• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Gambaran Masyarakat Dayak Secara Umum

1. Masyarakat Dayak Secara Umum

Istilah dayaksecara kolektif menunjuk kepada orang-orang non-Muslim atau non-Melayu yang merupakan penduduk asli Kalimantan pada umumnya (Maunati, 2004:59). Masyarakat dayak adalah sebutan suku yang mendiami pulau Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan. Literatur antropologi klasik cenderung memotret dayak sebagai kelompok yang eksotik dan unik, yang bercirikan kebiasaan berburu kepala, tinggal dirumah panjang, animisme dan gaya hidup nomadik, sehingga gambaran tentang dayak seperti sebuah identitas’ lain’ (other) yang terasing (Maunati, 2004:61). Akan tetapi tidak semua dayak yang mempunyai kebiasaan berburu kepala.

Ada sejumlah kesamaan di antara orang-orang dayak, kecuali suku

Punan yang memang lebih nomadik, dalam hal-hal yang terkait dengan fakta

bahwa mereka tinggal dirumah-rumah panjang, menggunakan parang

(Mandau) dan sumpit (tulup), memproduksi keranjang-keranjang rotan,

menggunakan manik-manik dalam ritual mereka, melakukan pertanian dengan sistem ladang berpindah dan dalam hal pertunjukan tari-tarian dalam ritual-ritual mereka. (Maunati, 2004:61).

Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti didaerah suku dayakBenuaq, walaupun di pulau Kalimantan sangat banyak suku dayak dan beragam pula bahasa dan budayanya. Di Kalimantan Timur khususnya Kabupaten Kutai Barat banyak terdapat suku dayak, seperti dayak kenyah, dayak bahau, dayak tunjung, dayak benuaq, dayak bentian, dayak penihing dan masih

banyak suku-suku yang lainnya. Dari beberapa suku tersebut memiliki banyak perbedaan dari bahasa sehari-hari yang digunakan, adat-istiadat, kesenian dan ritual-ritual yang digunakan. Walaupun disebut suku dayak, tetapi suku dayak mempunyai kebudayaan atau adat-istiadat yang tidak sama dengan suku dayak yang lainnya. Dari suku dayak yang menempati wilayah Kabupaten Kutai Barat seperti Suku Dayak Benuaq memiliki kesamaan dengan Suku Dayak Tunjung. Kesamaannya seperti pada ritual pengobatan orang sakit (Beliatn), ritual naik ayun untuk anak yang masih bayi(Melas,

Ngeragaq), ritual upacara pernikahan secara adat dan ritual Kematian dalam

bahasa Dayak Benuaqdan dayaktunjung disebut Kwangkei. Walaupun sekarang jaman sudah modern akan tetapi bagi masyarakat dayak Benuaq, masyarakat masih percaya dengan pengobatan tradisional dan ritual Kematian yang sekarang masih terus dilaksanakan oleh masyarakat dayak

Tunjung dan Benuaq di Kabupaten Kutai Barat. Begitu juga dengan suku

dayak yang lainnya, mereka juga mempunyai tradisi dan adat-istiadat yang berbeda.

Berdasarkan penelitian beberapa sukudayakBenuaq masih ada beberapa yang tinggal di rumah panjang (Lamin)didalam rumah panjang tersebut dibuat seperti blok-blok selain blok panjang yang biasa digunakan bersama oleh orang-orang yang mendiami rumah panjang tersebut. Yang mendiami setiap blok tersebut adalah Kepala keluarga yang berbeda-beda. Keturunan – keturunannya bisa mewariskan blok tersebut. Alat tradisional orang dayak seperti Mandau memang masih digunakan untuk berbagai kegiatan seperti membuat ladang, dan biasa digunakan dalam upacara adat sebagai lambang.

Suku dayak Benuaq dari dulu sampai sekarang masih melakukan pertanian dengan sistem ladang yang berpindah–pindah.Walaupun sekarang telah menggunakan sistem persawahan dengan irigasi dan pemakaian bajak yang ditarik oleh kerbau serta dengan alat bajak yang lebih modern. Sistem perladangan yang dilakukan oleh suku dayak mengandung nilai-nilai ritual dan religi. Nilai-nilai ritual dan religi dapat dilihat dari kegiatan suku dayak dalam mencari calon lokasi akan dibuat ladang, cara membakar dan cara menanam, memanen dan sebagainya.

