• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran hasil penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 67 orang. Data diperoleh dengan cara mengambil data sekunder (rekam medik) di RS Bhineka Bakti Husada Tangerang Selatan selama bulan April-Juni 2010 yang memenuhi kriteria inklusi penelitian ini yaitu pasien diare balita rawat jalan .

Semua data sampel yang diperoleh kemudian diolah dan gambaran sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Klasifikasi diare

Klasifikasi diare Jumlah Persentase (%)

Diare akut 67 100 %

Diare kronik 0 0 %

Total 67 100 %

Tabel 4.2. Umur sampel penelitian Kelompok umur ( tahun ) Jumlah Persentase (%) 0-2 42 62,7 % 2-3 14 20,9 % 3-5 11 16,4 % Total 67 100 %

Terlihat dari tabel 4.2. bahwa diare ditemukan pada semua kelompok umur. Prevalensi paling banyak adalah berumur antara 0-2 tahun berjumlah 42 orang (62,7%) selanjutnya sampel yang berumur antara 2-3 tahun berjumlah 14 orang (20,9%), dan yang paling sedikit umur 3-5 tahun berjumlah 11 orang (16,4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Sigmaund Freud yaitu pada umur 0-2 tahun terdapat fase oral dimana balita mulai berusaha memasukkan makanan ke dalam mulutnya sehingga memudahkan masuknya bakteri ke dalam saluran pencernaanya kemudian menyebabkan infeksi. Pada umur 6 bulan pemberian ASI sudah dianjurkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) yang makin memudahkan bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan balita. Perkembangan saluran cernanya dan enzim-enzim pencernaan seperti amilase, lipase,

26

laktase juga belum sepenuhnya terbentuk sehingga menyebabkan gangguan absorbsi bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan semakin bertambah umur sistem pencernaan balita akan semakin sempurna dan mampu beradapatasi terhadap lingkungan dan makanan yang masuk ke dalam pencernaannya sehingga kejadian diare pada kelompok umur 3-5 tahun kejadiannya paling sedikit dibanding kelompok umur lain yang hanya berjumlah 11 orang (16,4%).

Gambaran jenis kelamin sampel penelitian

Tabel 4.3. Jenis kelamin sampel penelitian Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 37 55,2 %

Perempuan 30 44,8 %

Total 67 100 %

Pada tabel 4.3. di atas terlihat sampel penelitian laki-laki lebih banyak menderita diare dibandingkan dengan perempuan dengan presentase adalah laki-laki berjumlah 37 orang (55,2%) dan perempuan berjumlah 30 orang (44,8%).

Hasil penelitian di atas tidak sejalan dengan teori atau penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia 2002-2003 yang menderita diare laki-laki (10,8 %) dan perempuan (11,2 %). Ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat kejadian diare dengan jenis kelamin.

Gambaran derajat dehidrasi

Tabel 4.4. Derajat dehidrasi sampel penelitian Derajat dehidrasi Jumlah Persentase (%) Tanpa dehirasi 41 61,2 % Ringan-sedang 24 35,8 % Berat 2 3 % Total 67 100 %

Terlihat dari tabel 4.4. di atas sampel paling banyak tidak mengalami dehidrasi berjumlah 41 orang (61,2%), kemudian dengan derajat dehidrasi ringan sedang berjumlah 24 orang (35,8%) dan paling sedikit dengan derajat dehidrasi berat berjumlah 2 orang (3%). Dua orang pasien yang

27

mengalami diare dengan dehidrasi berat di atas dirujuk ke RS Pemerintah (RS Fatmawati). Dari hasil penelitian di atas sesuai dengan indikasi bahwa diare dengan dehidrasi ringan atau tanpa dehidrasi tidak perlu dilakukan observasi rawat inap (dilakukan rawat jalan saja). Natasha (2008) melakukan penelitian pada 100 pasien poli anak rawat jalan RS Siti Hajar Medan, 66 pasien (66%) mengalami diare tanpa dehidrasi, 34 orang (34%) mengalami diare dengan dehidrasi ringan-sedang, dan tidak ada yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.

