Bab 3 Metode Penelitian
4.1 Hasil P enelitian
4.1.1 Analisis Deskriptif
4.1.1.2 Gambaran Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP
4.1.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Keseluruhan
Hasil analisis data penelitian secara keseluruhan tentang keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 diperoleh hasil 77% termasuk kriteria efektif dengan sampel penelitian sejumlah 60 siswa secara umum dapat dituangkan dalam distribusi frekuensi sebagai berikut: 0% 10% 20% 30% 40% 50% Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang baik 42% 40% 18% 0%
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Keefektifan Layanan Konseling Individu
No Interval F % Kriteria 1. 82% −100% 23 38% Sangat Efektif 2. 63% − 81% 31 52% Efektif 3. 44% − 62% 6 10% Cukup Efektif 4. 25% − 43% 0 0% Kurang Efektif JUMLAH 60 100%
Mengenai frekuensi tingkat keefektifan layanan konseling individu bahwa dari 60 siswa yang menjadi sampel penelitian, 38% atau sejumlah 23 siswa memiliki persepsi sangat efektif, 52% atau sejumlah 31 siswa memiliki persepsi efektif dan 10% atau sejumlah 6 siswa memiliki persepsi cukup efektif tentang keefektifan layanan konseling individu. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata persepsi siswa tentang keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun pelajaran 2015/2016 berada pada kriteria yang efektif dengan persentase 52%.
Sedangkan hasil perolehan skor keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 berdasarkan indikator yang meliputi kenyamanan psikologis, hubungan yang bermakna, persetujuan bersama, kerjasama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12
Deskripsi Keefektifan Layanan Konseling Individu
No Indikator Persentase Kriteria
1 Kenyamanan psikologis 78% Efektif 2 Hubungan yang bermakna 78% Efektif
3 Persetujuan bersama 75% Efektif
4 Kerjasama 76% Efektif
Berdasarkan hasil analisis persentase pada tabel 4.12, diperoleh bahwa keefektifan layanan konseling individu secara keseluruhan memiliki persentase 77% dan termasuk dalam kriteria efektif. Rincian hasil persentase keefektifan layanan konseling individu pada indikator kenyamanan psikologis memperoleh hasil 78%, yang artinya konseling berjalan efektif karena siswa dapat merasakan nyaman dan senang secara psikologis selama proses konseling berlangsung. Pada indikator hubungan yang bermakna diperoleh hasil 78%, yang artinya proses konseling berjalan efektif karena siswa mampu menjalin hubungan yang akrab dengan guru BK dan memiliki optimisme dalam penyelesaian masalah pribadi. Pada indikator persetujuan bersama diperoleh hasil 75%, yang artinya konseling berjalan efektif karena siswa memiliki kemauan dan komitmen untuk mengikuti konseling individu. Pada indikator kerjasama diperoleh hasil 76%, yang artinya konseling berjalan efektif karena siswa memiliki kemauan untuk berpartisipasi aktif selama proses konseling. Secara keseluruhan persentase keefektifan layanan konseling individu menunjukkan kriteria efektif.
4.1.1.1.4 Hasil Analisis Deskripsi Persentase Tiap Indikator
Pemaparan mengenai hasil analisis deskriptif persentase data penelitian pada indikator variabel meliputi: 1) kenyamanan psikologis; 2) hubungan yang bermakna; 3) persetujuan bersama; 4) kerjasama.
1) Hasil Analisis Deskriptif PersentasePada Indikator Kenyamanan Psikologis
Hasil analisis deskripsi mengenai keefektifan layanan konseling individu pada indikator kenyamanan psikologis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13
Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kenyamanan Psikologis
No Jumlah Responden Persentase Kriteria
1. 22 37% Sangat Efektif
2. 30 50% Efektif
3. 7 12% Cukup Efektif
4. 1 2% Kurang Efektif
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator kenyamanan psikologis tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Diagram 4.8. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kenyamanan Psikologis
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar keefektifanan layanan konseling individu pada indikator kenyamanan psikologis termasuk pada kategori efektif dengan persentase sebesar 50%. Termasuk dalam kategori persentase efektif artinya proses konseling dapat berjalan efektif dengan keadaan nyaman secara psikologis bagi siswa.
