• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM GUNUNG RINJANI

Dalam bab ini akan dibahas tentang lingkungan Gunung Rinjani, pengelolaan Gunung Rinjani sebagai objek wisata dan juga letak geografisnya.

BAB IV GUNUNG RINJANI SEBAGAI OBJEK WISATA DI PULAU LOMBOK

Dalam bab ini akan dibahas tentang keindahan panorama Gunung Rinjani sebagai daya tarik wisata di Pulau Lombok, perencanaan pelestarian Gunung Rinjani, pengembangan acara wisata dan teknik pengemasan komponen wisata dalam sebuah paket wisata

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan 2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pengertian tentang pariwisata dan wisatawan timbul di Perancis pada akhir abad ke – 17. Tahun 1972 Maurice menerbitkan buku petunjuk “The True Quide For Foreigners Travelling in France to Appriciate its Beealities, Learn the Language and Take Exercise”. Dalam buku ini disebutkan ada dua perjalanan yaitu perjalanan besar dan kecil (Grand Tour and Perit Tour). Pertengahan abad ke – 19 jumlah orang yang berwisata masih terbatas karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar, keamanan kurang terjamin, dan sarana transportasi yang masih dapat diakatakan sederhana. Tetapi setelah revolusi industri keadaan tersebut berubah, tidak hanya golongan elit saja yang dapat berpariwisata tetapi golongan menengah juga dapat melakukannya. Hal ini ditunjang dengan adanya kereta api.

Pada abad ke – 20 terutama setelah perang dunia kedua kemajuan teknik produksi dan teknik penerbangan menimbulkan ledakan pariwisata. Perkembangan terakhir dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan paket (Package Tour). Bila dilihat dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu pari berarti berkeliling, berputar – putar, berkali – kali,

dari dan ke. Sedangkan kata wisata berarti bepergian, perjalanan, yang dalam hal ini bersinonim dengan kata travel. Dengan demikian pengertian pariwisata yaitu perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali – kali dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kata “pariwisata” sesungguhnya baru populer di Indonesia setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional Tourisme ke II di Tretes, Jawa Timur (12 s/d 14 Juni 1958). Di dalam musyawarah tersebut dihasilkan suatu istilah baru yaitu tourisme diganti dengan kata pariwisata. Kata pariwisata ini diusulkan oleh Prof. Prijono yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan atas himbauan Presiden Indonesia Ir. Soekarno. Selanjutnya pada tahun 1960 istilah Dewan Tourisme Indonesia diganti menjadi Dewan Pariwisata Nasional.

Pengertian pariwisata di atas belum memberikan pengertian yang jelas. Oleh karena itu sebagai bahan pertimbangan dapat kita lihat beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai pengertian pariwisata.

1. Pengertian pariwisata secara umum

Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau tidak memiliki maksud untuk menghasilkan uang di tempat yang dikunjunginya, tetapi

semata – mata untuk menikmati kegiatan tamasya atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

2. Pengertian pariwisata secara teknis

Secara teknis pariwisata diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau berkelompok dalam wilayah negara sendiri maupun negara lain dengan menggunakan kemudahan jasa atau pelayanan dan faktor – faktor penunjang serta kemudahan – kemudahan lainnya yang diadakan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi yang dikemukakan Organisasi Pariwisata Dunia. Industri – industri pariwisata selalu menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan – minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dan juga menawarkan tempat istirahat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru yang berbeda dari yang lainnya.

Banyak negara, sangat bergantung dari industri pariwisata sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa pada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh organisasi non-pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu

sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

Hunziker dan Krapf, pada tahun 1941, mendefinisikan pariwisata sebagai “jumlah dari fenomena dan hubungan yang timbul dari perjalanan, sejauh mereka tidak mengarah ke tempat tinggal permanent dan tidak berhubungan denga kegiatan produktif.”

Pada tahun 1976, Masyarakat Pariwisata Inggris mendefinisikan pariwisata sebagai “ pariwisata adalah gerakan sementara jangka pendek orang untuk tujuan di luar tempat – tempat dimana mereka biasanya tinggal dan bekerja, dan kegiatan mereka selama tinggal di setiap destinasi termasuk pergerakan untuk segala keperluan.”

Pada tahun 1981, Asosiasi Internasional Ahli Ilmiah Pariwisata mendefinisikan pariwisata sebagai “bentuk kegiatan tertentu yang dipilih oleh pilihan dan dilaksanakan di luar lingkungan rumah.”