Jarak lahan pertanian biasanya jauh dan biasanya masyarakat Dayak tidak bisa membuat ladang dengan lahan yang berdekatan dengan orang lain karena dalam tradisi dayak ada yang tidak bisa membuat ladang terlalu berdekatan. Dalam keyakinan mereka bila ladang saling berdekatan mungkin salah satu ladang akan dirusak oleh hama. Jarak pertanian bisa mencapai puluhan kilometer dan harus ditempuh berjam-jam dengan berjalan kaki.Menebang pohon, membabat belukar, menunggu kurang lebih 2–3bulan sampai pohon-pohon kering, kemudian membakar lahan untuk pertanian.

Biasanya masyarakat dayakBenuaq sebelum membakar lahan mereka menempuh beberapa cara yaitu:

1. Terlebih dahulu membersihkan bagian pinggir lahan untuk menghindari terjadinya kebakaran ke lahan yang lainnya.

2. Pembakaran umumnya dilakukan tengah hari pada saat panas terik mencapai puncaknya dan angin tidak bertiup kencang, hal ini mengandung makna bahwa saat panas terik memuncak maka materi pembakaran akan cepat habis dan tidak menimbulkan asap dalam

waktu lama, angin tidak bertiup kencang sehingga tidak rawan menimbulkan kebakaran yang tidak terkendali.

3. Kegiatan pembakaran dilakukan dengan berlawanan arah dengan arah angin, artinya agar api tidak menyebar cepat yang dapat berakibat kebakaran yang tidak terkendali

Setelah membakar lahan kemudian mengolahnya, sekaligus persiapan untuk membuka ladang. Dan ladang siap untuk ditanam berbagai tanaman terutama padi, biasanya orang dayak menanam padi dimulai pada bulan Agustus–September. Selain tanaman padi juga diselingi tanaman lainnya seperti singkong dan ubi jalar dan bermacam-macam tanaman lainnya.Jika semuanya berjalan dengan lancar dan panen sukses maka ada upacara sebagai ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen tersebut.

Dalam rangka pengelolaan alam semesta termasuk hubungan antar makhluk hidup dan kematiannya serta hubungan dengan kosmos, haruslah sesuai dengan adat-istiadat dan tatakrama yang telah diwariskan oleh nenek moyang orang dayakBenuaq. Adat-istiadat dan tata krama yang telah diwariskan olehtetuanya dengan keberadaan suku dayak benuaq dibumi. Orang suku dayakbenuaq percaya bahwa sistem adat yang ada bukanlah hasil budaya, tetapi mereka mendapatkan petunjuk langsung dari Letalla melalui para Seniang maupun melalui mimpi. Sukubenuaq percaya bahwa sistem adatnya telah ada sebelum negeri ini lahir.Oleh sebab itu mereka tidak begitu saja menerima pendapat yang mengatakan bahwa dengan lahir Negara dan

aturan dapat menghilangkan aturan adat istiadatSuku Dayak Benuaq (Suter, 2009).

2. Pemahaman masyarakat dayak terhadap alam dan budayanya

Selain masih percaya dengan pengobatan tradisional masyarakat dayak yang hidup dipedalaman mempunyai potensi secara tradisional yang dapat dipakai oleh masyarakat untuk pemberdayaan ekonomi dan juga mendukung konservasi keanekaragaman hayati.Yang pertama adalah Kebun buah tradisional (simpukng), keahlian dalam pembuatan alat-alat tradisional, hutan desa, pengetahuan tentangjenis habitat, sifat, kegunaan flora dan fauna. Kehidupan masyarakat dayak tidak terlepas dari alam karena masyarakat masih memanfaatkannya untuk kebutuhan ekonomi yaitu ladang untuk bertani, rotatn untuk membuat kerajinan tradisional khas dayak, tumbuh-tumbuhan hutan yang bisa dijadikan obat tradisional dan juga ada beberapa tumbuhan hutan yang bisa dijadikan makanan.

Kehidupan masyarakat dayakbenuaq tidak terlepas dari alam, karena masyarakat dayak benuaq hidupnya masih bergantung dengan alam. Walaupun sekarang sudah jaman modern akan tetapi suku dayak benuaq memiliki pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan keterampilan sendiri dalam pengelolaan sumber daya alam.