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif 37% 50% 12% 2% Kenyamanan Psikologis
2) Hasil Analisis Deskriptif PersentasePada Hubungan yang Bermakna
Hasil analisis deskripsi mengenai keefektifan layanan konseling individu pada indikator hubungan yang bermakna dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.14
Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Hubungan yang Bermakna
No Jumlah Responden Persentase Kriteria
1. 29 48% Sangat Efektif
2. 26 43% Efektif
3. 4 7% Cukup Efektif
4. 1 2% Kurang Efektif
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator hubungan yang bermakna tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Diagram 4.9. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Hubungan yang Bermakna
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar keefektifanan layanan konseling individu pada indikator hubungan yang bermakna termasuk pada kategori sangat efektif dengan persentase sebesar 48%. Termasuk dalam kategori persentase sangat efektif artinya proses konseling dapat berjalan sangat efektif dengan adanya hubungan yang bermakna antara guru BK dan siswa.
3) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Persetujuan Bersama
Hasil analisis deskripsi mengenai keefektifan layanan konseling individu pada indikator persetujuan bersama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50%
Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
48%
43%
7%
2%
Tabel 4.15
Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Persetujuan Bersama
No Jumlah Responden Persentase Kriteria
1. 22 37% Sangat Efektif
2. 27 45% Efektif
3. 11 18% Cukup Efektif
4. 0 0% Kurang Efektif
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator persetujuan bersama tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Diagram 4.10. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Persetujuan Bersama
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar keefektifanan layanan konseling individu pada indikator persetujuan bersama termasuk pada kategori efektif dengan persentase sebesar 45%. Termasuk dalam kategori persentase efektif artinya proses konseling dapat berjalan efektif dengan adanya persetujuan bersama antara guru BK dan siswa untuk pelaksanaan konseling individu. 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45%
Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang
Efektif 37% 45% 18% 0% Persetujuan Bersama
4) Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Kerjasama
Hasil analisis deskripsi mengenai keefektifan layanan konseling individu pada indikator kerjasama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.16
Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kerjasama
No Jumlah Responden Persentase Kriteria
1. 20 33% Sangat Efektif
2. 31 52% Efektif
3. 8 13% Cukup Efektif
4. 1 2% Kurang Efektif
Lebih jelasnya, hasil analisis indikator kerjasama tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Diagram 4.9. Hasil Analisis Deskriptif Persentase Pada Indikator Kerjasama 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
33%
52%
13%
2%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar keefektifanan layanan konseling individu pada indikator kerjasama termasuk pada kategori efektif dengan persentase sebesar 52%. Termasuk dalam kategori persentase efektif artinya proses konseling dapat berjalan efektif dengan adanya kerjasama siswa dalam hal keterbukaan terhadap masalah yang dialami.
4.1.2 Hasil Analisis Statistik
4.1.2.1Hubungan antara Tingkat Kelengkapan Sarana dan Prasarana BK
dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016
Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kelengkapan sarana dan prasarana BK dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 dalam hal ini korelasi yang dimaksud adalah korelasi positif. Untuk itu sebelum melakukan uji hipotesis, maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu.
4.1.2.1.1 Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan rumus Kolmogorov- Smirnov dengan bantuan perhitungan SPSS 17 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Kolmogorov-Smirnov
Asymp. Sig. (2-tailed)
Level of significant (α) Ho Ha Ket Penggunaan sarana dan prasarana konseling Keefektifan layanan konseling individu
Dari hasil penghitungan SPSS diatas, menunjukan nilai Asymp. Sig. (2- tailed) pada variabel penggunaan sarana dan prasarana konseling 0,424 > 0,05
Level of significant (α). Sementara itu, pada variabel keefektifan layanan konseling individu diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,664 > 0,05
Level of significant (α). Dengan demikian, data variabel penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu berdistribusi secara normal.
4.1.2.1.2 Hasil Uji Hipotesis
Sehubungan dengan jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah jenis penelitian expost facto, maka untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya dalam hal ini adalah hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment. Pemilihan teknik ini dilakukan karena data yang diolah adalah data interval dan berdistribusi normal. Berdasarkan perhitungan SPSS 17, berikut ini hasil penelitiannya:
Tabel 4.18
Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Korelasi Product Moment
N rhitung rtabel Signifikansi Ket. Ho Ha Kategori “r”
hitung
60 0,717 0,254 5% Signifikan Di tolak Di terima Kuat/ Tinggi Berdasarkan tabel diatas, hasil uji korelasi menggunakan product moment
dengan N=60, maka diperoleh harga rtabel = 0,254. Dengan demikian rhitung > rtabel, maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi “tidak ada hubungan yang positif dan signifian antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang” ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “ada hubungan yang positif dan signifian antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang” diterima.
