• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan

BAB V HASIL PENELITIAN

B. Analisis Univariat

6. Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan

dianjurkan (likehood of taking recommended preventive health action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang

Selatan.

Kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam mengambil suatu tindakan. Adapun gambaran kemungkinan mengambil tindakan pencegahan kesehatan yang dianjurkan pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Kemungkinan dalam Mengambil

Tindakan di Puskesmas Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan (N=32)

Berdasarkan tabel di atas, 71,9% responden menunjukkan ada tindakan pencegahan kesehatan yang telah direkomensikan yang diambil.

Persepsi Hambatan N Persentase (%)

Ada hambatan 16 50

Tidak ada hambatan 16 50

Total 32 100,0

Mengambil tindakan N Persentase (%)

Ada tindakan 23 71,9

Tidak ada tindakan 9 28,1

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi interpretasi dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan selanjutnya akan dibahas juga tentang bagaimana implikasi dari hasil penelitian yang akan dibandingkan dua hal pokok yaitu antara lain kerangka konsep health belief model (HBM) dengan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai perubahan perilaku merokok pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciputat.

Berangkat dari teori health belief model (HBM) yang dijadikan sebagai acuan dalam melihat gambaran perubahan merokok pada pasien hiperensi, ada empat hal yang menjadi kunci dalam melakukan suatu tindakan tersebut. Dalam penelitian ini terbentuknya suatu perilaku mengikuti alur dalam HBM tersebut, mulai dari kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), persepsi manfaat dan hambatan (perceived benefit and barriers), dan dorongan bertindak (cues to action).

1. Gambaran persepsi kerentanan terhadap penyakit hipertensi (perceived susceptibility to disease hypertension) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Perceived susceptibility adalah persepsi kerentanan yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul terhadap penyakitnya. Setiap individu bevariasi dalam menilai kemungkinan tersebut walaupun kondisi kesehatan mereka sama. Semakin tinggi perceived susceptibility, semakin besar

ancaman yang dirasakan, dan semakin besar kemungkinan individu untuk mengambil tindakan guna mengatasi masalah yang mungkin muncul (Sarafino, 2008). Seseorang akan melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit apabila ia dan keluarganya merasa rentan terhadap penyakit tersebut (Notoatmojo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian persepsi kerentanan pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan 2014, diketahui sebagian besar responden (53,1%) merasa rentan terhadap faktor-faktor resiko hipertensi. Jika melihat dari tingkat persepsi kerentanan disini responden telah percaya bahwa dalam dirinya atau keluarganya telah ada masalah kesehatan. Dalam pengenalan gejala, responden membuat keputusan bahwa didalam dirinya ada suatu gejala penyakit. Dengan kata lain, akan ada suatu tindakan yang diambil untuk mencegah penyakit.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang penah dilakukan oleh Pratama (2010), yang menunjukan hasil persepsi kerentanan terhadap penyakit di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun 2010,diketahui sebagian besar responden (53,4) merasa rentan terhadap gizi buruk. Hasil penelitian dari Farihati (2011) mengenai analisisi kualitatif perilaku peran keluarga sebagai pengawas menelan obat pada anggota keluarga dengan penyakit TBC di Kelurahan Ciputat juga selaras dengan penelitian ini, menyebutkan gambaran persepsi keluarga tentang resiko tertular penyakit TBC yang diderita oleh anggota keluarga adalah hampir semua informan mengatakan khawatir dengan penyakit ini dan informan sangat khawatir jika penyakit menular sampai ke keluarga dan masyarakat sekitar.

Menurut konsep teori health belief model, semakin tinggi persepsi kerentanan, semakin besar ancaman yang dirasakan, dan peneliti menganilisis selanjutnya diketahui responden yang memiliki persepsi rentan (53,1%) lebih dari setengah responden artinya ancaman yang dirasakan juga semakin besar. Berdasarkan hal tersebut responden percaya bahwa semakin besar kemungkina untuk ia mengambil tindakan guna mengatasi masalah yang mungkin muncul.