Selain masih bergantung dengan alam, orang dayakbenuaq juga terkenal dengan musik dan tarian tradisional. Alat-alat musik yang digunakan oleh orang dayak seperti sapeq (alat musik yang dipetik hampir menyerupai gitar), gong, gendang dan juga gamelan. Tarian tradisional dayakBenuaq seperti tari gantar, tari beliatn dan tari ngelewai. Tarigantar merupakan jenis

tari pergaulan muda – mudi yang berasal dari dayak Benuaq dan Tunjung. Gerakan-gerakan tari gantar ini melukiskan orang yang sedang menanam padi.Tongkat melambangkan kayu penumbuk untuk membuat lubang ditanah.Sementara bambu yang didalamnya berisi biji-bijian melambangkan benih padi dan wadahnya.Tarianyang diselenggarakan adalah hanya sekedar untuk hiburan bagi masyarakat dayak umumnya dan juga ada yang bermaksud makna lain seperti tari belian yang diselenggarakan tidak sembarangan dan ritualnya yang dilakukan secara bertahap oleh ahlinya (dukun belian).

C. Hasil Penelitian

Menurut peneliti kepercayaan masyarakat disekitar lokasi penelitian tidak hanya dipandang dari segi religi atau kepercayaan saja melainkan dapat menjadi bagian dalam pengetahuan lokal.Pengaruh sistem kepercayaan itu masih erat kaitannya dengan alam.

Berdasarkan data wawancara dengan beberapa narasumber didaerah sekitar, kepercayaan masyarakat dayak banyak sekali seperti

belian, upacara adat kematian dan upacara pembersihan desa (gugu

tahun).Upacara beliatn bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati

orang sakit, membayar nazar dan sebagainya.Setelah diubah menjadi tarian, tarian belian biasanya disajikan pada acara – acara penerima tamu atau upacara kesenian yang biasanya diselenggarakan.

Kepercayaan masyarakat suku dayak benuaq terhadap alam agar alam dapat bersahabat dengan manusia di wujudkan dalam upacara Gugu

memberi perlindungan supaya mereka terbebas dari malapetaka, supaya tanah menjadi subur serta curah hujan yang cukup.

Mitos bagi masyarakat dayakbenuaq bersifat religius dan mereka masih percaya bahwa mitos itu masih berlaku hingga sekarang. Mitos – mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat dayakBenuaq, didasarkan pada hubungan antara manusia dengan alam. Masyarakat dayakBenuaqpercaya tentang mitos bahwa pada saat hujan kemudian timbul pelangi dan pelangi itu merupakan jelmaan ikan yang disebut

Juwata yang menandakan adanya musim panas. Mitos yang lainnya adalah

percaya bahwa jika hari telah senja anak-anak tidak boleh keluar dari rumah alasannya takut diserang penyakit. Juga pada saat ada tetangga atau keluarga yang meninggal biasanya orang dayakbenuaq tidak akan pergi ke ladang atau bertani karena pada hari tersebut merupakan hari yang tidak baik untuk bertani.

Selain masih percaya dengan mitos suku dayak benuaq sangat kental dengan aturan sistem adat yaitu berupa penjagaan tata tertib masyarakat yang sifatnya memaksa, turun – temurun dari dahulu kala dan tidak ada sistem hukum yang kuat. Sistem adat atau tata tertib bagi suku dayakbenuaq akan tetap terjaga walaupun tanpa sistem hukum karena dayak benuaq mempunyai ketaatan otomatis terhadap adat yang sudah ada. Adatharus ditaati dan dihargai, jika terjadi pelanggaran maka secara otomatis timbul reaksi masyarakat untuk menghukum pelanggar dengan berbagai macam denda secara adat.

Dalam sistem religi yang tercampur dengan adat seperti lambang berupa angka, suku dayakbenuaq menganggap bahwa angka Delapan (8) adalah lambang kebaikan. Delapan jika dikurangi 1 sama dengan 7 itu artinya bahwa kita sebagai manusia harus memberi waktu 1 hari untuk mengucap syukur kepada Tuhan.

1. Pandangan Masyarakat Terhadap Alam Semesta

Cara pandang masyarakat dayak terhadap alam didasari bagaimana masyarakat dayak Benuaqmenganggap bahwa alam adalah sahabat. Bagi mereka, alam adalah sumber kehidupan dari dulu hingga sekarang.Maka dari itu masyarakat percaya jika manusia tidak bersahabat dengan alam maka alam akan marah dan akibatnya akan timbul suatu bencana seperti kemarau panjang, banjir, kebakaran hutan dan didatangi berbagai penyakit.