Adapun arah korelasi dalam statistik ada dua macam yaitu:
1. Korelasi positif terjadi apabila kenaikan atau penurunan nilai pada variabel X diikuti juga oleh naik nilai pada variabel Y. Korelasi positif menunjukkan adanya korelasi sejajar searah.
2. Korelasi negatif terjadi apabila kenaikan variabel X diikuti oleh penurunan pada variabel Y. Korelasi negatif menunjukkan adanya korelasi sejajar berlawanan arah. (Arikunto, 2010: 322)
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi menggunakan rumus product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,717 maka nilai koefisien korelasinya adalah korelasi positif. Dikarenakan dalam penelitian ini adalah korelasi positif yakni tiap-tiap kenaikan nilai variabel X (tingkat kelengkapan sarana dan prasarana BK) selalui disertai kenaikan yang seimbang (proporsional) pada nilai-nilai variabel Y (keefektifan layanan konseling individu). Dalam penelitian ini, maka semakin baik pengggunaan sarana dan prasarana konseling maka akan semakin efektif layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang. Berdasarkan gambaran penggunaan sarana dan
prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu diketahui bahwa penggunaan sarana dan prasarana konseling berada dalam kategori baik, sedangkan keefektifan layanan konseling individu berada pada kategori efektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi positif antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu dalam kategori kuat atau tinggi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang sebesar 0,717. Perolehan koefisien korelasi sebesar 0,717 jika dikonversikan dengan tabel interpretasi nilai “r” masuk dalam kategori kuat atau tinggi.
4.2
Pembahasan Hasil Penelitian
Sub bab pembahasan akan diuraikan pembahasan mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling, keefektifan layanan konseling individu, dan hubungan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016.
4.2.1 Gambaran Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling di SMP
Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016
Sebagaimana hasil penelitian mengenai penggunaan sarana dan prasarana konseling di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 sebesar 77% yang menyatakan bahwa secara umum penggunaan sarana dan prasarana konseling termasuk dalam kriteria baik. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan sarana dan prasarana konseling disekolah tersebut telah dilakukan dengan baik. Dari sampel
penelitian sejumlah 60 siswa menunjukkan bahwa sejumlah 18 siswa memiliki kriteria sangat baik, sejumlah 34 siswa memiliki kriteria baik dan sejumlah 8 siswa memiliki kriteria cukup baik tentang penggunaan sarana dan prasarana konseling.
Penggunaan sarana dan prasarana dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan. Pemakaian sarana dan prasarana memiliki dua prinsip yaitu efektivitas dan efisiensi. Penggunaan sarana dan prasarana dengan menggunakan prinsip efektivitas berarti pemakaian sarana dan prasarana harus ditujukan untuk selalu meningkatkan kualitas layanan konseling agar dapat mencapai tujuan layanan. Sedangkan prinsip efisiensi menunjukkan bahwa pemakaian sarana dan prasarana secara hemat dan hati-hati sehingga tidak mudah habis, hilang, atau rusak. Penggunaan sarana dan prasarana konseling jika dikaitkan dengan hasil penelitian maka termasuk dalam prinsip efektivitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dengan analisis deskriptif persentase diperoleh hasil baik, artinya penggunaan sarana dan prasarana konseling telah dilakukan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan konseling berjalan efektif dan dapat mencapai tujuan layanan.
4.2.2 Gambaran Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun Pelajaran 2015/2016
Sebagaimana hasil penelitian mengenai keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 sebesar 77% yang menyatakan bahwa secara umum keefektifan layanan konseling individu termasuk dalam kriteria efektif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian layanan konseling individu berjalan efektif. Dari 60 siswa yang menjadi sampel penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 23 siswa memiliki kriteria sangat efektif, sejumlah 31 siswa memiliki kriteria efektif dan sejumlah 6 siswa memiliki kriteria cukup efektif tentang keefektifan layanan konseling individu.