2. Gambaran persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi

(perceived seriousness (severity) of disease hypertension) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Perceived seriousness (severity) adalah persepsi menyangkut perasaan akan keseriusan penyakit tersebut apabila mereka membiarkan penyakitnya tidak ditangani, termasuk konsekuensi dari masalah kesehatan seperti konsekuensi medis (kematian, cacat, dan rasa sakit), konsekuensi psikologis (depresi, cemas, dan takut), dan konsekuensi sosial (dampak terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga dan hubungan sosial). Semakin banyak konsekuensi yang dipercaya akan terjadi, semakin besar persepsi bahwa masalah tersebut merupakan ancaman, sehingga mengambil tindakan (Maulana, 2007). Persepsi keparahan juga merupakan keseriusan suatu penyakit terhadap individu, keluarga, atau masyarakat yang mendorong seseorang untuk melakukan pencarian pengobatan atau pencegahan penyakit tersebut (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini seseorang baru melakukan tindakan pengobatan jika ia telah merasa bahwa penyakit yang dirasakannya itu merupakan penyakit yang benar-benar parah.

Berdasarkan hasil penelitian persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi (perceived seriousness (severity) of disease hypertension) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan 2014, diketahui sebagian besar responden (53,1%) menyatakan persepsi keparahan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan terhadap penyakit yang dirasakan menyebabkan responden percaya bahwa konsekuensi dari keparahan yang dirasakan merupakan ancaman bagi hidupnya.

Hasil penelitian ini tidak selaras dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Pratama (2010), yang menunjukan hasil persepsi keparahan terhadap penyakit di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun 2010,diketahui sebagian besar responden (51,7%) menyatakan bahwa gizi buruk bukan merupakan penyakit parah.

Menurut konsep teori health belief model, semakin tinggi persepsi kerparahan, semakin besar persepsi bahwa masalah tersebut merupakan ancaman, dan anilisis peneliti selanjutnya diketahui responden yang memiliki persepsi keparahan tinggi (53,1%) lebih dari setengah responden artinya ancaman yang dirasakan juga semakin besar. Berdasarkan hal tersebut responden percaya bahwa semakin besar kemungkina untuk ia mengambil tindakan guna mengatasi masalah yang mungkin muncul.

3. Gambaran dorongan bertindak (cues to action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Cues to action adalah sumber darimana individu mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan yang mungkin terjadi kepadanya. Informasi tersebut memberi isyarat kepada individu untuk melakukan tingkahlaku

kesehatan (Albery & Marcus, 2011 dalam Purijayanti, 2012). Dorongan bertindak untuk melakukan pilihan terhadap pelayanan kesehatan merupakan salah satu pembentuk perilaku seseorang. Dorongan bertindak (cues to action), merupakan faktor eksternal untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan, serta keuntungan dari suatu tindakan (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan. Diketahui, sebagian besar responden (59,4%) menyatakan ada dorongan dari keluarga dan petugas kesehatan dalam bertindak mencari pengobatan. Kesadaran dalam diri pasien juga sangat diperlukan dalam mengambil tindakan pencegahan dan pengobatan.

Hasil penelitian ini tidak selaras dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Pratama (2010), yang menunjukan hasil sebagian besar responden (75,9%) menyatakan tidak ada dorongan bertindak di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun 2010. Melihat ketidak selarasan penelitian, tidak adanya dorongan bertindak karena minat masyarakat kurang dalam mencari informasi masih kurang.

Menurut konsep teori health belief model, dorongan bertindak berpengaruh terhadap persepsi ancaman penyakit, dan anilisis peneliti selanjutnya diketahui responden yang menyatakan adanya dorongan bertindak (59,4%) cukup besar. Sehingganya dapat dilihat besarnya ancaman yang dirasakan responden juga mempengaruhi dorongan untuk bertindak. Dorongan bertindak yang berasal dari keluarganya yang sadar bahwa dukungan dari keluarga sangat diperlukan oleh pasien hipertensi dalam melakukan tindakan

pencegahan maupun pengobatan hipertensi. Dorongan bertindak juga didapatkan pasien dari petugas kesehatan dimana petugas kesehatan berperan dalam memberikan penyuluhan kesehatan yang dapat menambah pengetahuan pasien dan memotivasi pasien dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan pasien hipertensi.

