• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENYAKIT MENULAR 1 Penyakit Menular langsung

Dalam dokumen Narasi Profil Kesehatan 2013 (Halaman 50-59)

KOTA DEPOK TAHUN 2013

C. GAMBARAN PENYAKIT MENULAR 1 Penyakit Menular langsung

C.1.1 TB PARU

Tahun 2009 dan 2010, dimana pada tahun 2010 mencapai 915 dan menurun di tahun 2011 menjadi 897 kasus dan mengalami peningkatan dari

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 50

tahun 2011 ke tahun 2012 meningkat menjadi 1110 kasus dan tahun 2013 sebesar 1.129 kasus, hal ini memperlihatkan bahwa adanya peningkatan manajemen data yang dibuktikanpada tahun 2013 laporan yang masuk bukan hanya dari Puskesmas saja terdapat laporan dari Rumah sakit. Pada tahun 2013 jumlah kasus TB paru lama dan baru berjumlah 1.149 kasus dengan 1.129 kasus baru dan 21 kasus lama. Angka Success rate terdapat pada angka 93,78 %. Cakupan nilai absolut penemuan pasien TB BTA positif meningkat dibandingkan tahun 2012 tetapi pembanding/perkiraan pasien baru juga meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk, sedangkan disisi lain belum semua sarana pelayanan kesehatan non Pemerintah (swasta) menjalankan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) bagi pasien TB sehingga tidak dapat dilaporkan sebagai penemuan pasien baru TB BTA Positif dan belum maksimalnya penemuan kasus di pelayanan kesehatan dan di Masyarakat. Berikut akan disajikan jumlah kasus BTA+ di Kota Depok tahun 2009-2013.

Gambar 31 Jumlah kasus BTA+ di Kota Depok tahun 2009-2013

Sumber : Laporan data seksi P2P

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 51 Gambar 32

Kasus BTA Positif dan Succes Rate tahun 2013 di Kota Depok

Sumber Laporan data seksi P2P

C.1.2 Pneumonia

Pneumonia merupakan sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya diakibatkan oleh bakteri streptococcus danmycoplasma pneumoniae. Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.

Cakupan penemuan kasus pneumonia dan yang ditangani di Kota Depok tahun 2009 ;27,99 tahun 2010; 28,44, tahun 2011; 8,19, tahun 2012 ;11,12 dan tahun 2013 ; 17,40. Walaupun tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah kasus yang ditemukan dan ditangani namun hal ini masih sangat jauh dari target yaitu 68% dengan rincian sebagai berikut:

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 52

Gambar 33 Cakupan Penemuan Penderita Kasus Pneumonia dan yang ditangani di Kota Depok Tahun 2009- 2013

Sumber : Laporan Data Seksi P2P

C.1.3 DIARE

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dimana sarana air bersih dan BAB (Buang air Besar) serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit tersebut. Peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca/musim, terutama terhadap ketersediaan air bersih di masyarakat. Kasus diare dapat menyebabkan kematian terutama pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahun 2011 di Kota Depok terdapat 41.269 kasus diare ditangani dengan proporsi sebesar 51,16% dan tahun 2012 terdapat 20.604 kasus yang ditangani. Pada tahun 2013 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebesar 34.676 (85,3%) (Sumber : Laporan data seksi P2P)

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 53 Gambar 34

Jumlah kasus Diare yang ditangani tahun 2007-2013 diKota Depok

Sumber : Seksi P2P 2013

Kasus diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut. Upaya penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit dan penggunaan infus pada penderita, penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari serta melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. Tindakan penanganan segera dilaksanakan dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program serta dengan meningkatkan kesiagaan melalui kegiatan surveilans kasus diare yang dilaporkan setiap minggu dari laporan puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah Kota Depok.

