun 2010. Jumlah industri terbanyak pada tahun 2011 terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 7 456 perusahaan, diikuti oleh Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, dan DIY. Rata-rata pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Koridor Ekonomi Jawa dari tahun 2007 hingga 2011 sebesar 0.60% (Tabel 13).

Tabel 13 Perkembangan jumlah industri besar dan sedang di Koridor Ekonomi Jawa

Provinsi/ Koridor

Jumlah Industri Besar dan Sedang (perusahaan) Rata-rata Pertumbuhan (%) 2007 2008 2009 2010 2011 DKI Jakarta 2 566 1 866 1 699 1 588 1 753 -8.09 Jawa Barat 6 770 6 195 6 204 6 938 7 257 2.02 Banten 1 846 1 804 1 695 1 620 1 753 -1.13 Jawa Tengah 5 268 4 678 4 213 3 887 4 827 -1.18 DI Yogyakarta 451 416 403 437 440 -0.44 Jawa Timur 6 260 6 248 6 183 6 996 7 456 4.62 K.Jawa 23 161 21 207 20 397 21 466 23 486 0.60 Sumber : BPS, 2011 (diolah)

Dokumen terkait