4. Gambaran persepsi ancaman penyakit (perceived threat of disease) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang

Selatan.

Persepsi ancaman yaitu penilaian individu akan ancaman yang akan terjadi akibat masalah kesehatan yang mungkin akan beresiko terhadap penyakitnya (Rosenstock, 1966). Mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir bahwa penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancama bagi dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi ancaman penyakit (perceived threat of disease) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan. Diketahui, sebagian besar responden (53,1%) menyatakan ancaman yang dirasakan responden lebih besar dibandingkan responden yang merasa tidak ada ancaman (46,9%). Melihat besar ancaman yang dirasakan oleh individu maka terdoronglah untuk mengambil langkah-langkah sehat dalam rangka mengurangi resiko sakit.

5. Gambaran persepsi manfaat dan hambatan dari tindakan pencegahan

(perceived benefits of preventive action) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Persepsi manfaat yaitu hal positif yang dipercaya seseorang sebagai hasil dari tindakan pencegahan. Persepsi hambatan yaitu hal negatif yang dipercaya

seseorang sebagai hasil dari tindakan pencegahan. Penilaian individu tentang efektifitas dari tingkah laku kesehatan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang dialaminya. Penilaian ini dihasilkan melalui perbandingan antara penilaian keuntungan (perceived benefits) dan peniliaan akan kerugian (perceived barriers) dari tingkah laku tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi manfaat dari tindakan pencegahan (perceived benefits of preventive action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan. Diketahui, sebagian besar responden (65,6%) menyatakan ada manfaat dari tindakan pencegahan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi hambatan yang dirasakan (perceived benefits of preventive action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan. Diketahui, sebagian responden (50%) merasakan adanya hambatan dan sebagian responden lagi merasakan tiadak ada hambatan dalam melakukan tindakan pencegahan.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Pratama (2010), yang menunjukan hasil persepsi manfaat melakukan ke pelayanan kesehatan di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun 2010,diketahui sebagian besar responden (55,2%) menyatakan bahwa masalah gizi buruk bermanfaat untuk melakukan pelayanan kesehatan.

Menurut konsep teori health belief model, penilaian tentang efektifitas dihasilkan melalui perbandingan antara peceived benefits dengan peceived barriers dari tingkah laku tersebut. Peneliti menganalisis persepsi manfaat dan hambatan, responden yang memiliki persepsi ada manfaat dari tindakan pencegahan (65,6%) lebih besar dibandingkan persepsi ada hambatan yang

dirasakan dari tindakan pencegahan (50%). Berdasarkan hasil analisis perbandingan ini menentukan arah dari tindakan kesehatan inidividu untuk melakukannan tindakan pencegahan adalah sangat baik.

6. Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan

(likehood of taking recommended preventive health action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

Setiap orang beresiko untuk terkena penyakit. Maka terdoronglah untuk mengambil langkah-langkah sehat dalam rangka untuk mengurangi resiko sakit dan berharap serangkaian tindakan yang akan dilakukan menguntungkan dalam mengurangi resiko sakit atau keparahan penyakit selama keuntungan yang diperoleh melebihi hambatan yang ditemui ketika melakukan perilaku sehat. HBM di formulasikan untuk memprediksi kemungkinan individu akan melibatkan diri dalam perilaku sehat atau tidak (Rosenstock, 1996 dalam Purijayant, 2012).

Tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan hal ini disebut illness behavior (perilaku kesakitan). Dasar dari perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku kesakitan ini. Perilaku kesakitan mencakup semua kegiatan yang dilakukan orang sakit untuk merasakan, mendefinisikan, menginterpretasikan gangguan, serta mencari pengobatan yang tepat (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan (likehood of taking recommended preventive health action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat Tanggerang

Selatan. Diketahui, sebagian besar responden (71,9%) menunjukkan ada tindakan kesehatan yang diambil.

Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Pratama (2010) mengenai perilaku mencari pengobatan pada balita gizi buruk di Kecamatan Jambe Kabupaten Tanggerang tahun 2010, yang menunjukan hasil diketahui bahwa sebagian besar responden (84,5%) memiliki perilaku yang diharapkan yakni memilih pengobatan ke pelayanan pemerintah maupun suasta.