Gambaran tata laksana diare

Tabel 4.5. Tata laksana diare

Terapi Jumlah Persentase (%)

Zink 14 20,9 %

Probiotik 10 14,9 %

Zink dan probiotik 15 22,4 %

ORS, probiotik, dan zink 25 37,3 %

Parenteral, probiotik, dan zink 3 4,5 %

Total 67 100 %

Tabel 4.6. Derajat dehidrasi menurut tata laksana diare Terapi Derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi

% Ringan sedang % Berat % Total

Zink 14 20,9% 14 Probiotik 10 14,9% 10 Zink & probiotik 15 22,4 % 15 ORS*, probiotik, & zink 1 1,5% 24 35,8% 25 Parenteral, probiotik, & zink 3 4,5 % 3 Jumlah 40 59,7% 24 35,8% 3 4,5% 67

*ORS : Oral Rehidration Solution

Terlihat dari tabel 4.5. di atas bahwa paling banyak terapi yang diberikan adalah kombinasi ORS, probiotik, dan zink berjumlah 25 orang (37,3%), kemudian kombinasi zink dan probiotik berjumlah 15 orang (22,4%), zink saja berjumlah 14 orang (20,9%), probiotik saja berjumlah 10 orang (14,9%), dan yang paling sedikit kombinasi parenteral, probiotik, dan zink

28

berjumlah 3 orang (4,5%). Dari hasil penelitian di atas bahwa pemberian terapi yang tidak disertai dengan pemberian terapi rehidrasi oralit (pemberian zink saja, probiotik saja, atau zink dan probiotik) sebanyak 39 orang (58,2%), ini sesuai dengan tabel tingkat dehidrasi bahwa paling banyak pasien tanpa dehidrasi. Sesuai dengan teori tentang tata laksana diare akut berdasarkan tingkat dehidrasi yang dikeluarkan oleh WHO tahun 2006 bahwa diare tanpa dehidrasi tidak perlu diberikan ORS oralit dan pemberian tablet zink sudah termasuk dalam protap pengobatan Depkes bahwa tablet zink diberikan pada diare tanpa dehidrasi dan semua tingkat dehidrasi. Pasien dengan diare tanpa dehidrasi hanya diberi cairan rumah tangga seperti air tajin, larutan gula garam yang digunakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga, namun pemberian oralit boleh diberikan pada diare tanpa dehidrasi jika anak tidak mau minum ASI atau telah menjalani terapi untuk diare dengan dehidrasi ringan-sedang atau berat.

Menurut penelitian Gregorio GV, dkk (2007) yang dilakukan pada subjek berusia 2-59 bulan dengan diare kurang dari 7 hari dan tidak mendapat rehidrasi oral mengungkapkan 60 pasien yang diberikan zink dan ORS dan 57 pasien yang diberi ORS saja. Rata-rata durasi diare yang diberikan zink 17 jam lebih pendek dibandingkan dengan yang hanya diberikan ORS saja (tanpa zink). Penggunaan probiotik menurut penelitian Guarino, et al (1997) yang meneliti terhadap 100 anak diare yang menerima rehidrasi oral atau yang ditambahkan Lactobacillus GG

didapatkan bahwa lamanya diare berkurang dari 6 hari menjadi 3 hari pada anak yang mendapatkan Lactobacillus GG dibanding kontrol. Isolauri, et al (1991) mendapatkan bahwa rehidrasi oral yang diberikan bersamaan dengan strain L.casei mempercepat penyembuhan diare akut pada anak yang banyak disebabkan oleh infeksi Rotavirus.

Guarino, et al (1997) meneliti tentang anak usia 1 bulan hingga 3 tahun yang mengalami diare akut, kelompok A (144 orang) diberikan rehidrasi oral dan plasebo sedangkan kelompok B (147 orang) diberikan rehidrasi oral ditambah dengan Lactobacillus GG (sedikitnya 1010 CFU/250ml) selama 4-6 jam. Didapatkan bahwa lamanya diare dan masa rawat inap kelompok A lebih lama dibanding kelompok B. Van Niel, dkk (2002) menyatakan Lactobacillus GG aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari kedua pemberian sebanyak 1-2 kali.

29 Gambaran derajat status gizi

Status gizi balita diukur berdasarkan umur dan berat badan (BB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan yang memiliki presisi 0,1 kg. Variabel gizi anak ini disajikan dalam indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U). Indikator BB/U merupakan indikator yang lemah dibandingkan dengan indikator status gizi yang lain yaitu : tinggi badan dibanding umur (TB/U) dan berat badan dibanding tinggi badan (BB/TB), namun karena keterbatasan penelitian bahwa data yang tersedia kurang lengkap pencatatannya hanya menyajikan berat badan, maka peneliti menggunakan indikator BB/U untuk menentukan status gizi.