C.1.4.KUSTA

Penyakit Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang ditandai dengan adanya bercak putih atau kemerahan pada kulit yang disertai matirasa/anastesi, penebalan syaraf tepi

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 54

juga disertai gangguan fungsi syaraf berupa mati rasa dankelemahan/kelumpuhan pada otot tangan, kaki dan mata, kulit kering serta pertumbuhan rambutyang terganggu dan adanya kuman Mycobacterium

Leprae pada pemeriksaan kerokan padajaringan kulit (silt-skin smears).

Menurut World Health Organisation (WHO) Penyakit kusta dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe PB (Pausi Basiler) dan MB (Multi Basiler), dengan kriteria sebagai berikut :

KLASIFIKASI KUSTA PB MB

Jumlah Bercak Kulit 1-5 >5 1-5 >5

Kerusakan Syaraf Tepi Hanya 1 Syaraf Lebih dari 1 Syaraf

Skin Smear (BTA) Negatif (-) Positif (+)

Sumber : Laporan data seksi P2P

Hasil evaluasi program P2P kusta menunjukan bahwa jumlah penderita baru tipe PB dan MB sampai akhir bulan Desember 2012 sebanyak 66 penderita, dengan type PB 5 penderita dan type MB 61penderita. Tahun 2013 penderita kusta PB sebanyak 3 orang penderita MB sebanyak 49 orang jadi total penderita kusta PB/MB sebanyak 52 orang. Kasus PB pada anak-anak (0-14) tahun sebanyak 1 kasus, pada dewasa >15 tahun sebanyak 2 kasus. Kasus MB pada anak-anak (0-14 ) tahun sebanyak 5 kasus, pada dewasa >15 tahun sebanyak 44 kasus. Kasus cacat tingkat tingkat 2 sebanyak 9 kasus. Gambaran penderita kusta di Kota Depok tahun 2009-2013 berdasarkan type kasus Kusta dapat dilihat pada gambar berikut ini.

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 55 Gambar 35

Jumlah kasus Kusta tipe PB dan MB tahun 2009 2013 diKota Depok

Sumber : Laporan data seksi P2P

Jumlah penderita kusta baru untuk tipe PB di tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 3 kasus akan tetapi tipe MB di tahun 2012 mengalami penurunan, yang semula 65 di tahun 2011 kemudian di tahun 2012 menjadi 62 kasus. Pada tahun 2013 menjadi 52 kasus dengan angka prevalensi sebesar 0,27/10000 penduduk

Gambar 36

Precentage(%) kasus cacat tingkat 2 tahun 2010 sampai dengan 2013 diKota Depok

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 56

Angka kecacatan kusta tingkat 2 tahun 2010 adalah sebesar 14 kasus ( 29%), di tahun 2011 sebesar 11 kasus (18%) dan tahun 2012 sebesar 12 kasus(18 %) dan tahun 2013 17%. Yang dimaksudkan dengan angka kecacatan disini adalah kecacatan kusta yang menyebabkan 2 syaraf atau lebih yang terserang kusta.

C.1.5. HIV-AIDS dan IMS

Berdasarkan hasil evaluasi program HIV/AIDS menunjukkan bahwa penyakit ini tidak hanya menyerang pada usia produktif tetapi sudah meningkat pada usia non produktif (anak-anak bahkan bayi), hal ini menunjukan bahwa trend penyebaran penyakit ini sudah berubah sehingga program harus mengupayakan program penanggulangan yang lebih tepat agar penderita yang terinfeksi pada usia non produktif dapat terjaring.

Jumlah Kasus HIV-AIDS Tahun 2009 sebanyak 9 Kasus, tahun 2010 sebanyak 15 kasus, tahun 2011 sebanyak 16 kasus dan tahun 2012 sebanyak 29 kasus.Kasus HIV 29 kasus dan kasus AIDS 24 kasus dan IMS 2 kasus.kasus AIDS dilaporkan oleh RS Simpangan Depok sebanyak 5 kasus dan Kasus IMS sebanyak 2 orang berasal dari Kelurahan Cimpaeun Kecamatan Tapos . Pada tahun 2013 kasus HIV-AIDS berjumlah 55 kasus. Pada dasarnya jumlah penderita HIV /AIDS yang tidak dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Depok jumlahnya lebih banyak, seperti fenomena gunung es, bahwa yang terlaporkan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kejadian yang sebenarnya.