Pariwisata menurut Prof. Saleh Wahab (dalam Yoeti, 1982:107), “A proposeful human activity that serve as a link between people either within one some country or beyond the geographical limits or state. It involves the temporary displacement of people to other region, country, for the satisfaction of varied needs other than exciting a renumareted function”. Menurutnya pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang –

orang dalam suatu Negara itu sendiri atau di luar negeri (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain) untuk mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap”.

E. Guyer Fleuler, mengemukakan pariwisata dalam arti modern adalah fenomena dari zaman sekarang yang pada umumnya didasarkan atas kebutuhan, kesehatan dan pergantian hawa. Sedangkan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari penyempurnaan dari alat – alat pengangkutan, perkembangan perniagaan, industri, dll.

Pariwisata menurut Herman V. Schulard (dalam Yoeti, 1996:114) adalah, “sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian secara langsung berhubungan dengan masuknya orang – orang asing melalui lalu lintas di suatu Negara tertentu, kota dan daerah.”

Dari definisi – definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata yang sesungguhnya adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk jangka waktu yang tidak panjang dan tidak menetap, yang dilakukan di luar daerah tempat tinggalnya dan tanpa maksud untuk mencari penghasilan. Selain itu pariwisata juga dapat dikatakan sebagai industri jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan pada wisatawan sehingga dapat dikatakan bahwa pariwisata adalah industri tanpa asap.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Menurut Dirjen Pariwisata (1980:10) wisatawan adalah, “setiap orang yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya untuk keperluan apapun kecuali mencari nafkah. Kedua bahwa sementara mereka pergi, mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi.”

Pendapat Soekadijo (1997:3) mengatakan wisatawan, “orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatangi.”

Panitia Statistik Liga Bangsa – Bangsa (Yoeti 1996:137) pada sidang dewan yang diselenggarakan tanggal 22 Januari 1937, telah pula memberikan batasan tentang wisatawan sebagai berikut, “ istilah wisatawan hendaklah dimaksudkan, setiap orang yang mengadakan perjalanan selama 24 jam atau lebih dalam suatu Negara yang lain dari Negara di mana ia biasanya tinggal.”

Sedangkan Instruksi Presiden (InPres) No.9 Tahun 1969 mengatakan wisatawan adalah, “ setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu.”

Dari berbagai definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa wisatawan adalah satu atau lebih individu yang melakukan perjalanan ke luar tempat tinggalnya untuk sementara waktu dengan berbagai motif terkecuali mencari penghasilan”.

Wisatawan sangat erat kaitannya dengan pariwisata, karena pelaku pariwisata disebut sebagai wisatawan.

Kegiatan pariwisata tidak akan terlaksana tanpa adanya perpindahan yang dilakukan oleh wisatawan dari tempat asalnya ke sebuah tujuan wisata.

2.2 Manfaat Pariwisata

Manfaat yang paling mudah dirasakan dari pariwisata adalah sebagai sarana untuk hiburan. Wisatawan yang sedang menikmati waktu liburannya dapat sejenak terlepas dari rutinitas hidup yang terkadang menjemukan dan dapat menikmati keindahan – keindahan yang ditawarkan objek wisata yang dipilihnya sebagai tujuan wisata. Bagi kalangan tertentu berwisata diartikan mencari suasana baru yang berbeda dengan kehidupan sehari – hari, dan banyak pula yang menggali jiwa petualangnya dan mencari tantangan.

Bila kita lihat lebih dalam, selain sebagai sarana hiburan pariwisata juga merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar negara yang memiliki daerah objek wisata yang menarik, sebut saja salah satu contoh Pulau Bali di Indonesia yang mampu mencuri perhatian wisatawan baik dalam maupun luar negeri, mampu memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan devisa negara. Salah satu caranya ialah, menarik retribusi pada setiap pengunjung dalam bentuk tiket masuk ke daerah

tempat wisata. Ini lebih terlihat pada wisatawan asing yang datang berbelanja dengan menggunakan valuta asing, sehingga menambah pemasukan devisa negara. Devisa negara juga dapat bertambah melalui pajak yang diterima dari industri pariwisata, seperti perhotelan, restoran, dll.

