Sejarah Saung Angklung Udjo (SAU)
Di tahun 50-an, ada sebuah keluarga yang menempati kawasan Jalan Padasuka Bandung, bapak Udjo Ngalagena (alm) dan istri ibu Uum Sumiati (alm) sepasang suami-istri yang telah dikaruniai 10 orang anak, memulai perjalanan mereka untuk mendirikan sebuah paguyuban kesenian Sunda yang unik. Ide dasarnya adalah menjadikan bambu sebagai elemen yang memberikan banyak karakter yang mendominasi, karena itu, banyak benda yang dihasilkan dari bambu, seperti kursi pertunjukan, alat musik hingga panggung pertunjukannya.
Udjo mulai membangun Saung Angklung yang berawal dari sebuah rumah tinggal sederhana dengan pekarangan sempit di tahun 1958. Saung yang berarti rumah kecil, pondok, dangau/gubuk diharapkan menjadi tempat berkumpulnya masyarakat belajar angklung dan melestarikannya. Dengan bantuan dan dorongan Daeng Soetigna dan bantuan dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat, Saung Angklung Udjo resmi didirikan pada Januari 1966. Saung Angklung Udjo merupakan sanggar seni yang terdiri dari pertunjukan musik bambu, pagelaran kesenian Jawa Barat seperti wayang golek, Rampak Kendang, Pencak silat, Sendratari, Drama Sunda, Tari Topeng khas Cirebonan, hingga kegiatan pengrajin memproduksi barang kerajinan khas dan alat alat musik bambu.
Sanggar seni Saung Angklung tersebut kemudian dikembangkan menjadi yayasan Saung Angklung. Secara de facto, Yayasan Saung Angklung mulai didirikan pada tanggal 1 Januari 1967. Yayasan Saung Angklung sendiri mulai didaftarkan pada tanggal 14 September 1973. Berbekal struktur manajemen yang lebih profesional, Saung Angklung Udjo (SAU) berhasil meningkatkan kualitas perusahaan. SAU menunjukkan potensi yang menjanjikan lewat unit–unit usahanya.
Diawali dari sebuah paguyuban kesenian Sunda dan workshop Angklung, SAU kini menjadi salah satu tujuan utama wisata budaya di Jawa Barat. Kronologi sejarah perkembangan SAU dari waktu ke waktu dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Saung Angklung Udjo (SAU) dari waktu ke waktu
No. Episode/ Tahun Perkembangan
1. Episode 1 Dengam sistem manajemen yang sangat sederhana, Udjo Ngalagena mengelola SAU dengan semangatnya yang tak kenal lelah.
1950-an Angklung dimainkan dalam sebuah peristiwa akbar yang bersejarah,
yaitu Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, saat itu Udjo Ngalagena menjadi salah satu konduktor orkestra.
Beberapa tahun kemudian, hasratnya pada Angklung mendorong Udjo untuk mengajak masyarakat sekitar berkontribusi secara aktif untuk mengembangkan kerajinan Angklung dan berpartisipasi dalam pertunjukan kesenian Sunda.
Mulai memproduksi Angklung sendiri.
1966 Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati mendirikan SAU.
SAU memperkuat reputasinya dengan tampil dalam beberapa acara besar, diantaranya adalah peringatan ke 5 Konferensi Asia Afrika dan
Papan tersebut memberikan informasi bahwa lokasi SAU berada 250 m dari muka jalan. Wisatawan yang berasal dari Jakarta dapat mencapai lokasi SAU dengan menggunakan kendaraan umum yang berupa bus umum, atau menggunakan penyedia bus (travel agent) yang bekerja sama dengan SAU. Dari Jakarta, wisatawan dapat melewati tol Pasteur menuju Cicaheum. Dari Kota Bandung, wisatawan bisa menggunakan taksi atau Angkot (Angkutan Umum Perkotaan) untuk mencapai lokasi SAU.
Profil Pengelola SAU
Pada awal berdirinya, SAU merupakan sebuah yayasan yang hanya berfungsi sebagai cagar budaya Sunda. Dalam perjalanannya, SAU berkembang menjadi sebuah perusahaan modern dengan pengelolaan cagar budaya yang semakin profesional. Sampai dengan saat ini, SAU membagi pengelolaan ke dalam dua wadah, yaitu Yayasan SAU dan PT. SAU.
