• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Kecamatan Gunung Kijang (Pantai Trikora)

Kecamatan Gunung Kijang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bintan, yang merupakan Kecamatan terluas di wilayah Kabupaten Bintan dengan luas area daratan 503,12 km2 dan area lautan 4 426,61 km2

Secara administrasi batas wilayah Kecamatan Gunung Kijang berbebatasan dengan:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Sebong.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bintan Timur.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Toapaya.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bintan Timur dan Laut Topografi, Hidrologi, dan Iklim

Wilayah Kecamatan Gunung Kijang mempunyai dominasi lahan datar sampai berombak (>3 – 15%) dengan beda tinggi mencapai 15 meter, merupakan luas terbesar yaitu sebesar 208,29 Km2, menyebar di bagian Utara dan Timur Kecamatan Gunung Kijang, terutama di wilayah Lomei, Kawal dan daerah pesisir pantai. Wilayah berombak sampai bergelombang ( >15 - 40%) dengan beda tinggi mencapai 40 meter, merupakan daerah perbukitan yang penyebarannya terutama di bagian tengah dengan total luas sebesar 128,08 Km2. Wilayah bergelombang sampai berbukit (> 40%) dengan beda tinggi antara 40-211 meter. Penyebarannya terutama di Wilayah Desa Gunung Kijang, yaitu di daerah Gunung Kijang seluas 7,5 Km2.

Jenis tanah di wilayah Kecamatan Gunung Kijang di dominasi oleh jenis tanah dengan komposisi Hapludox-Kandiudults dan Tropaquets-Fludaquents. Serta jenis batuan yang mendominasi dari Formasi Goungon dan Granit.

Lokasi yang menjadi objek pengamatan adalah kawasan perairan pesisir pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Propinsi Kepulauan Riau. Di kecamatan ini terdapat empat desa/kelurahan yaitu: Kelurahan Kawal, Desa Gunung Kijang, Desa Teluk Bakau, Desa Malang Rapat.

Gugusan Kabupaten Bintan mempunyai curah hujan cukup dengan iklim basah, berkisar antara 2000 – 2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per tahun ± 2 214 milimeter, dengan hari hujan sebanyak ± 110 hari. Curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Desember (347 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (101 mm). Temperatur rata-rata terendah 22,5°C dengan kelembaban udara 83%-89%.

Secara umum Kabupaten Bintan mempunyai empat macam perubahan arah angin yaitu:

1. Bulan Desember-Februari : angin utara 2. Bulan Maret-Mei : angin timur 3. Bulan Juni- Agustus : angin selatan 4. Bulan September-November : angin barat

Kecepatan angin terbesar adalah 9 knot pada bulan Desember-Januari, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei.

Kondisi angin pada umumnya dalam satu tahun terjadi empat kali perubahan angin; bulan Desember - Februari bertiup angin utara, bulan Maret – Mei bertiup angin timur, bulan Juni – Agustus bertiup angin selatan dan bulan September – Nopember bertiup angin barat. Angin dari arah utara dan selatan yang sangat berpengaruh terhadap gelombang laut menjadi besar, dan juga dengan kondisi air laut yang lebih keruh. Musim ini ditandai dengan angin yang sangat kencang dan gelombang laut yang sangat besar dapat merusak perahu nelayan. Nelayan pada musim ini juga sulit untuk pergi melaut dikarenakan perahu dan alat tangkap mereka tidak mampu melawan kuatnya angin dan gelombang. Pada musim ini nelayan umumnya hanya melaut disekitar pantai. Sedangkan angin timur dan barat terhadap gelombang laut yang timbul relatif kecil.

Potensi Sumberdaya Laut

Sumberdaya wilayah perairan Kecamatan Gunung Kijang sangat beragam seperti: hutan mangrove, terumbu karang dan berbagai hasil perikanan tangkap. Dari hasil informasi bahwa luasan hutan mangrove dikawasan ini telah mengalami penurunan. Sedangkan terumbu karang yang terdapat di sepanjang pantai di wilayah ini. Menurut data CRITIC COREMAP Kabupaten Bintan pada tahun 2006,

rata-rata tutupan karang di wilayah ini berkategori sedang 32,05%. Sedangkan rata- rata karang mati mencapai 30,91%. Kondisi karang yang rusak atau mati diyakini disebabkan oleh ulah manusia, antara lain akibat penggunaan bom dan jaring dasar untuk mennagkap ikan yang dilakukan oleh nelayan, dengan banyak ditemukannya patahan karang di wilayah perairan Kecamatan Gunung Kijang yaitu desa Malang Rapat.

