• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Umum Berdirinya KPP Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota).

Dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia No. 267/kmk.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

4. Kantor Pelayanan pajak Medan Binjai

Dan berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Replubik Indonesia No.443/KMK.01/2001 tentang “ Organiasasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan Menjadi enam wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan timur 2. Kecamatan Medan Area 3. Kecamatan Medan Tembung 4. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Sunggal 3. Kecamatan Medan Petisah 4. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1. Kecamatan Medan kota

2. Kecamatan Medan Denai 3. Kecamatan Medan Johor

4. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia,dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan Polonia 2. Kecamatan Medan Maimun 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Tuntungan 5. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan,dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1.Kecamatan Medan Belawan 2.Kecamatan Medan Marelan 3.Kecamatan Medan Labuhan 4.Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan . Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk laporan

rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara 1 lantai IV dan beralamat di jalan Diponegoro No. A Medan . Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :

Sesuai dengan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak ,Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3(tiga) jenis,yaitu:

1. KPP Wajib Pajak Besar yang terdiri dari KPP Wajib Pajak Besar Dua, dan KPP Usaha Milik Negara;

2. KPP Madya yang terdiri dari KPP Penanaman Modal Asing, KPP Perusahaan Masuk Bursa, KPP Badan dan Orang Asing, KPP Madya Medan, KPP Madya Palembang, KPP Madya Pekan Baru,KPP Madya Batam, KPP Madya Tangerang, KPP Madya Bekasi, KPP Madya Jakarta Pusat, KPP Madya Jakarta Barat, KPP Madya Jakarta Selatan, KPP Madya Jakarta Timur, KPP Madya Jakarta Utara, KPP Madya Bandung, KPP Mdaya Semarang, KPP Madya Surabaya, KPP Madya Sidoarjo, KPP Madya malang, KPP Madya Balik Papan, KPP Madya Denpasar, KPP Madya Makasar.

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Beberapa karakteristik untuk setiap jenis KPP, Diantaranya dapat dijelaskan dalam table berikut ini :

No URAIAN KPP WP BESAR KPP MADYA KPP PRATAMA

Skala Wajib BUMN & WP Besar WP Besar Kanwil WP Menengah 1 Pajak Nasional ( regional ) Badan Badan dan OP 2 Jenis Wajib Pajak Badan ( Coeporate ) ( Corporate ) dan Ekspatriat Badan dan OP 3 Jumlah Wajib Pajak 300 – 400 200 – 500 Ribuan

4 Jenis Pajak PPh, PPN dan PTLL PPh,PPN dan PPTL PPh,PPN,PTLL,PBB dan BPHTB

5 PPN Sentralisasi Sebtralisasi Desentralisasi 6 P2PPh Desentralisasi Desentralisasi Deseantralisasi 7 AR Fungsi Sektor Industri Sektor Industri Wilayah 8 Esktensifikas

i Jumlah

Tidak Ada Tidak Ada Jumlah

9 Eselon IV 9 (Sembilan) 9 (Sembilan) 10(Sepuluh) 10 Wilayah

Kerja

Nasional Regional Lokal

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Pembentukan KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya telah diselesaikan pada akhir tahun 2006, sedangkan KPP Pratama yang ada saat ini baru berjumlah

15 KPP Pratama, yaitu KPP Pratama dilingkungan Kanwil DJP Jakarta Pusat dan pembentukan KPP Pratama untuk seluruh Indonesia direncanakan akan diselesaikan akhir tahun 2008.

B. Visi,Misi, dan Nilai Direktorat Jenderal Pajak a. Visi Direktorat Jendral Pajak

Visi Direktorat Jendral Pajak adalah “Menjadi Instusi Pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif,efesien,dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan proseionalisme yang tinggi”

Visi tersebut menjelaskan bahwa DJP ingin menjadi instusi pemerintah yang menjalankan sistem admnistrasi perpajakan modern,efektif,efesien,dan dipercaya masyarakat,efektif dan efesien artinya bahwa DJP melakukan pengukuran dan pertanggung jawaban terhadap sistem modern yang dijalankan tersebut.dipercaya masyarakat artinya DJP memastikan masyarakat yakin bahwa sistem administrasi perpajakan memberikan mamfaat yang sebesarnya kepada masyarakat.bangsa dan negara. b. Misi Direktorat Jendral Pajak

Misi Direktorat Jendral Pajak adalah “ Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem admnistrasi perpajakan yang efektif dan efesien”

Misi tersebut menjelaskan bahwa keberadaan DJP adalah untuk menghimpun pajak dari masyarakat guna menunjang pembiayaan pemerintah.Peran DJP tersebut dijalankan melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien.sistem administrasi tersebut dapat diukur dan dipertanggungjawabkan dalam rangka melayani masyarakat secara optimal untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya.