Disamping pendongkrak kehidupan ekonomi, pariwisata juga menjadi pendorong dalam hal pengembangan seni budaya. Banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah wisata untuk menyaksikan atraksi – atraksi budaya daerah tersebut.

Bidang pariwisata juga memberikan kesempatan penduduk lokal untuk menghasilkan uang, dengan kata lain membuka lapangan usaha bagi penduduk lokal. Dengan cara menjual hasil – hasil kerajinan tangan, pernak – pernik khas suatu daerah sampai berjualan makanan dan minuman bagi para wisatawan. Selain itu juga dengan adanya wisatawan dapat menambah wawasan, ilmu serta pergaulan para penduduk lokal. Masyarakat juga akan semakin mengerti tentang keberadaan orang lain dan bagaimana cara menghargainya.

2.3 Jenis Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Jenis – jenis objek wisata pada umumnya dibagi empat, yaitu :

a. Wisata Alam

Wisata alam ialah, daerah objek wisata yang menjual sisi keindahan alam sebagai daya tarik utamanya. (Seperti : Pegungungan, Hutan, Danau, Pantai, Laut, Sungai, dll.)

b. Wisata Bangunan

Wisata bangunan adalah objek wisata yang memiliki bentuk fisik bangunan dan biasanya memiliki nilai sejarah yang tinggi. (Seperti : Museum, Candi, Monumen – monument bersejarah, Benteng, dll.)

c. Wisata Buatan

Wisata buatan ialah tempat wisata yang sengaja di buat untuk memberikan hiburan bagi para wisatawan. (Contohnya : Kebun binatang, Taman buah, Taman bunga, Kolam renang (water boom, water park), Taman permainan, dll.)

d. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah objek wisata yang mengedepankan sisi budaya yang dimiliki sebagai daya tarik utamanya. (seperti : wayang, keris, batik, tari – tarian daerah, dll.)

Negara Indonesia memiliki sebelas objek wisata yang berstatus World Heritage (diakui oleh UNESCO) yang dibagi dalam tiga kategori. Indonesia memiliki empat objek dengan status “World Heritage of Nature”. Objek – objek tersebut adalah :

1. Taman Nasional Ujung Kulon 2. Taman Nasional Komodo 3. Taman Nasional Lorentz

4. Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan)

Indonesia juga memiliki tiga objek wisata dengan status “World Heritage of Culture”. Objek – objek tersebut adalah :

1. Candi Borobudur 2. Candi Prambanan 3. Situs Sangiran

Selain itu ada empat objek wisata yang dikategorikan “World Heritage of Intangible Culture”, yaitu :

1. Wayang 2. Keris

3. Batik 4. Angklung

Hal – hal yang penting yang harus diperhatikan dalam suatu objek wisata agar selalu menarik di mata wisatawan adalah sebagai berikut :

1. Daerah tersebut harus memiliki apa yang disebut sebagai “something to see”. Artinya ditempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda yang tidak didapati di daerah yang lain serta menarik untuk disaksikan.

2. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something to do”. Yaitu di tempat tersebut harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat memberikan hiburan bagi para wisatawan dan dapat membuat mereka ingin tinggal lebih lama.

3. Daerah tersebut juga harus menyediakan “something to buy”. Artinya, harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang cinderamata dan berbagai hasil kerajinan tangan.

Adapun syarat – syarat suatu objek wisata dapat dikembangkan, apabila memiliki syarat – syarat sebagai berikut (dalam Syamsuridjal, 1997:2) , yaitu :

1. Atrraction adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau keunikan dan menjadi daya tarik wisatawan agar mau dating berkunjung ketempat wisata

tersebut.

Atraksi wisata terdiri dari 2 yaitu :

a. Site Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata semenjak objek itu ada

b. Event Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh suatu objek wisata setelah dibuat manusia

2. Accessibility, yaitu kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut 3. Amenity, yaitu fasilitas yang tersedia didaerah objek wisata seperti akomodasi dan restoran

4. Institution, yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata tersebut.

2.4 Pengelolaan Wisata dan Manfaat Pengelolaan Wisata 2.4.1 Pengelolaan Wisata

Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapatkan imbuhan konfiks pe-an. Kamus umum Bahasa Indonesia mengartikan pengelolaan secara umum sebagai penyelenggaraan. Dengan arti luasnya adalah suatu penyelenggaraan rencana pengembangan yang dilakukan instansi pemerintah maupun swasta terhadap sesuatu hal atau keadaan.