Pandangan masyarakat terhadap alam biasanya berpatokan dengan rasi bintang dan fase-fase bulan.Pada jaman dahulu sukudayakbenuaqmempunyai kalender yang disebut Papan Ketikadidalam kalender tersebut terdapat nama-nama bulan dan nama-nama hari. Papan

ketika adalah berbentuk 4 persegi panjang dan diberi tanda baik berupa

lubang-lubang dipinggirnya lalu dimasukkan tali–tali khusus dari benang dan serat kulit kayu kedalam lubang-lubang tadi. Juga terdapat tanda– tanda tertentu pada semua permukaan papan dengan tujuan dan maksud tertentu. Dipapan itu juga tertulis nama-nama hari yaitu:

2) Senen 3) Selasa 4) Rebo 5) Kemis 6) Jemahat 7) Setu

Orang tua-tua dayakBenuaq dijaman dulu sangat yakin dengan melihat papan ketika ini tahu jika mau bepergian hari apa yang baik, hari apa banyak rejeki, hari apa tak ada rejeki, hari apa tak ada musuh dan hari apa yang aman. Akan tetapi sekarang sudah tidak ada yang memiliki bentuk kalender tersebut.

Dalam melihat alam, masyarakat dayak berpatokan pada kenampakan alam yaitu rasi bintang dan fase-fase bulan digunakan sebagai patokan dalam bertani yaitu menanam padi atau tanaman lainnya agar tidak salah dalam bercocok tanam dan pada saat panen dapat berhasil dengan baik. Rasi bintang merupakan sistem penanggalan suku dayak dalam sistem pertanian yaitu dalam membuat ladang. Rasi bintang menurut suku dayak ada 12 yaitu:

1) Pengkuluq, bulan juli yaitu musim nebas bagi suku dayak

3) Berurukng, bulan September yaitu pada bulan ini biasanya ditandai dengan banyak angin dan pada bulan ini biasanya dimanfaatkan oleh para petani untuk membakar lahannya atau ladang.

4) Bemanuk, bulan Oktober yaitu musim nugal

5) Poti, bulan November

6) Sempuatn, bulan Desember yaitu biasanya pada bulan ini musim

penghujan dan orang dayak percaya bahwa dengan musim penghujan berarti dapat menumbuhkan padi yang telah ditanam

7) Lentokng,bulan Januari

8) Surigodiq, bulan Februari

9) Bemari, bulan Maret

10)Kotopkonom, bulan April

11)Perejoteh, bulan Mei

12)Kererapit, bulan Juni yaitu bagi masyarakat dayak pada bulan ini

berarti jeda waktu masyarakat untuk melakukan hal-hal lain seperti gotong-royong dalam membuat lamin dan sebagainya. Akan tetapi seperti yang ditemukan dalam penelitian, walaupun ada yang mengetahui tentang rasi bintang tetapi ada yang tidak sama karena setiap orang mempunyai pemahaman yang berbeda- beda.Misalnya kepala adat Eheng dan tokoh masyarakat dari Eheng mempunyai pengalaman yang

samatentang rasi bintang, yaitu mereka menyebutkan bahwa rasi bintang ada 7 yaitu sebagai berikut:

a. Berurukng

b. Piuluk

c. Sempuatn = sangat baik dalam bercocok tanam

d. Poti

e. Bemanuk

f. Bemari

g. Bemana

Dayak benuaq juga mempercayai bahwa musim penghujan dan kemarau biasanya ditandai oleh apabila sore bintang tidak kelihatan dan karena tertutup oleh awan hitam, daun tidak basah karena pengaruh embun berada diatas.Sedangkan ciri-ciri musim kemarau kita dapat melihat bintang dilangit banyak bertaburan dan terang benderang diatas itu karena embun turun kebawah sehingga menyebabkan di jalan kelihatan basah.Akan tetapi menurut sumber yaitu kepala adat kampung Pepas Eheng, sekarang musim tidak dapat diidentifikasi. Hal ini karena kondisi alam tidak lagi alami sebagai mana saat dulu. Hal ini terjadi karena pengaruh dari kebijakan pemerintah dengan dibukanya areal pertambangan, perkebunan sawit secara besar-besaran dan sekarang sudah jarang ada hutan lindung.