Sedangkan sumberdaya yang potensial adalah sektor perikanan tangkap. Menurut informasi setempat produksi perikanan tangkap mengalami penurunan. Penurunan hasil tangkapan disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah nelayan yang menangkap ikan diperairan ini, tidak hanya dari dalam melainkan juga dari luar wilayah tersebut. Sedangkan penurunan produksi juga disebabkan oleh cara penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan diwaktu sebelumnya. Kini cara penangkapan ikan dengan penggunaan bom dan racun sudah mulai berkurang, menurut penuturan beberapa nelayan, pada umumnya pengguna bom dan racun dilakukan oleh nelayan dari pulau lain (C RITC - LIPI 2007).

Pengelolaan Sumberdaya Laut di Kecamatan Gunung Kijang

Pengelolaan Sumberdaya laut merupakan hal yang penting dalam program penyelamatan terumbu karang. Melalui pengelolaan yang optimal dengan memperhatikan keseimbangan antara pemanfaatan dan konservasi, keberlanjutan sumberdaya laut yang merupakan yang merupakan sumber penghidupan masyarakat akan terjaga.

Pengetahuan merupakan dasar untuk melakukan tindakan yang benar. Dalam kontex pelestarian terumbu karang..Pengetahuan tentang terumbu karang sangat diperlukan seperti hal- hal yang dapat merusak terumbu karang dan penggunaan alat tangkap yang dapat merusak terumbu karang. Meskipun pengetahuan masyarakat tentang penggunaan bom, racun dan trawl merupakan hal yang paling merusak terumbu karang mendapat respon yang baik sehingga dapat dikatakan penggunaan bom dan cara-cara penangkapan ikan dengan racun dan trawl sudah menurun secara drastis.

Penggunaan alat tangkap lainnya, seperti penggunaan bubu, bagan tancap tidak hanya dimiliki oleh nelayan di kawasan ini tetapi juga oleh nelayan di luar

wilayah. Bubu sebagai alat penangkap ikan mendapat respon yang kecil dari masyarakat sampai sekarang ini. Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan bubu dan bagan tancap terhadap kerusakan terumbu karang mendapat respon yg kecil 5% dan 2% menyatakan dapat merusak berarti 95% dan 98% berpendapat tidak merusak karang (C RITC-LIPI 2007), meskipun penggunaan alat tersebut di lekatkan pada karang. Ketidaktahuan masyarakat bahwa alat-alat tersebut juga merusak terumbu karang dan perlu mendapat perhatian, paling tidak masyarakat diberi pengetahuan untuk mengurangi resiko alat tersebut terhadap kerusakan karang .

4.1.2. Pulau Mapur

Pulau Mapur terletak di sebelah timur gugus Kepulauan Bintan, secara administratif termasuk bagian dari Kecamatan Bintan Timur. Bagian timur laut utara berhadapan dengan Laut Cina Selatan. Batuan dasar Pulau Mapur terbentuk oleh granit bagian dari orogenesa Malaya yang berusia Kapur. Perairan disekitar merupakan genangan laut yang diakibatkan oleh mencairnya es dan memisahkan antara Pulau Jawa, Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan pada zaman kuarter. Proses genang laut pada zaman kuarter tersebut tidak saja menutup wilayah- wilayah yang relatif rendah namun memacu pertumbuhan terumbu karang di sekitar lereng- lereng yang tinggi.

Topografi, Hidrologi, dan iklim

Secara topografi daratan utama dibangun oleh 65% morfologi perbukitan yang berada di wilayah utara dan timur dan 35% morfologi dataran yang berada di wilayah barat dan selatan Pulau Mapur. Puncak perbukitan tertinggi lebih 75 meter di atas permukaan laut. Luas daratan Pulau Mapur ± 2500 Ha.

Kondisi batimetri perairan Pulau Mapur bagian selatan dan barat relative lebih dangkal dibandingkan disebelah timur dan utara. Perairan sebelah barat merupakan selat antara Pulau Bintan dan Pulau Mapur dan dibagian timur merupakan perairan terbuka. Kondisi batimetri Pulau Mapur akan menentukan pola arus dan penjalaran gelombang yang bergantung kepada datangnya angin di perairan tersebut (tergantung kepada monsun).