Dalam dunia pariwisata pengelolaan dihadapkan pada adanya perubahan selera pengunjung pada daya tarik suatu objek. Untuk menghadapi situasi yang demikian pengelola maupun pemerintah harus cepat tanggap dan kreatif untuk dapat menyesuaikannya dengan selera pengunjung. Misalnya adanya perubahan penyajian dalam pelaksanaan promosi, sehingga objek dan daya tarik wisata tersebut dapat dihidupkan lagi dengan produk yang baru.

Di berbagai objek pariwisata ada berbagai unsur yang saling bergantungan, yang mana unsur – unsur ini perlu dikembangkan agar dapat menarik minat wisatawan. Pada dasarnya seorang wisatawan berkunjung ke suatu daerah adalah untuk memperoleh kepuasan. Adapun unsur – unsur yang perlu dikembangkan antara lain adalah hal – hal yang menarik perhatian wisatawan, fasilitas yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan wisatawan selama berada di objek wisata, infrastruktur seperti jalan raya dan fasilitas kesehatan, transportasi yaitu jasa – jasa pengangkutan menuju objek wisata, hospitality atau keramahtamahan dan kesediaan untuk menerima pengunjung di objek tersebut.

2.4.2 Manfaat Pengelolaan Wisata

Manfaat dari pengelolaan secara umum adalah dapat memenuhi keinginan ataupun tujuan dari pihak yang terkait, memberikan kepuasan kepada orang – orang

yang membutuhkannya, dapat dinikmati atau digunakan oleh masyarakat yang akan memerlukan hal tersebut.

Pengelolaan dalam pariwisata bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung selama berada di daerah objek wisata dan dapat memberikan kepuasan kepada para wisatawan serta menimbulkan kesan baik tentang objek yang dikelola.

BAB III

GAMBARAN UMUM GUNUNG RINJANI SEBAGAI OBJEK WISATA DI PULAU LOMBOK

3.1 Gambaran Umum Pulau Lombok

Pulau Lombok memiliki lokasi geografis di Asia Tenggara koordinat 8.565Âo S 116.351Âo E, gugusan pulau – pulau kepulauan kecil Sunda. Luas pulau 4.725 kmÂ2. Tempat tertinggi adalah Rinjani ( 3.726 m). Pulau Lombok menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ibu kota provinsi, Mataram ada di pulau ini.

Secara demografis populasi penduduk berkisar 2.536.000 jiwa (data tahun 2004) dengan kepadatan penduduk 537 jiwa / kmÂ2 . Penduduk pribumi bersuku Sasak. Tetapi di pulau Lombok terdapat beberapa suku pendatang dari berbagai daerah seperti suku Bali, Jawa, dan lainnya. Suku Sasak adalah penduduk asli yang menduduki pulau Lombok berjumlah sebanyak 2 juta orang ( 85 % total penduduk Lombok ). Mereka mempunyai hubungan dengan orang Bali dari segi budaya dan bahasa.

3.1.1 Sejarah Pulau Lombok

Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di pulau Lombok, bahkan disebut – sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja – raja Lombok. Posisi ini selanjutnya menempatkan

Kerajaan Selaparang sebagai ikon penting kesejahteraan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga sering disebut sebagai bumi selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai gumi selaparang.

Menurut Lalu Djelengga (2004), catatan sejarah kerajaan – kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui ekspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksana Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.

Ekspedisi ini meninggalkan jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lomok, dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu kerajaan Bayan di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah, dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan – kerajaan kecil, seperti Purwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan di des ini selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka, setelah kerajaan majapahit runtuh.

Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber air tawar

yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang – pedagang dari Palembang, Banten, Gersik, dan Sulawesi.

Belakangan, ketika kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri dating mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja – raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.

Proses pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirakan, hingga beberapa tahun kemudian seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih mempertahankan adapt istiadat lama.

3.1.2 Geografis Pulau Lombok

Secara geografis, Pulau Lombok dan Pulau Bali memang terpisah. Batasnya jelas, selat Lombok, yanga membentang di sepanjang pesisir barat pulau Lombok atau di pesisir timur Pulau Bali, menghubungkan kedua pulau kecil di wilayah Nusa Tenggara ini. Tetapi, dari sisi sejarah dan budaya, keduanya memiliki kedekatan khusus yang menjadikan Lombok dan Bali seperti dua saudara kandung. Bahkan, sampai muncul istilah, di Lombok kita bisa menemukan Bali.