Menurut sumber yang lain ciri-ciri musim panas adalah apabila kita melihat matahari pagi tidak ada awan hitam tebal disekitar matahari sedangkan musim hujan kita melihat banyak awan hitam dan sering terdengar suara

Guntur. Juga menurut sumber jika kita melihat awan hitam berkumpul dan terdengar suara bunglon bernyanyi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat yaitu kepala adat didesa Eheng mengatakan bahwa suku dayakBenuaq dalam sistem pertanian yaitu dalam membuat ladang masih mempercayai bulan dan bintang sebagai petunjuk untuk membuat ladang agar tanaman diladang dapat tumbuh dengan baik dan memperoleh hasil yang baik pada saat panen. Seperti halnya sains bulan dan bintang mempunyai nama begitu juga dengan suku dayak. Dan

sukuBenuaqjuga dapat mengetahui fase-fase bulan mulai dari awal bulan

datang dan bulan tenggelam.

Begitu juga dengan fase-fase bulan setiap orang mempunyai pemahaman yang berbeda-beda. Seperti kepala adat Eheng, narasumber mengatakan 3 fase bulan yaitu:

a. Selingur dawatn siit yang artinya bulan baru

b. Sulat

c. Liatn

Pengenalan akan fase bulan oleh kepala adat tersebut sebenarnya masih belum lengkap. Data temuan lengkap dari dokumentasi bahwa di budaya dayak di kenal fase–fase bulan secara lengkap yaitu sebagai berikut:

a. Bulan umur 8 malam disebut dotuq doyakng b. Bulan umur 10 malam disebut utaq biakng

c. Bokaq bo’oq adalah bulan umur 11 malam yaitu bentuknya setengah bulatan

d. Bulan umur 12 malam disebut sulat e. Bulan umur 13 malam disebut gantukng

f. Bulan ke 14 atau 15 malam disebut liatn yang biasa disebut dengan bulan purnama

g. Bulan ke 15 atau 16 disebut sajakng h. Bulan umur 16 atau 17 disebut lesoq.

i. Bulan umur 17 atau 18 disebut sirapm mulutn

Kenampakan alam (bulan) oleh suku dayak sering dikaitkan dengan kejadian alam dan dapat memberi petunjuk. Contohnya Bulan datang biasanya ditandai dengan suara jangkrik atau suara burung pungguk. Suara burung dan jangkrik sebagai tanda, menurut sumber yang diwawancara berarti umur bulan kira-kira sudah 2 – 3 malam sudah datang. Orang dayakbenuaq percaya bahwa apabila bercocok tanam pada bulan penuh maka tanaman yang dihasilkan akan tumbuh dengan baik dan tidak dimakan oleh binatang atau hama. Selama proses pertanian bagi orang dayak yang mengiringi dalam proses tersebut adalah bulan dan bintang.

2. Mengintegrasikan Budaya Dayak Dalam Pembelajaran Pembelajaran Sains

Dari paparan sebelumnya dapat dilihat bahwa khasanah budaya dengan banyak yang terkait dengan fenomena yang ada. Adanya kenyataan ini maka khasanah budaya tersebut dapat di integrasikan dalam proses belajar mengajar sains. Dalam konteks proses belajar mengajar maka penelitian terhadap budayadayak dapat juga melihat siswa atau anak dayak. Dengan demikian peneliti dapat menjadi pemandu dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sejauh mana budaya anak dayak yang terkait dengan sains.Setelah selesai mendeskripsikan budaya dayak yang terkait dengan alam peneliti kemudian memilih topik yang sesuai untuk proses pembelajaran dan memungkinkan untuk melakukan pembelajaran di dalam kelas.

Sebelum merancang pembelajaran peneliti bertanya tentang materi yang akan diajarkan kepada siswa kepada Bapak Kepala Sekolah dan juga guru pengampu mata pelajaran IPA. Karena materi tersebut sebenarnya ada di kelas IX semester 2. Maka peneliti bertanya kepada Kepala Sekolah dan juga Guru pengampu mata pelajaran IPA kiranya mengijinkan peneliti mencobakan rancangan pembelajaran di kelas lain yaitu pada kelas VIII. Bapak Kepala Sekolah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian dan mengatakan peneliti juga harus ijin kepada guru yang mengampu mata pelajaran IPA. Peneliti kemudian bertemu dengan Guru yang mengampu mata pelajaran IPA juga mengijinkan dan beliau mengatakan kepada peneliti untuk terserah mengajarkan materi kepada siswa karena pada saat

itu juga materi yang diajarkan telah habis. Dan minggu berikutnya siswa akan mengadakan Ujian Akhir Semester.