Bulan Januari dan Februari menunjukkan arah angin dominan datang dari arah utara dan timur laut, sedangkan bulan Maret dan April dominan datang dari arah timur laut. Kekuatan angin pada Februari lebih rendah daripada Januari dan Maret lebih rendah dibanding Februari, sedangkan April hampir sama dengan Februari. Angin yang bertiup di bulan Mei dominan datang dari arah timur laut dan tenggara, Juni terlihat adanya peralihan dari arah timur laut (berkurang) dan ke tenggara. Bulan Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember arah angin dominan datang dari arah Tenggara. Kekuatan angin yang paling kuat ialah bulan Oktober, November dan Desember. Kekuatan angin bulan Januari dan Februari sedikit meragukan yaitu nilainya lebih rendah dari bulan Desember, sedangkan Desember hingga Februari masih termasuk dalam monsun barat, dimana kekuatannya hampir sama. Kondisi curah hujan di wilayah ini dari bulan Januari sampai Oktober diperoleh antara 0 – 150 mm. Tekanan udara bervariasi antara 1006 – 1015 mb dengan rata-rata 1011 mb dan kondisi rata-rata suhu udara bervariasi antara 23,5 °C – 28 °C dengan rata-rata 26 °C.

Salinitas untuk lapisan perairan bagian permukaan memiliki nilai antara 27,8 – 29,2 psu dengan nilai rata-rata 28,6 psu dan nilai standar deviasinya (sd) = 0,41 psu, pada kedalaman 5 m berkisar antara 27,8 – 29,3 psu dengan nilai rata-rata 28,7 psu dan nilai sd nya 0,42 psu serta pada kedalaman 10 m berkisar antara 27,8 – 29,4 psu denga n nilai rata-rata 28,8 psu dan nilai standar deviasinya 0,41 psu.

Nilai salinitas lebih rendah dari 28,5 psu terdapat disebelah timur laut dan selatan Pulau Mapur, sedangkan nilai salinitas lebih besar 28,5 terdapat disebelah barat Pulau Mapur dengan nilai berkisar antara 28,5 – 29 psu.

Kecerahan pada bagian permukaan diperoleh antara 4,5 – 10,5 m dengan nilai rata-rata 6,6 m dengan standar deviasinya (sd) 1,6 m (6,6 ± 1,6 m). Kecerahan massa air yang relatif lebih besar dari 7 m terdapat di sebelah barat laut sampai timur laut Pulau Mapur. Kondisi tersebut diduga diakibatkan oleh adanya turbulensi akibat terhalangnya penjalaran gelombang yang sedikit terhambat oleh Pulau Mapur, sedangkan perairan di sebelah utara relative dalam dibanding perairan bagian selatan. Kecerahan massa air yang relatif lebih besar dari 6 m terdapat di perairan sebelah barat dan selatan, sedangkan nilai kecerahan lebih kecil dari 6 m dijumpai di perairan bagian timur laut, utara dan perairan bagian barat.

Potensi Sumberdaya Laut

Sama halnya dengan Kecamatan Gunung Kijang, Desa Mapaur di wilayah pulau mapur ini sumber daya yang sangat pentingnya adalah terumbu karang, dan berbagai sumberdaya laut lainya seperti ikan kerapu, selar sotong, cumi dan kepiting. Terumbu karang terdapat disekeliling pulau. Kondisi Terumbu karang di Pulau Mapur mengalami perbaikan selama dua tahun terakhir (CRITC-LIPI 2007). Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan CREEL pada akhir tahun 2006, yang menemukan adanya perbaikan sebagian terumbu karang di Pulau Mapur terutama terumbu karang yang berada di sekitar Kepala Pulau Mapur, pada tahun 2005, berdasarkan hasil penelitian P3O-LIPI, terumbu karang yang kondisinya masih baik di perairan Pulau Mapur hanya sekitar 25%.

Sedangkan potensi perikanan tangkap cukup baik meskipun sebelum tahun 1990 kecenderungan penurunan produksi ikan tangkap disebabkan oleh penangkapan ik an yang kurang ramah lingkungan. Sebaliknya hasil kajian tahun 2007 menemukan kecenderungan sebaliknya, yaitu produksi ikan tangkap mengalami perkembangan baik jenis maupun jumlahnya. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh adanya peraturan desa yang tidak memperbolehkan nelayan masuk keperairan Mapur karena Kepulauan Mapur dijadikan sebagai area konservasi.

Dokumen terkait