Individu mempersepsikan suatu benda yang sama secara berbeda-beda. Persepsi merupakan suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar bermakna bagi lingkungan.

Jika melihat hasil seluruh analisis pada variabel sebelumnya kemudian dikaitkan dengan alur pada konsep health belief model, diketahui responden merasa rentan terhadap penyaki, memiliki pesepsi keparahan tinggi, menyatakan ada dorongan bertindak, ancaman yang dirasakan responden besar, menyatakan manfaat lebih besar dari pada hambatan yang dirasakan dan akhirnya kemudian kemungkinan mengambil tindakan cukup besar.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Belum ada instrumen baku dalam penelitian ini sehingga instrumen dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang di dapatkan mengenai perilaku merokok dan penyakit hipertensi, sehingga kuesioner yang dibuat peneliti memungkinkan banyak ditemukan kelemahan.

2. Hasil yang didapat pada penelitian ini masih terlalu luas sehingga pada penilian selanjutnya bisa di fokuskan pada perilaku merokoknya.

3. Variabel demografi, sosiopsikologi dan struktural tidak dikaji lebih lanjut karena faktor-faktor ini dipercaya melalui efeknya pada motivasi individu dan persepsi subjektif ketimbang fungsinya sebagai penyebab langsung dari perilaku kesehatan.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran persepsi kerentanan terhadap penyakit hipertensi (perceived susceptibility to disease hypertension) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat, responden menyatakan bahwa kerentanan tinggi (53,1%) lebih banyak dari pada menyatakan tidak rentan (46,9%). 2. Gambaran persepsi keseriusan (keparahan) penyakit hipertensi (perceived

seriousness (severity) of disease hypertension) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat, responden menyatakan bahwa keparahan tinggi (53,1%) lebih banyak dari pada menyatakan tidak parah (46,9%). 3. Gambaran dorongan bertindak (cues to action) pada pasien hipertensi yang

merokok di Puskesmas Ciputat, responden menyatakan bahwa ada dorongan dari keluarga dan petugas kesehatan (59,4%) lebih banyak dari pada menyatakan tidak ada dorongan bertindak (40,6%) dalam mencari pengobatan dan pencegahan hipertensi.

4. Gambaran persepsi ancaman penyakit (perceived threat of disease) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat, responden menyatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan ancaman yang dirasakan responden lebih besar (53,1%) dibandingkan responden yang merasa tidak ada ancaman (46,9%).

5. Gambaran persepsi manfaat

6. dan hambatan dari tindakan pencegahan (perceived benefits and barriers of preventive action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat, responden yang memiliki persepsi ada manfaat dari tindakan pencegahan (65,6%) lebih besar dibandingkan persepsi ada hambatan yang dirasakan dari tindakan pencegahan (50%).

7. Gambaran kemungkinan mengambil tindakan kesehatan yang dianjurkan (likehood of taking recommended preventive health action) pada pasien hipertensi yang merokok di Puskesmas Ciputat, responden yang menunjukkan ada tindakan kesehatan yang diambil (71,9%) lebih banyak dibandingkan responden yang tidak ada tindakan kesehatan yang diambil (28,1%).

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dan dapat menggunakan analisis yang dapat mengetahui seberapa besar setiap hubungan variabel yang ada, diharapkan pula mengambil populasi yang lebih spesifik dan lebih besar.

2. Bagi Pelayanan Masyarakat Terkait

Upaya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan hipertensi hendaknya dilakukan terus-menerus baik oleh pemerintah maupun instansi terkait untuk menurunkan kejadian hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi.