Tahun 2013 sistem pencatatan dan pelaporan sudah sudah lebih baik/lebih bagus dari tahun sebelumnya sehingga mempermudah dalam pencarian data dan hal ini berdampak pada penemuan jumlah kasus HIV/AIDS yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak tahun 2012 telah dibuka klinik layanan VCT di Puskesmas Sukmajaya dan layanan ini pun telah berjalan, sehingga pelaporan HIV /AIDS yang didapat oleh Dinas Kesehatan utamanya berasal dari Puskesmas Sukmajaya , Selain itu sebagai upaya dalam penanggulangan ketergantungan obat Psikotropika, dimana penyebaran HIV bisa melalui berganti-gantinya jarum suntik para pengguna psikotropika, di Puskesmas Sukmajaya juga terdapat Klinik Metadon, dimana

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 57

para penderita yang memakai psikotropika tertentu digantikan dengan obat-obat metadon, yang memiliki efek menenangkan seperti obat-obat psikotropika namun tidak membuat efek ketergantungan.

Gambar 37

Jumlah kasus HIV-AIDS tahun 2009-2013

Sumber : Laporan data seksi P2P

C.1.6. KASUS AFP

Surveilans AFP merupakan kegiatan untuk menjaring anak dengan usia <15 tahun yang lumpuh pada lengan/kaki atau keduanya,kelumpuhan bersifat layu/lemas, terjadi mendadak (dari awal sehat menjadi lumpuh dalam waktu 2 minggu) dengan tujuan untuk mendeteksi sirkulasi virus polio liar, membuktikan tidak adanya virus polio liar, menjaga kinjera surveilans AFP memenuhi standard sertifikasi, mengarahkan kepada kegiatan imunisasi polio. Kegiatan ini dilaksanakan oleh pengelola surveilans dibantu oleh petugas surveilans Puskesmas dan Rumah Sakit. Pada tahun 2010 kasus AFP sebesar 10 kasus, tahun 2011 di Kota Depok ditemukan 12 orang penderita AFP dan tahun 2012 terdapat 14 penderita dan tahun 2013 ditemukan 8 kasus AFP dengan prevalensi AFP sebesar 3,05/100.000 penduduk >15 tahun . Laporan kasus AFP diperoleh dari kegiatan penjaringan penderita di

P r o f i l K e s e h a t a n K o t a D e p o k T a h u n 2 0 1 3 Page 58 puskesmas dan rumah sakit melalui kegiatan surveilans AFP.

Metode kerja yang dilaksanakan selama ini yaitu setelah mendapatkan laporan ada kasus AFP selanjutnya kasus dilacak dan diambil spesimen tinjanya kurang dari 48 jam setelah laporan diterima, kemudian seluruh hasil pemeriksaan spesimen dikirim ke laboratorium, sehingga didapatkan hasil positif atau tidak. Penentuan hasil pengiriman specimen mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh WHO dan DEPKES sehingga specimen yang diterima harus 100% adekuat. Setelah dilakukan pengambilan specimen 2 kali dengan jangka waktu <48jam, maka setelah 60 hari dilakukan pemeriksaan ulang untuk melihat residual paralysisnya, apabila spesimen tidak adekuat dan jika masih ditemukan sisa kelumpuhan maka dilakukan diagnosa akhir dengan adanya hasil penanganan dari dokter spesialis.

Gambar 38

Jumlah kasus AFP Tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

Sumber Laporan data seksi P2P

Angka tersebut tersebar dibeberapa kecamatan antara lain kecamatan Beji sebanyak 2 kasus, kecamatan cinere 2 kasus, Kecamatan Cilodong 1 kasus,Kecamatan Sukmajaya 2 kasus dan 1 kasus berasal dari data provinsi.

Dalam dokumen Narasi Profil Kesehatan 2013 (Halaman 50-59)

Dokumen terkait