Pengelolaan yang dilakukan oleh Yayasan SAU (Saung Angklung Udjo Foundation) terfokus pada pelestarian budaya, dimana yayasan ini menjadi rel agar SAU tetap patuh pada visi dan misi awal, yaitu menjadi kawasan budaya Sunda, khususnya Bambu, serta melestarikan dan mengembangkan budaya. Adapun bentuk Perseroan Terbatas (PT) adalah kendaraan SAU yang fokusnya berientasi komersil untuk mendapatkan keuntungan (profit).
Struktur Organisasi
SAU memiliki bagan stuktur organisasi yang terdiri dari President Director, Bussiness&Development Director, Operational Director. Divisi
Corporate Secretary SAU berada dalam naungan Operational Director.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Manajer Komunikasi Perusahaan, SAU memiliki dua unit bagian yaitu Unit bisnis dan Unit Pendukung. Kedua unit tersebut masing- masing memiliki konsultan.
A. Unit Bisnis, yang terdiri dari :
E-Marketing: Bagian Marketing bertangggung jawab atas pemasaran, pemesanan tempat serta penjualan segala produk dan layanan dari Saung Angklung Udjo.
Departement Performance : Bagian ini bertugas atas pertunjukan, kreativitas, kemasan serta inovasi seni dan budaya yang akan ditampilkan dalam pertunjukan seni. Mereka juga bertanggung jawab untuk membuka pendaftaran pemain baru yang ingin bermain angklung di Saung Angklung Udjo dan mengatur penjadwalan para pemain pertunjukan.
Production Group: Bagian ini bertanggung jawab atas produksi serta pengolahan Angklung dan mengawasi ketersediaan bahan baku utama Angklung yaitu bambu. Selain itu juga bekerja sama dengan para pengrajin Angklung di sekitar daerah Padasuka untuk memproduksi angklung.
B. Unit Pendukung, yang terdiri dari:
Finance and Accounting Group: Bagian ini bertanggung jawab atas keuangan perusahaan secara keseluruhan serta mengatur keuangan perusahaan.
Human Capital Group: Bagian ini bertanggung jawab atas kegiatan serta bidang kepegawaian SAU.
Stuktur organisasi SAU dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini.
Gambar 13 Struktur organisasi SAU Comercial Group Dept. Performance Dept. Banquet & GM Dep. Training Dept Product E-Marketing Finance & Accounting Group Dept Finance Dept Accounting Research & Development Presiden Director Business & Development Dir Corp Secretary Operational Dir Human Capital Group Dept HRD Dept General Service Dept Legal Production Group Dept. Performance Dept. Banquet & GM Dep. Training Dept Product
Sarana dan Prasarana
SAU memiliki suasana taman belakang yang rindang dan menyenangkan. Dikelilingi oleh tanaman khas Sunda, suasana serta angin yang alami serta sebagai rumah bagi beragam jenis burung liar. Dengan luas area sekitar 1000 meter persegi yang terdiri dari rumput yang hijau, pengunjung dapat melakukan beragam aktivitas hingga menampung lebih dari 150 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki di SAU meliputi:
1. Gerbang Pintu Masuk Utama 2. Guest House Angklung 3. Area/ Tempat Parkir 4. Guest House Arumba 5. Toko Cinderamata 6. Kantor
7. Pusat Produksi Angklung 8. Bale Karesmen
9. Tepas Udjo 10. Warung Hawu
11. Buruan Sari Asih dan Panggung Serbaguna 12. Kantor
13. Studio Musik 14. Perpustakaan
15. Sentra Penyuluhan Kehutanan
Gambar 14 Bale Karesmen
Bale Karesmen seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14 merupakan sebuah bangunan gaya klasik dengan struktur atap Sunda dan ampiteater di dalamnya, dengan ukuran 225 meter persegi terdapat kursi kayu yang disusun pada tiga sisi, serta terdapat panggung untuk Pangrawit (Karawitan) yang menemani pengunjung saat pertunjukan. Bale Karesemen ini dapat menampung hingga 400 orang.
Gambar 15 Buruan Sari Asih
Beragam hewan ternak, unggas serta sarang belasan jenis burung liar terdapat di SAU. Anak-anak dapat belajar mengenali alam sekitar dengan beragam jenis hewan dan burung liar serta bermain permainan tradisional ala SAU. Buruan Sari Asih (Gambar 15) menjadi salah satu tempat alternatif bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana kampung Sunda. SAU juga memberi kesempatan bagi pengunjung untuk melihat proses pembuatan Angklung tersebut secara keseluruhan.
Gambar 16 Fasilitas yang ada : (a) Saung, Tempat Alternatif untuk Berkumpul Bersama Keluarga, dan (b) Pusat Produksi Angklung