Kedekatan budaya Bali dan Lombok memang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kedua pulau bertetangga ini. Diawali dengan masuknya pengaruh paham Siwa-Buddha dari Pulau Jawa yang dibawa para migrant dari kerajaan – kerajaan Jawa

sekitar abad ke – 5 dan ke – 6 Masehi, sampai infiltrasi Kerajaan Hindu Majapahit yang mengenalkan ajaran Hindu – Buddha ke penjuru timur wilayah Nusantara pada abad ke – 7 M.

Sejumlah penanda masih terlihat jelas hingga saat ini. Di sejumlah tempat di Pulau Lombok dan Bali terdapat nama – nama desa yang mengadopsi nama tempat di Jawa. Sebut saja, Kediri, Pajang, ataupun Mataram, yang kini menjadi nama ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pendatang asal Bali yang bermigrasi ke Lombok pada zaman kerajaan itu memanggil penduduk Sasak dengan sebutan semeton, yang berarti saudara. Sebaliknya, terhadap warga Bali dan etnis non-Sasak lainnya, masyarakat Sasak memberikan panggilan hormat, batur, yang berarti sahabat. Batur Bali berarti sahabat dari Bali, Batur Jawa berarti sahabat yang berasal dari Jawa.

3.1.3 Bahasa di Pulau Lombok

Sebelum ramai didatangi berbagai macam etnis, Pulau Lombok sudah dihuni masyarakat Sasak yang disebut sebagai penduduk asli. Ragam bahasa Lombok bersumber dari bahasa Kawi dengan aksara Jawa Kuno. Huruf aksara Sasak memiliki hanacaraka yang berjumlah 18. Dalam teknik pencatatan, tradisi menulis di daun lontar dilakukan pujangga dan sastrawan Lombok. Teknik ini dilanjutkan dengan tradisi membaca naskah sastra, pepawosan dalam budaya Sasak dan mabebawos dalam budaya Bali.

Dalam ritual upacara masyarakat Hindu di Lombok dikenal tradisi melantunkan tembang Turun Taun saat berlangsungnya upacara sakral memohon turunnya hujan. Upacara ini digelar di pura setempat menjelang datangnya musim tanam. Meskipun dilantunkan masyarakat Hindu, ragam bahasa dan lagunya jelas menunjukkan pengaruh Sasak, ditambah beberapa sisipan kata – kata bernuansa Islam. Sebait lagu ini misalnya :

- Turun Taun Leq Gedong Sari - Mumbul Katon Suarge Mulie

- Langan Dee Sida Allah Nurunang Sari

- Sarin Merta Sarin Sedana, yang intinya bermakna “semoga Tuhan segera menurunkan hujan sebagai inti kebahagiaan.”

Kata sangkaq dan kembeq (kenapa), lasingan, timaq (walau), aro (ah), kelaq moto (sayur bening), dalam bahasa Sasak, kata Mandia, antara lain juga diadopsi sebagai percakapan sehari – hari masyarakat Lombok.

3.1.4 Akulturasi Kearifan di Pulau Lombok

Akulturasi budaya antara penduduk local dan Bali serta Jawa terlihat dalam busana dan tradisi masyarakat. Misalnya, ikat kepala, yang dalam tata busana adat Sasak disebut sapuk ( dipakai pria ), mirip dngan destar dalam busana Bali.

Kebisaan nebon, suami yang membiarkan rambutnya panjang selama sang istri hamil, dikenal dalam tradisi Sasak atau Lombok. Rambut sang suami baru dipotong

setelah istrinya melahirkan. Selama nebon, kegiatan rumah tangga ditangani suami. Kebiasaan ini dipertahankan dengan tujuan melahirkan generasi yang bibit, bebet, dan bobotnya berkualitas, juga kesehatan jasmani dan rohaninya lebih baik.

Akulturasi budaya juga terlihat dalam agama wetu telu. Kelompok penganut sinkretisme Islam, Hindu dan animisme. Penganut Wetu Telu mayoritas berdiam di Kampung Bayan, tempat di mana agama itu dilahirkan. Golongan besar Wetu Telu

Dokumen terkait