C. Struktur Organisasi Dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota a. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam system kerjasama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Kota membawahi 1(satu) bagian dan 6 ( enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:

1). Sub Bagian Umum 2). Seksi Ekstensifikasi

3). Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4). Seksi Pelayanan

5). Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6). Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7). Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8). Seksi Pengwasan dan Konsultasi IV 6). Seksi Pemeriksaan

7). Seksi Penagihan

8). Kelompok Jabatan Fungsional

D. Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota

Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara , dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Replubik Indonesia.

Untuk lebih jelasnya mengenai organisasi di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dapat dilihat sebagai berikut :

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

KANTOR PELAYANAN PAJAK

SUBBAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I

SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI IV KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI II

SEKSI PENGEWASAN DAN KONSULTASI III

SEKSI PENAGIHAN

PETUGAS TATA USAHA SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PEMERIKSAAN

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. 2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahakan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasia

dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbinganatau himbawan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan

pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.

E. Perbedaan Strktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru

Pada Struktur organisasi KPP Medan Kota sebelumnya untuk masing-masing pajak dibuat secara terpisah,baik itu PPh,PPN,PPnBM,BPHTB,dan lain-lain.Sedangkan struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota yang sekarang dibentuk dengan cara menggabungkan bagian-bagian pajak yang terpisah tersebut ke dalam setiap bagian,misalnya terdapat masala pajak baik itu PPh,PPN,PBB,PPnBM,BPHTB, dan lain-lain,maka unntuk menyelesaikan

masalah yang ada tidak lagi di bagian pajak yang bersangkutan melainkan dapat konsultasi di bagian pengawasan dan konsultasi,begitu juga dengan bagian lainnya,sehingga pekerja setiap bagian lebih efektif dan efesien.

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM

A. Dasar Hukum Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan

Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktur Jenderal Pajak (DJP).

Jadi pengertian diatas maka dalam hal ini fiskus / aparat pajak harus dapat meningkatkan penerimaan pajak diantaranya melalui ekstensifikasi wajib pajak yang belum terdaftar. Namun kenyataannya dalam pelaksanaannya dilapangan dengan menyaring para wajib pajak agar mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, sangat sulit dilakukan dikarenakan masih kurangnya kesadaran para wajib pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Padahal wajib pajab mengetahui akan pentingnya pajak bagi pembangunan dan perkembangan Negara. Karena pajak merupakan devisa yang besar bagi Negara. Oleh sebab itu bagaimana kinerja dan usaha keras yang telah dilakukan selama ini oleh fiskus dalam memburu pajak yang belum terdaftar agar mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan pentingnya pajak bagi kelangsungan perekonomian Indonesia.

B. Pengertian Intensifikasi dan Ekstensifikasi Wajib Pajak 1. Ekstensifikasi

Berdasarkan arti kamus Ekstensifikasi merupakan perluasan,perpanjangan dan pemanjangan (tentang tanah,waktu,jalan,dsb).

Di bidang perpajakan ekstensifikasi dilakukan terhadap wajib pajak yang dikenal dengan istilah ekstensifikasi wajib pajak dan dapat didefenisikan sebagai usaha kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak sehingga di dapat sumber-sumber pajak baru dalam Administrasi Diirektorat Jenderal Pajak, sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Wajib Pajak.

2. Intensifikasi

Intensifikasi Pajak adalah Kegiatan Optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap Subjek Pajak yang telah dicatat atau terdaftar dalam Administrasi Direktorat Jenderal Pajak dan hasil pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak.

C. Ruang Lingkup Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi perpajakan meliputi :

1. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap wajib pajak PPh orang pribadi yang berstatus sebagai karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di wilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan, dan orang pribadi lainnya

(termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Pemberian NPWP dilokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha disentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mall atau plaza atau kawasan industry atau sentra ekonomi lainnya.

3. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak Badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai Wajib Pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi.

4. Unit organisasi dan petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi ada 2 yaitu :

a. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada Kantor Pelayanan Pajak serta kantor penyuluhan pajak yang berada di luar kota kedudukan KPP. b. Petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai pelaksana.