Keefektifan layanan konseling individu merupakan proses hubungan membantu yang berkualitas agar dapat mencapai tujuan layanan. Sofyan Willis (2004: 41-44) menyebutkan beberapa karakteristik proses hubungan membantu yaitu (1) hubungan itu sifatnya bermakna; (2) bersifat afek; (3) integritas pribadi; (4) persetujuan bersama; (5) kebutuhan; (6) struktur; (7) kerjasama; (8) klien merasa aman; (9) perubahan. Sedangkan menurut Rogers yang dikutip Hartono (2012: 93) kondisi psikologis dalam konseling mencakup keamanan dan kebebasan psikologis. Obyek keefektifan layanan konseling individu dalam penelitian ini adalah melihat kondisi-kondisi psikologis siswa agar proses konseling dapat berjalan efektif. Kondisi-kondisi tersebut termasuk yang dijadikan indikator dalam penelitian ini yaitu kenyamanan psikologis, hubungan yang bermakna, persetujuan bersama, kerjasama dan perubahan (keberhasilan konseling).
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian pendahuluan bahwa pada hasil wawancara dengan beberapa siswa yang telah mengikuti konseling diperoleh data siswa masih merasa malu dan takut untuk mengutarakan masalah pribadi siswa kepada guru BK, Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum merasa nyaman secara psikologis. Sander dan McCormick (1993) menggambarkan konsep kenyamanan bahwa kenyamanan merupakan kondisi perasaan dan sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kenyamanan dapat berasal dari faktor internal seseorang yang mengalami maupun faktor eksternal. Hal ini seperti pendapat Winkel (1991:353) menyebutkan kondisi adalah keadaan yang akan berpengaruh terhadap proses dan terhadap hubungan antarpribadi yang berlangsung selama wawancara konseling, yaitu (1) keadaan eksternal menyangkut hal-hal seperti lingkungan fisik di ruang untuk berwawancara konseling dan suasana yang diciptakan selama wawancara konseling; (2) keadaan internal menyangkut hal-hal pada konseli atau konselor sendiri, seperti sikap, sifat kepribadian, dan motivasi.
4.2.3 Hubungan antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling
dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun Ajaran 2015/2016
Sebagaimana hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi product moment menunjukkan bahwa adanya korelasi yang positif dan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dengan keefektifan layanan konseling individu di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016. Besarnya korelasi (r) penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan dengan signifikasi 0,05 atau α = 5%.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu dengan nilai korelasi yang kuat atau tinggi. Hubungan kedua variabel bersifat positif yang artinya semakin baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka akan semakin efektif layanan konseling individu Ha (diterima). Begitu pula sebaliknya semakin tidak baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka pelaksanaan layanan konseling individu semakin tidak efektif Ho (ditolak).
Hal tersebut memperkuat dukungan terhadap teori yang dikemukakan oleh Sukardi (2010: 97) bahwa kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan, apabila di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Walaupun sarana dan prasarana bukan satu-satunya karena untuk terselenggaranya layanan konseling individu terdapat beberapa tahapan operasionalisasi layanan konseling individu seperti yang dikemukakan oleh Prayitno (2012: 144-148) yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian unsur-unsur, pelaksanaan, penilaian serta tindak lanjut dan laporan. Tetapi sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang penting untuk terselenggaranya layanan konseling individu berjalan efektif.
4.3
Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Hubungan antara Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling dengan Keefektifan Layanan Konseling Individu di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2015/2016” telah mencapai tujuan penelitian, namun peneltian ini tentu memiliki keterbatasan atau kelemahan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti memiliki keterbatasan pengetahuan sehingga dalam mengungkap variabel keefektifan seharusnya terdapat indikator tentang keberhasilan konseling, karena berbagai teori yang peneliti dalami tidak muncul tetapi menurut penguji harus ada.
2. Waktu penelitian mendekati liburan semester gasal, sehingga pihak sekolah disibukkan dengan pengisian Raport semester gasal. Oleh karena itu pelaksanaan penelitian menunggu awal tahun ajaran baru pada semester genap.
3. Alat pengumpul data yang digunakan skala psikologis sehingga kemungkinan menimbulkan adanya bias dalam pengisiannya.
BAB 5
PENUTUP
5.3 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa di SMP Negeri 21 Semarang tahun ajaran 2015/2016 :
1. Penggunaan sarana dan prasarana konseling termasuk dalam kriteria baik. 2. Keefektifan layanan konseling individu dalam kriteria efektif.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan sarana dan prasarana konseling dan keefektifan layanan konseling individu dengan koefisien korelasi sebesar 0,717 dan taraf signifikansi 5% dapat dikategorikan dalam hubungan yang kuat atau tinggi. Artinya semakin baik penggunaan sarana dan prasarana konseling maka semakin efektif layanan konseling individu.