Pemberian kriteria gizi berdasarkan indikator BB/U sebagai berikut :  Gizi baik : 80-100 %

 Gizi kurang : 60-79 %  Gizi buruk : < 60 %

Tabel 4.7. Tabel status gizi

Status gizi Jumlah Persentase (%)

Gizi baik 54 80,6 %

Gizi kurang 13 19,4 %

Gizi buruk 0 0 %

Total 67 100 %

Dari tabel 4.7. di atas menunjukkan bahwa pada pasien diare rawat jalan status gizi hampir sebagian besar termasuk gizi baik berjumlah 54 orang (80,5%) sedangkan sisanya termasuk gizi kurang berjumlah 13 orang (19,4%), dan tidak ditemukan pasien dengan gizi buruk. Ini sesuai bahwa faktor status gizi host berpengaruh terhadap angka kejadian diare, dan tingkat keparahan diare, sehingga tidak diperlukan adanya perawatan inap. Indikator berat badan dibanding umur ini termasuk indikator yang lemah untuk menjadi patokan status gizi anak, karena sangat fluktuatif tergantung pada kondisi kesehatan anak misalnya terdapat asites atau sedang mengalami diare, ini dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan berat badan. Penelitian ini memiliki kelemahan yaitu mendapatkan data dari rekam medis yang pencatatannya kurang lengkap dan status gizi hanya didapatkan berdasarkan BB/U. Status gizi pada tabel 4.7. hanya dapat menggambarkan status gizi anak saat datang ke Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada saja.

30 BAB 5

SIMPULAN & SARAN

SIMPULAN

1. Angka kejadian diare rawat jalan RS Bhineka Bakti Husada sebanyak 67 orang dengan anak laki-laki berjumlah 37 orang (55,2%) dan perempuan berjumlah 30 orang (44,8%). 2. Semua sampel penelitian mengalami diare akut berjumlah 67 orang (100%)

3. Kelompok umur 0-2 tahun paling banyak menderita diare berjumlah 42 orang (62,7%), kelompok umur 2-3 tahun berjumlah 14 orang (20,9%) dan kelompok umur 3-5 tahun berjumlah 11 orang (16,4%).

4. Klasifikasi diare : diare tanpa dehidrasi berjumlah 41 orang (61,2%), diare dengan dehidrasi ringan-sedang berjumlah 24 orang (35,8%), dan diare dengan dehidrasi berat berjumlah 3 orang (3%).

5. Tata laksana diare:

a. Diare tanpa oralit (zink saja, probiotik saja, atau zink dan probiotik) berjumlah 39 orang (58,2%).

b. Diare dengan menggunakan oralit, probiotik, dan zink berjumlah 25 orang (37,3%). c. Diare dengan terapi rehidrasi parenteral, probiotik, dan zink berjumlah 3 orang

(4,5%).

6. Derajat dehidrasi menurut tata laksana diare :

a. Diare tanpa dehidrasi dengan terapi zink berjumlah 14 orang (20,8%). b. Diare tanpa dehidrasi dengan terapi probiotik berjumlah 10 orang (14,9%).

c. Diare tanpa dehidrasi dengan terapi zink dan probiotik berjumlah 15 orang (22,3%). d. Diare tanpa dehidrasi dengan terapi oralit, probiotik, dan zink berjumlah 1 orang

(1,4%).

e. Diare dehidrasi ringan-sedang dengan terapi oralit, probiotik, dan zink berjumlah 24 orang (35,8%).

f. Diare dehidrasi berat dengan terapi parenteral, probiotik, dan zink berjumlah 3 orang (4,4%).

31

7. Status gizi berdasarkan indikator berat badan dibanding umur (BB/U) adalah status gizi baik berjumlah 54 orang (80,6%), status gizi kurang berjumlah 13 orang (19,4%), dan tidak ada yang berstatus gizi buruk.

8. Sebagian besar pasien rawat jalan sudah sesuai indikasi rawat jalan yaitu diare dengan dehidrasi ringan atau tanpa dehidrasi.

9. Pemberian tata laksana diare sudah sesuai dengan protap yang dikeluarkan oleh WHO yaitu pemberian tablet zink, probiotik, dan cairan rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasinya.

SARAN

1. RS Bhineka Bakti Husada dapat memberikan penyuluhan kepada warga di sekitarnya agar angka kejadian diare dapat menurun.

2. Dapat meningkatkan pelayanannya agar menjadi lebih baik lagi sehingga dapat dijadikan Rumah Sakit teladan bagi lingkungan di sekitarnya dan membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat kabupaten Tangerang Selatan.

3. Dilakukan pengukuran tinggi badan (TB) dan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) agar dapat digunakan sebagai indikator yang akurat terhadap status gizi anak.

32

Dokumen terkait