3. Bagi responden dan masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat untuk merubah gaya hidupnya ke arah yang lebih sehat, terutama mengurangi atau bahkan berhenti merokok, mengurangi konsumsi makanan berlemak dan berkadar garam tinggi, berolahraga yang rajin dan mematuhi program pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi. Biaya Sosisal Akibat Merokok. Jakarta: Majalah Tarbawi Edisi 104. 2005

Aditama. Rokok dan Kesehatan, edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia . 2009

Anggraini, D. Hubungan Kejadian Hipertrofi Ventrikel kiri dengan Riwayat Hipertensi Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif pada Tahun 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan : Skripsi. 2010

Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. 2000

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. 2000

Dalimatha, Setiawan, dkk. Care Your Self Hypertension. Jakarta : Pebar plus. 2008

Depkes. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2007 ______. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2010

Edberg, Mark. 2007. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat Teori Sosial dan Perilaku. Jakarta: EGC

Fitriyani, Y. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Meroko Dengan Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

.

Ciputat: Skripsi. 2010

Hayens Brian, dkk., Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka & Intimedia. 2001

Hidayat, A.Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Ikhwan, M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan : Sripsi. 2013

JNC-7. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA. 2003

Jode J. Gambaran Kebiasaan Merokok pada Pasien-pasien Hipertensi yang Datang Berobat ke Bagian Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan. Medan : Skripsi. 2010

Komalasari, D & Helmi, A.F. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. 2000

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders. 2005

Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.III. Jakarta : Media Aesculapius. 2001

Maulana, H. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2007

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatn Teori dan Aplikasi Cetakan Pertama. Jakarta: PT.Rieneka Cipta. 2005

Notoatmodjo, S. Promosi kesehatn dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007

Notoatmodjo, S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010

Pender, Nola J. Health Promotion in Nursing Practice. Michigan: The University of Michigan. 1996

Nursalam, Efendi, Fery. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008

Purijayanti, R. Penggunaan Health Belief Model Dalam Memprediksi Perilaku Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Type II. Tangerang Selatan : Sripsi. 2012

Pdparsi. Ada Apa Dengan Rokok. 2003

Rahajeng E dan Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2009

Redding, Collen. A, et al. 2000. Health Behavior Model. The International Electronic Journal of Health Education: University of Rhodes Island

Suheni, Y. Hubungan Antara Kebiasan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Usia 40 Tahun Keatas Di Badan Rumah Sakit Cepu.

Semarang : Skripsi. 2007

Schrier, R.W. Manual of Nephrology. ed 5rd. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2000

Sitepoe, M. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia. 1997

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001

Smet, B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. 1994 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

2009

Taylor, S. E. (2006). Health Psychologi Sixth Edition. Los Angeles: University California

Vitahealth. Hipertensi. Jakarta: Gramedia. 2006

Yogiantoro, Mohammad. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Hipertensi Esensial. Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\Asphire One\Documents\HASIL\hasil 1.sav

Statistics Kategori_k erentanan kategori_ke parahan kategori_do rongan_bert indak kategori_an caman kategori_ma nfaat kategori_ha mbatan kategori_me ngambil_tin dakan N Valid 32 32 32 32 32 32 32 Missing 0 0 0 0 0 0 0 Frequency Table Kategori_kerentanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid rentan 17 53.1 53.1 53.1 tidak rentan 15 46.9 46.9 100.0 Total 32 100.0 100.0 kategori_keparahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid semakin parah 17 53.1 53.1 53.1

tidak parah 15 46.9 46.9 100.0

kategori_dorongan_bertindak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada dorongan 19 59.4 59.4 59.4

tidak ada dorongan 13 40.6 40.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

kategori_ancaman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid mengancam 17 53.1 53.1 53.1 tidak mengancam 15 46.9 46.9 100.0 Total 32 100.0 100.0 kategori_manfaat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada manfaat 21 65.6 65.6 65.6

tidak ada manfaat 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

kategori_hambatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada hambatan 16 50.0 50.0 50.0

tidak ada hambatan 16 50.0 50.0 100.0

kategori_mengambil_tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada tindakan 23 71.9 71.9 71.9

tidak ada tindakan 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Susceptibility .121 32 .200* .973 32 .579 Seriousness .153 32 .053 .966 32 .393 Cues_to_action .155 32 .049 .927 32 .033 Threat_of_disease .229 32 .000 .911 32 .012 benefits .158 32 .042 .959 32 .265 barrier .131 32 .173 .964 32 .349 Taking_recommended .177 32 .012 .962 32 .303

a. Lilliefors Significance Correction

Dokumen terkait