5.4 Saran
Saran merupakan upaya lanjut dan masukan yang diberikan kepada lembaga atau pihak-pihak yang dipandang berkepentingan dengan hasil penelitian. Adapun saran yang dapat diberikan difokuskan pada substansi berdasarkan hasil penelitian dan ditunjukkan pihak-pihak terkait yaitu konselor sekolah, kepala sekolah, dan peneliti selanjutnya:
1. Kepala Sekolah SMP N 21 Semarang sebagai seseorang yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan hendaknya memberikan perhatian khusus pada kegiatan bimbingan dan konseling dengan senantiasa meningkatkan sarana dan prasarana serta menjaga dan memeliharanya.
2. Bagi Guru BK di SMP Negeri 21 Semarang, peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini hendaknya bisa dijadikan bahan evaluasi serta motivasi dalam meningkatkan pelayanan BK khususnya layanan konseling dengan harapan semakin banyak siswa yang mengikuti konseling individu dapat meningkatkan citra guru BK di mata stakeholder sekolah utamanya siswa, yaitu konseling individu bukan diperuntukkan siswa yang mengalami masalah saja tetapi bisa dijadikan sebagai tempat berbagi informasi.
3. Bagi peneliti berikutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian ini, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan metode dan pendekatan lain agar hasil yang diperoleh lebih luas dan lengkap.
Daftar Pustaka
Arifin, Zaenal. 2006. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo. Arifin, M & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : PT Rineka Cipta.
Awalya. 2011. Faktor-Faktor yang Menentukan Kompetensi dan Kinerja Guru BK di Kota Semarang. Semarang: Desertasi.
Azwar, Saifuddin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cahyono, Edy, dkk. 2014. Buku Panduan Penulisan Proposal, Tugas Akhir, Skripsi, dan Artikel Ilmiah. Semarang: Unnes Press.
Fajar, Sugiarto. 2012. Faktor Penghambat Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri Se-Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Unnes.
Hartono & Boy Soedarmadji. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada media group.
Hikmawati, Fenti. 2014. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kartadinata, S et.al. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dan Departemen Pendidikan Nasional.
Latipun. 2010. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Makmun, Abin Syamsudin. 2012. Psikologi Kependidikan (Perangkat Sistem Pengajaran Modul). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustari, Muhamad. 2014. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Prayitno. 2012. Seri Panduan Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Unpad.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana.
Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Suherman, Umam. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Tri Yuli Widyaningtyas. 2012. Profil Sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri Se-Kota Semarang Tahun Ajaran 2011/2012. Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Unnes.
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individu Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Winkel dan Sri Hastuti. 2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
http://kbbi.web.id/efektif di akses pada 21 januari 2015 pukul 14:56.
http:Wisuda.unud.ac.id/pdf/0919151046-3-BAB%2011.pdf di akses pada 31 januari 2016 pukul 10.00.
Kisi-Kisi Instrumen Skala Penggunaan Sarana dan Prasarana Konseling (Try Out)
Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor Item
+ - Tingkat kelengkapan sarana dan prasarana BK 3. Kelengkapan sarana bimbingan dan konseling 1.3Alat pengumpul dan penyimpan data 1.3.1Tersedianya alat pengumpul data tes dan non tes 1.3.2Tersedianya alat penyimpanan data 1, 2. 3, 4, 5 6 7 1.4Perlengkapan teknis 1.4.1 Tersedianya perlengkapan teknis 8, 9, 10, 11 12 1.3 Perlengkapan tata usaha 1.3.1 Tersedianya perlengkapan tata usaha 13, 14, 15, 16, 17 4. Kelengkapan prasarana bimbingan dan konseling 2.4Lokasi 2.4.1 Ruang BK mudah ditemukan dan dekat dengan ruang guru 2.4.2 Ruang BK jauh dari kebisingan 2.4.3 Ruang BK memberikan kenyamanan 18 22 19 20, 21 2.5Ruang BK 2.5.1 Tersedianya ruang BK 2.5.2 Tersedianya kelengkapan ruang BK 23, 26, 28, 30, 31 24, 25, 27, 29 2.6Suasana Ruang BK 2.6.1 Warna dinding