Peneliti mengintegrasikan pengetahuan lokal kedalam pembelajaran sains dengan topik fase- fase bulan.Berikutadalah penjelasan keterkaitan antara pembelajaran berdasarkan budaya lokal masyarakat dan pembelajaran sains dari rancangan pembelajaran yang telah dibuat.

a. Keterkaitan antara budaya lokal masyarakat dengan konsepsains

Pembelajaran yang berbasis budaya lokal terhadap pembelajaran sains adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang lain yaitu dalam konteks pengetahuan lokal. Pembelajaran ini mengintegrasikan budaya lokal ke dalam pembelajaran sains. Pada proses penelitian ini, peneliti mengambil topik tentang fase – fase bulan. Berikut adalah penjelasan materi tentang keterkaitan antara pembelajaran sains dan budaya lokal yang didapat oleh peneliti dari berbagai sumber yaitu : buku pelajaran, internet dan wawancara ke masyarakat.

Menurut literatur yang di temukan, perhitungan fase – fase bulan berdasarkan pengetahuan ilmiah yaitu sains adalah sebagai berikut :

1.New moon sisi bulan yang menghadap bumi dan tidak menerima cahaya dari matahari maka bulan tidak terlihat

2.Kuartir pertama 7 3/8 hari (bulan sabit) 3.Bulan purnama 14 3/4 hari (bulan penuh)

4.Kuartir ketiga 22 1/8 hari (bulan sabit)

5. Kuartir keempat 28 1/2 hari (kembali menjadi bulan baru lagi) Data lebih rinci tentang fase – fase bulan dan keadaan kenampakan bulan dapat di lihat pada tabel 4.1

Tabel : 4. 1 penjelasan fase – fase kenampakan bulan

No Fase – fase kenampakan bulan Keterangan 1 Bulan baru Bulan tidak terlihat

2 Sabit awal Bulan berbentuk seperti sabit 3 Perbani awal Bulan terlihat setengah bulatan

4 Gibbus awal Bulan tampak benjol

5 Bulan purnama Bulan tampak bulat sempurna

6 Gibbus akhir Bulan kembali terlihat tampak benjol 7 Perbani akhir Bulan kembali terlihat tampak setengah

bulatan

Sebagaimana telah di paparkan pada bagian sebelumnya, dalam budaya dayak juga dikenal fase–fase kenampakan bulan beserta peranannya. Tabel 4.2 menunjukkan fase kenampakan bulan dalam suku dayak beserta keterangannya Tabel 4.2:penjelasan mengenai fase – fase bulan berdasarkan pengetahuan

suku dayak benuaq

No Fase – fase kenampakan bulan (pengetahuan lokal)

Keterangan

1 dotuq doyakng Bulan umur 8 malam (sabit)

2 utaq biakng Bulan umur 10 malam (setengah bulatan)

3 Bokaq bo’oq Bulan umur 11 malam (bulan tampak benjol)

4 Sulat Bulan umur 12 malam (bulan penuh)

5 Gantukng Bulan umur 13 malam (bulan penuh)

6 Liatn Bulan umur ke 14 – 15 malam (bulan penuh)

7 Sajakng Bulan ke 15 atau 16 malam (bulan tampak

benjol)

8 Lesoq Bulan umur ke 16 atau 17 malam (bulan

berbentuk setengah)

Dari penjelasan diatas ada perbedaan antara penjelasan fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal dan pengetahuan secara sains yaitu bagaimana perhitungan umur fase bulan dari fase bulan baru sampai ke sabit akhir dimana bulan menjadi bulan baru lagi yaitu bulan tidak tampak. Seperti pada fase– fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal perbedaan dari fase bulan dotuq

doyakng ke utaq biakng selama 3 hari kemudian dari utaq biakng ke fase sulat

selama 1 hari dan seterusnya fase–fase bulan perbedaannya selama 1 hari

Dokumen terkait