5. Data yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak meliputi data intern dan data ekstern, antara lain :

a. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6.600 Watt atau lebih; b. Pelanggan Telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan

c. Pemilik mobil dengan nilai Rp.200.000.000,- atau lebih, atau pemilik motor dengan nilai Rp.100.000.000,- atau lebih;

d. Pemegang Paspor Indonesia, kecuali pemegang paspor Haji dan pemegang Paspor Tenaga Kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang atau kapal laut);

e. Tenaga Kerja Asing (expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;

f. Karyawan local kedutaan besar asing atau organisasi internasional;

g. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Rp. 1.000.000.000,- atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau peta blok atau data SPOP;

h. Data orang pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dari laporan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau informasi dari Notaris dengan nilai Rp.60.000.000,- atau lebih;

i. Pemilik telepon selular pasca bayar; j. Pemegang kartu kredit;

k. Pemegang polis atau premi asuransi; l. Pemegang kartu keanggotaan Golf; m. Artis;

n. Pemilik atau Penyewa ruang apartemen atau kondominium;

o. Pemilik kapal pesiar atau “yacht”,”speed boat”,dan pesawat terbang; p. Pemilik saham yang diperdagangkan di pasar bursa;

q. Pemilik rumah sewa dan kost;

r. Pemegang saham, komisaris, direktur dan penerima dividen;

s. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruangan pada sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industry atau sentra ekonomi lainnya. Subjek pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT), telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak,tetapi belum mempunyai NPWP;

t. Data yang ditemukan pada pelaksanaan kegiatan PSL; 6. Pencarian data dilakukan oleh :

Untuk wilayah di luar Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jika pada kota kedudukan Kanwil DJP hanya terdaftar lebih dari satu KPP.

a. Kanwil DJP

b.KPP, dalam hal sumber data berada di wilayah KPP tersebut. Selain data pada kanwil DJP.

7. Persiapan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dengan ketentuan sebagai berikut :

a. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) sesuai dengan data yang dimiliki.

b.KPP mempersiapkan sarana dan prasarana administrative yang diperlukan. c. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi di Luar DJP yang terait

dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifkasi Wajib pajak. 8. Pelaksanaan Ekstensifikasi wajib pajak.

Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau PKP.

D. Uraian Prosedur Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam Rangka Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan

Uraian prosedur dimaksudkan untuk membatasi pembatasan variable yang akan diteliti agar tidak menimbulkan interprestasi ganda untuk menganalisa suatu masalah.

Adapun uraian prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan Pelaksana untuk membuat konsep surat tugas pengamatan dan pencarian data berdasarkan rencana kerja pencarian data yang telah disetujui, pedoman/petunjuk monografi yang diterima dari Kantor Pusat dan data-data makro yang mungkin dapat diperoleh dari koran, majalah dan media lainnya;

2. Pelaksana menyiapkan konsep surat tugas pengamatan dan pencarian data selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

3. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan menyampaikan konsep surat tugas pengamatan dan pencarian data kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak;

4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menyetujui surat tugas pengamatan dan pencarian data dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

5. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneruskan surat tugas tersebut kepada pelaksana untuk melaksanakan pengamatan dan pencarian data;

6. Pelaksana melaksanakan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan dan membuat konsep laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan serta menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan; 7. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan memaraf konsep laporan

pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan, serta menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak;

8. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

9. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan Pelaksana untuk mengadministrasikan laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan dan membuat Nota Dinas Pengantar pengiriman laporan

pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan kepada Kepala Seksi Pelayanan;

10. Pelaksana mengadministrasikan laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan dalam berkas penyimpanan arsip dan membuat konsep Nota Dinas Pengantar pengiriman berkas, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

11. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti dan menandatangani Nota Dinas Pengantar pengiriman berkas dan menugaskan Pelaksana untuk menyampaikan laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan ke Seksi Pelayanan untuk diterbitkan Surat Himbauan, NPWP dan atau Pengukuhan sebagai PKP secara jabatan;

12. Pelaksana menyampaikan laporan pelaksanaan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan ke Seksi Pelayanan untuk diterbitkan Surat Himbauan, NPWP dan atau Pengukuhan sebagai PKP secara jabatan

E. Proses Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Perpajakan Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditunjukkan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak. Maka dalam hal ini pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh Fiskus adalah sebagai berikut :

a. Fiskus melakukan indentifikasi terhadap data yang diperoleh dan mencocokkannya dengan data Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Perpajakan (SIP).

b. Fiskus membuat daftar nominatif wajib pajak yang belum mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) sesuai dengan data yang dimiliki.

Dokumen terkait